(Jakarta, 13/12/09) Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengatakan, Indonesia masih perlu mengambil pelajaran dari negara lain tentang pemanfaatan terhadap kesempatan daya saing pada sektor transportasi. Dirinya menilai, daya saing Indonesia saat ini masih sangat lemah, terutama dalam penerapan pola pelayanan transportasi dan administrasi.


”Sistem di kita tidak bisa berjalan seiringan dari atas sampai bawah. Masih banyak penyimpangan-penyimpangan terhadap aturan dan regulasi yang terjadi, yang akhirnya mengakibatkan pelayanan tidak berjalan normal dan kadang merugikan masyarakat,” ungkap Menteri Perhubungan Freddy Numberi, dalam konferensi pers evaluasi kinerja Kementerian Perhubungan periode 2005-2009 di Jakarta, Sabtu (12/12).


Menhub mengambil contoh Singapura. Negara sekecil itu, menurutnya, adalah contoh negara yang bisa memanfaatkan peluang yang ada dengan maksimal untuk mendatangkan keuntungan yang besar bagi dirinya. Minimnya sumber daya alam yang dimiliki, tidak membuat negara yang luas teritorialnya tak berbeda jauh dengan wilayah DKI Jakarta tersebut pesimis dapat menyerap keuntungan dari negara lain.


”Mereka (Singapura) bisa menjadikan pelayanan sebagai asset yang menguntungkan. Coba lihat di Bandara Changi. Di sana parkir pesawat itu gratis, free parking untuk pesawat mana pun yang singgah. Lalu, apa keuntungan yang mereka dapat? Banyak..!” ujar Menhub.


Dengan menerapkan pola free parking tersebut, jelasnya, peluang armada untuk bertahan di bandara tersebut akan jauh lebih lama dibandingkan bandara yang jasa parkirnya berbayar. Dengan tenggat waktu bertahan pesawat yang tak berbatas tersebut, pengelola Bandara Changi di antaranya bisa menarik keuntungan melalui jasa pengisian bahan bakar, jasa perbaikan pesawat, serta jasa-jasa dari pelayanan bentuk lain.


”Dari penjualan tiket, mereka juga diuntungkan, karena bisa menjual tiket lebih banyak lewat agen-agennya kepada turis-turis asing yang dibawa pesawat-pesawat itu. Artinya, hanya dengan mengandalkan satu-satunya bandara yang mereka punya, mereka bisa dapat untung banyak buat negaranya. Ini yang tidak mau kita tiru, padahal kita punya banyak bandara,” papar Menhub.


”Jangankan menerapkan sistem pelayanan free parking, tarif parkir pesawat di Jakarta dan di Balikpapan saja bisa beda. Masak, di Jakarta pesaat parkir Rp 18 ribu per hari, di Balikpapan bisa Rp 18 ribu per jam. Ini kan aneh, padahal payung hukumnya semua sama, sini (Kementerian Perhubungan) yang buat,” imbuh Menhub.


Contoh lain yang dikemukakan Menhub adalah terkait kemudahan pada pola pelayanan administrasi, terkait upaya menjaring wisatawan asing. ”Coba Anda ke Rooma (Italia). Di sana, satu hari sekitar lima juta orang keluar masuk Roma. Untuk pengecekan visa di bandara, tidak perlu antre lama-lama seperti di sini. Beda dengan kita, sedikit-sedikit teroris, sedikit-sedikit teroris, bagaimana mau lancar?” ujarnya.


Menyikapi hal ini, Menhub mengungkapkan, perlu adanya upaya pembenahan sistem dengan pola harmonisasi dan koordinasi yang baik antar-pihak terkait. ”Kita harus banyak belajar, jangan arogan, harus banyak berbenah diri. Jangan bikin aturan yang susah-susah, yang malah membuat diri sendiri kita tidak bisa bergerak,” tuturnya. (DIP)