JAKARTA – Konektivitas transportasi yang memadai menjadi prasyarat bagi kemajuan dan kualitas bangsa dan negara untuk bisa bersaing dengan negara dan bangsa lain. Sistem dan konektivitas transportasi yang memadai juga dapat meningkatkan devisa dan pendapatan negara, mempermudah alur distribusi barang dan jasa sehingga mempermudah masyarakat dan pelaku usaha dapat mendistribusikan barang dan jasa lebih efektif dan efisien.
Beberapa negara seperti Hongkong, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara maju lainnya di Asia telah mengubah paradigma baru tentang transportasi, yaitu transportasi yang terkoneksi dan terintegrasi dengan baik dari titik ke titik yang lain, dari satu wilayah ke wilayah yang lain.
Hongkong misalnya, negara ini telah lama merancang sistem transportasi yang terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, khususnya di sektor industri, jasa dan pariwisata. Sebagian besar wilayah di Hong Kong sudah dapat dijangkau oleh Mass Transit Railway (MTR), yang dengan sangat cepat melakukan pemindahan dan mobilisasi manusia dari satu wilayah ke wilayah yang lain dengan mudah. Wilayah yang tak terjangkau MTR tetap bisa dicapai dengan bus, trem, atau taksi. Bahkan, antarpulaunya juga terkoneksi dengan baik lewat layanan feri. Berkat sistem transportasi yang terkoneksi itu, masyarakat bisa bepergian, dan distribusi logistik dapat dengan mudah dilakukan dan bertransportasi terasa sangat nyaman di Hong Kong.
Di negara-negara maju Asia lainnya paradigm baru tentang konektivitas transportasi begitu menggebu-gebu, yaitu membangun sistem transportasi terpadu dan terkoneksi satu dengan lainnya sehingga terintegrasi dalam kesatuan sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien. Beberapa pemimpin negara maju sejak awal telah menyadari bahwa daya saing sebuah negara ditentukan oleh sejauhmana sistem transportasinya terkoneksi dan terintegrasi secara efektif dan efisien.
Langkah Indonesia
Meski tertinggal dari negara-negara lain yang sudah lebih dulu maju di dunia, bahkan di Asia, langkah Indonesia untuk kembali memperbaiki dan menata infrastruktur transportasinya patut dibanggakan. Dalam satu dekade terakhir upaya pembangunan dan pengembangan infrastrtur transportasi dilakukan secara masif untuk menopang berkembangtumbuhnya kebutuhan masyarakat Indonesia.
Upaya mengintegrasikan sektor transportasi yang efektif dan efisien terus dilakukan, demikian juga konektivitas transportasi dari satu titik ke titik yang lain, dari satu wilayah ke wilayah yang lain.
Di tengah keterbatasan anggaran yang dimiliki negara dan luasnya jangkauan wilayah Indonesia, strategi disain konektivitas transportasi diarahkan pada prioritas konektivitas transportasi yang mendukung pengembangan potensi ekonomi wilayah dan kelancaran logistik.
Kementerian Perhubungan terus berupaya membangun dan mengembangkan transportasi untuk kelancaran logistik, karena dapat menjadi penopang bangkitnya perekonomian Indonesia mendatang. Bahkan di tengah situasi pandemi Covid-19 yang meluluntahkan rencana-rencana strategis perekonomian global, Indonesia juga tak luput dari dampak tersebut.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, seperti yang telah dikutip oleh berbagai media nasional, saat menjadi narasumber webinar bertema “Transportasi Untuk Kelancaran Logistik dan Kemajuan Ekonomi di Masa Pandemi” yang dilakukan Kemenhub awal pekan lalu mengungkapkan, pihaknya ingin mengkampanyekan pentingnya konektivitas transportasi memacu pertumbuhan ekonomi dan melancarkan laju distribusi logistik.
Transportasi untuk Kelancaran Distribusi Logistik
Transportasi logistik adalah darah dari semua kegiatan manusia Indonesia dan menjadi lokomotif serta penopang sektor lainnya untuk terus bergerak.
Budi Karya Sumadi mengungkapkan, di tahun ini arus logistik mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada periode Lebaran kemarin saja, arus logistik naik 60 persen. Terutama pada pengiriman yang bersifat last mile delivery atau pengiriman langsung ke konsumen melalui jasa pengiriman atau moda ojek online.
