Dengan demikian, tegasnya, seluruh ijin rute AdamAir dipastikan sudah memasuki hari ke-21 pada Senin atau Selasa, pekan depan. "Jadi, resmi kami cabut Rabu pekan depan saja," katanya.
Tri merinci selama ini, AdamAir mengantongi ijin rute sebanyak 21 untuk di dalam negeri dan empat rute di luar negeri dengan frekuensi penerbangan 490 kali per minggu domestik dan 42 kali per minggu luar negeri. Namun, Tri mengatakan, jika pada akhirnya AdamAir bangkit lagi maka untuk ijin rute baru harus diproses kembali. "Hanya saja harus dikaji lagi dan tidak otomatis dapat di rute yang sama," katanya.
Pertimbangan pemberian ijin rute kepada sebuah maskapai selama ini, berdasarkan perhitungan dan pola untuk destinasi atau tujuan sesuai dengan kapasitas yang ada.
Rinciannya, kategori sangat padat berkapasitas di atas 1 juta penumpang per tahun, padat (250 ribu-1 juta), kurang padat (250 ribu-1 juta) dan tidak padat (0-100 ribu.
"Hitungannya, ijin rute baru diberikan jika pada destinasi tertentu, rata-rata tingkat isian penumpangnya di atas 85 persen, jika dibawah itu, tak diijinkan," katanya. Namun, secara umum, proses ijin rute untuk pola sangat padat, sangat sulit.
Pada bagian lain, Tri menjelaskan, berhentinya AdamAir untuk sementara, memberikan berkah bagi maskapai lain. Tri menyebut, produksi penumpang AdamAir pada 2007 sebesar 5,2 juta untuk domestik, sedangkan luar negeri sebanyak 120.618 orang. "Ini cukup besar karena total pesawat AdamAir yang operasi sebanyak 22 pesawat, sedangkan di udara Indonesia saat ini, total pesawat sebanyak 216 pesawat," kata Tri.
Akibatnya, kata Tri, suplai pesawat dirasakan agak kurang, sementara penumpang tetap tinggi sehingga wajar bila harga tiket akhir-akhir ini relatif mahal. Namun Tri optimis hingga pertengahan tahun ini, persoalan kekurangan pasokan pesawat itu akan teratasi karena sejumlah maskapai domestik akan menambah frekuensi penerbangan. "Seperti Lion Air, Mandala dan Batavia Airlines," katanya. (ES)