1.      Memfokuskan pemberitaan pada kronologi peristiwa dan memberi penekanan pada kondisi yang dialami angkutan publik tersebut serta penumpang yang menjadi korban. Hal ini intens dilansir oleh mayoritas media dengan menggunakan sudut pandang dari pihak otoritas terkait serta opinion leader Kemenhub yang berbicara tentang kronologi dan penyebab kecelakaan.

 

2.      Menyoroti langkah yang diambil regulator atau pemerintah, dalam hal ini Kemenhub dalam menyikapi insiden tersebut, sorotan negatif berasal dari sejumlah kalangan, seperti Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga Hotman M. Siahaan, dan anggota staf pengajar FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Yunan Syaifullah (Kompas, 15/09) yang mulai gencar menyuarakan ancaman boikot jika institusi negara sudah tak mampu lagi mengontrol perusahaan transportasi umum yang memiliki rekam jejak buruk di masyarakat. Tindakan tersebut dinilai sebagai perwujudan civil society (masyarakat madani).

 

3.      Memfokuskan pemberitaan terkait kinerja operator transportasi. Opini tersebut mengemuka sehubungan dengan pernyataan sejumlah kalangan, seperti Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit yang mengusulkan izin trayek perusahaan Bus Sumber Kencono dilikuidasi akibat rekam jejaknya yang dinilai buruk. Hal serupa juga disuarakan oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo.

 

Mencermati dinamika isu yang berkembang, respon cepat harus diberikan oleh pihak Kemenhub guna mengantisipasi sentimen negatif yang muncul. Sehubungan dengan mulai merebaknya isu mengenai reshuffle kabinet yang rentan dikaitkan dengan kinerja Kemenhub. Isu ini ke depan disinyalir akan terus berkembang sejalan dengan berbagai spekulasi yang muncul di permukaan. Langkah Kemenhub yang telah memberi sanksi kepada pihak operator transportasi yang bermasalah perlu diapresiasi. Di sisi lain sejumlah upaya yang telah dipaparkan Kemenhub baik menyangkut sarana dan prasarana transportasi maupun pengawasan terhadap SDM dan prosedur keselamatan perlu lebih intensif di-publish lewat media. (JAB)