Di tengah pandemi yang masih menggejala ini, tugas yang diemban oleh Kementerian Perhubungan adalah memastikan transportasi logistik terus dan tetap berjalan dengan baik untuk menopang ketahanan energi, pangan dan kegiatan di berbagai sektor lainnya sehingga ekonomi tetap bertumbuh dan bangkit, untuk mencapai kondisi perekonomian yang lebih baik.
Pandemi Dapat Diselesaikan, Perekonomian Dapat Ditingkatkan
Menhub, menyitir arahan yang telah diberikan Presiden Joko Widodo, mengatakan, dalam menghadapi pandemi, Pemerintah di satu sisi berupaya menangani pencegahan penyebaran virus Covid-19, namun di sisi lain upaya membangkitkan perekonomian harus terus dilakukan.
Berbagai regulasi dan aksi telah dilakukan Kemenhub, antara lain kebijakan subsidi angkutan penumpang, subsidi angkutan logistik, revitalisasi dan pembangunan infrastruktur transportasi untuk meningkatkan konektivitas transportasi di berbagai wilayah.
“Aktivitas sektor logistik harus tetap berjalan, meski di tengah pandemi sekalipun” cetus Menhub.
Kemenhub, lanjut Budi Karya, terus membangun dan mengembangkan jaringan transportasi yang memadai agar distribusi logistik dapat berjalan lebih baik, lebih efektif dan lebih efisien.
Ia mengajak kepada seluruh pemangku kepentingan di sektor transportasi tetap konsisten mewujudkan konektivitas transportasi yang memadai untuk mendukung kelancaran angkutan dan distribusi logistik di Indonesia, dengan konsisten menerapkan protokol kesehatan yang baik.
Dengan upaya tersebut, Menhub optimis perekonomian nasional akan segera bangkit.
Staf Khusus Menhub Bidang Komunikasi dan Bidang Komunikasi dan SDM Adita Irawati, salah satu peserta panel dalam webinar tersebut mengemukakan, konektivitas transportasi yang baik dapat melancarkan arus pergerakan manusia dan distribusi logistik ke seluruh wilayah Indonesia sampai ke daerah terpencil, terluar, tertinggal dan perbatasan (3TP) Indonesia dengan baik.
Adita berpendapat, perlu kolaborasi dan integerasi dalam membangun sistem dan konektivitas transportasi, tidak hanya secara fisik infrastrukturnya, tetapi juga integrasi teknologi dengan melakukan digitalisasi sistem baik perizinan maupun pelayanan lainnya.
Kemenhub, lanjut Adita, telah melakukan pemetaan dan strategi agar sektor logistik memiliki peran signifikan dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional, dengan strategi, pertama, mengurangi biaya logistik dengan memotong rantai pasokan yang dapat membebani biaya logistik, melalui perbaikan proses bisnis kinerja dan menciptakan ekosistem logistik nasional yang terintegrasi. Kedua, mengembangkan sistem transportasi yang lebih terintegrasi dengan kawasan industri dan terintegrasi dengan moda transportasi lain. Adita memisalkan, perlunya integrasi transportasi antara tol laut (jalur laut) dengan jembatan udara (jalur udara) agar distribusi logistik dapat mencapai aerah pedalaman Papua.
Ketua Dewan Pakar Asosiasi Logistik Indonesia, Nofrisel, mengomentari besaran biaya logistik di Indonesia yang masih tergolong besar. “Biaya logistiknya besar, mencapai hampir 40% dari total biaya,” jelasnya.
Menurut Nofrisel, pembangunan infrastruktur transportasi, pembenahan pelabuhan dan kegiatan yang terkoneksi dengan kegiatan industri akan memberikan dampak langsung dengan kemudahan mendapatkan barang dan jasa. “Kami menyampaikan apresiasi yang luar biasa kepada Kementerian Perhubungan karena apa yang sudah dilakukan sudah sangat luar biasa dalam mendukung sektor logistik,” jelas Nofrisel.
Pelaku usaha, yang juga selebritis, Indra Bekti, dalam uraiannya di webinar tersebut berharap konektivitas transportasi yang saat ini terus dibangun dan dikembangkan oleh Kementerian Perhubungan telah berdampak dalam biaya operasional usaha yang makin efisien.
“Jika biaya transportasi dapat terus ditekan, harga barang menjadi lebih efisien, dan masyarakat akan mendapatkan harga yang lebih baik serta pengusaha tetap mendapatkan keuntungan tanpa harus menaikan harga barang yang terlalu tinggi untuk menutupi biaya transportasi,” cetusnya. (IS/AS/HG/HT/JD)