Wakil Direktur Batavia Air M Yamin, ketika dihubungi Rabu malam membenarkan adanya peristiwa itu. M Yamin menegaskan, sebelum pecah, ban pesawat maskapainya yang bernomor registrasi PK-YTV tersebut lebih dahulu mengalami kempes.
Akibat peristiwa itu, dia menjelaskan, Bandara Depati Amir sempat mengalami penutupan karena badan pesawat menghalangi landasan pacu (runway). Pada saat mendarat, pesawat mengalami gangguan pada sistem hidrolik yang kemudian berefek pada fungsi kendali. Karena itu, katanya, kemudi pesawat di darat menjadi berat.
"Karena kemudi berat, ban pun menjadi kempes hingga akhirnya pecah karena kehabisan angin sehinga tak kuat menahan beban pesawat. Seperti sistem power steering mobil yang mengalami masalah, membuat kemudi menjadi berat," paparnya.
Kecelakaan yang dialami pesawat jenis Boeing 737-200 itu tidak menimbulkan korban jiwa. Tak satupun dari 121 penumpang yang diangkutnya dari Jakarta mengalami luka-luka.
Hingga saat dihubungi sekitar pukul 20.00, M Yamin menjelaskan, pihaknya masih melakukan koordinasi dengan pihak pengelola bandara untuk memindahkan pesawat. "Kami masih menunggu alat berat untuk bisa menarik pesawat. Karena beratnya tanpa penumpang saja sekitar 30 ton," pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Komukasi Publik Departemen Perhubungan Bambang S Ervan menjelaskan, dirinya juga menerima informasi perihal kecelakaan tersebut. "Saat pertama landing di runway 16, kondisi masih normal. Namun sampai pada 1.100 meter, ada letupan. Ban kiri pecah, pesawat kemudian berhenti di 1.700 meter. Pesawat memblok runway. Alhamdulillah, tidak ada korban," jelas Bambang.
Pada 14 Juni lalu, pesawat Batavia Air jenis lain tujuan Pangkal Pinang-Jakarta juga mengalami insiden di bandara yang sama. Masalah ang terjadi pada ban sebelah kiri pesawat berpenumpang 135 orang itu terjadi ketika hendak lepas landas (take off).
Di hari yang sama namun pada waktu berbeda, pesawat Garuda Indonesia bernomor penrbangan GA 534 tujuan Jakarta-Banjarmasin juga mengalami peristiwa serupa. Pesawat berpenumpang 114 orang itu mengalami pecah ban usai melakukan landing di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, pukul 17.00 WIB.
Kepala Komunikasi Perusahaan Garuda Indonesia, ketika dikonfirmasi Rabu malam menjelaskan, tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. "Pesawat berangkat dari (Bandara Soekarno-Hatta) Cengkareng pukul 14.20 WIB dan mendarat di Banjarmasin pukul 17.00 Wita. Ban yang pecah diketahui saat pesawat jalan menuju apron," jelasnya.
Pujobroto menambahkan, saat melakukan pendaratan pesawat jenis Boeing 737-400 yang dipiloti kapten Gun Prasetyo itu dalam kondisi normal. "Tidak tergelincir. Saat ini, pesawat sedang dicek. "Sedang dicari apa penyebabnya," ujarnya. (DIP)
Akibat peristiwa itu, dia menjelaskan, Bandara Depati Amir sempat mengalami penutupan karena badan pesawat menghalangi landasan pacu (runway). Pada saat mendarat, pesawat mengalami gangguan pada sistem hidrolik yang kemudian berefek pada fungsi kendali. Karena itu, katanya, kemudi pesawat di darat menjadi berat.
"Karena kemudi berat, ban pun menjadi kempes hingga akhirnya pecah karena kehabisan angin sehinga tak kuat menahan beban pesawat. Seperti sistem power steering mobil yang mengalami masalah, membuat kemudi menjadi berat," paparnya.
Kecelakaan yang dialami pesawat jenis Boeing 737-200 itu tidak menimbulkan korban jiwa. Tak satupun dari 121 penumpang yang diangkutnya dari Jakarta mengalami luka-luka.
Hingga saat dihubungi sekitar pukul 20.00, M Yamin menjelaskan, pihaknya masih melakukan koordinasi dengan pihak pengelola bandara untuk memindahkan pesawat. "Kami masih menunggu alat berat untuk bisa menarik pesawat. Karena beratnya tanpa penumpang saja sekitar 30 ton," pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Komukasi Publik Departemen Perhubungan Bambang S Ervan menjelaskan, dirinya juga menerima informasi perihal kecelakaan tersebut. "Saat pertama landing di runway 16, kondisi masih normal. Namun sampai pada 1.100 meter, ada letupan. Ban kiri pecah, pesawat kemudian berhenti di 1.700 meter. Pesawat memblok runway. Alhamdulillah, tidak ada korban," jelas Bambang.
Pada 14 Juni lalu, pesawat Batavia Air jenis lain tujuan Pangkal Pinang-Jakarta juga mengalami insiden di bandara yang sama. Masalah ang terjadi pada ban sebelah kiri pesawat berpenumpang 135 orang itu terjadi ketika hendak lepas landas (take off).
Di hari yang sama namun pada waktu berbeda, pesawat Garuda Indonesia bernomor penrbangan GA 534 tujuan Jakarta-Banjarmasin juga mengalami peristiwa serupa. Pesawat berpenumpang 114 orang itu mengalami pecah ban usai melakukan landing di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, pukul 17.00 WIB.
Kepala Komunikasi Perusahaan Garuda Indonesia, ketika dikonfirmasi Rabu malam menjelaskan, tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. "Pesawat berangkat dari (Bandara Soekarno-Hatta) Cengkareng pukul 14.20 WIB dan mendarat di Banjarmasin pukul 17.00 Wita. Ban yang pecah diketahui saat pesawat jalan menuju apron," jelasnya.
Pujobroto menambahkan, saat melakukan pendaratan pesawat jenis Boeing 737-400 yang dipiloti kapten Gun Prasetyo itu dalam kondisi normal. "Tidak tergelincir. Saat ini, pesawat sedang dicek. "Sedang dicari apa penyebabnya," ujarnya. (DIP)