(Solo, 3/11/03) Tiga pemerintah daerah di Jawa Tengah, yaitu Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri mengharapkan pemerintah pusat dapat segera mempercepat revitalisasi dan memodernisasi sarana dan prasarana perkeretaapian yang ada di wilayahnya.


Permintaan ini disampaikan sehubungan dengan semakin meningkatnyan kebutuhan akan sarana dan prasarana perkeretaapian yang memadai untuk membantu kelancaran transportasi angkutan masal pada khususnya dan peningkatan perekonomian di ketiga kota dan kabupaten itu pada umumnya


Saat ini ketiga kota dan kabupaten itu dihubungkan oleh kereta api Solo-Wonogiri dengan jarak 39 km dan waktu tempuh sekitar 2 jam. Berangkat dari Stasiun Solo Purwosari pukul 08.00 WIB dan tiba di stasiun Wonogiri pukul 09.55 WIB. Kereta yang hanya memiliki satu lok dan satu gerbong ini berangkat kembali dari stasiun Wonogiri pada pukul 14.15 dan tiba di stasiun Solo Purwosari pada 16.10 WIB.


Setelah lepas dari stasiun Solo Purwosari, kereta api ini hanya singgah di stasiun Solo Kota, Sukoharjo, Pasar Nguter dan Wonogiri. Padahal ada sejumlah daerah yang dilintasi dan berpotensi untuk dapat dijadikan market seperti daerah Kalisamin, Kepuh, Songgorunggi dan Tekaran.


Dari pengamatan www.dephub.go.id, peningkatan sarana dan prasarana jalur kereta api stasiun Solo Purwosari – stasiun Wonogiri sedang dilakukan khususnya pada penggantian Rel R.25 dan R.33 bantalan besi/kayu menjadi R.42 bantalan besi/beton hingga stasiun Solo Kota Juga sedang dilakukan perbaikan 2 jembatan bangunan atas, yang salah satunya lokasinya tidak jauh dari stasiun Pasar Nguter.


Berdasarkan hasil kajian salah satu konsultan di Jawa Tengah yang kajian sementaranya sudah diserahkan ke Ditjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan, untuk peningkatan jalur kereta api stasiun Solo Purwosari-stasiun Wonogiri, ini dibutuhkan dana sekitar Rp 35,16 miliar.


Kepala Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi (Kadishub Infokom) Kota Surakarta Drs Herman Soedradjad MM mengatakan, kereta api lintas Solo-Wonogiri harus ditingkatkan keberadaanya, baik itu dari segi fisik seperti lokomotif dan gerbongnya, juga frekuensinya. Hal ini perlu dilakukan mengingat tingginya animo masyarakat yang cukup tinggi.


Apalagi Solo dan Wonogiri yang merupakan bagian dari Sol Raya (Subosukawonosraten), saat ini berkembang pesat menjadi kota besar, pergerakan manusia dan barang juga meningkat pesat dan secara otomatis akan meningkatkan roda perekonomian di wilayah tersebut.


Kadishub Infokom Kabupaten Sukoharjo Drs Rusmanto yang dihubungi di ruangan kerjanya juga mengharapkan pemerintah pusat segera merevitalisasi dan memodernisasri sarana dan prasarana kereta api lintas Solo-Wonogiri, sehingga masyarakat memiliki alternatif dalam menggunakan sarana transportasi untuk menuju Solo maupun Wonogiri.


Prasarana yang dimaksud Rusmanto termasuk keberadaan palang pintu lintasan tidak terjaga. Saat ini saja di Kabuaten Sukoharjo ada 44 perlintasan sebidang. Dari jumlah itu hanya 5 lintasan sebidang yang berpalang pintu sementara sisanya yg 39 merupakan lintasan tanpa palang pintu. Hal in tentunya sangat mengkhawatirkan, mengingat lintasan-lintasan tidak berpalang itu lokasinya dekat dengan pemukiman masyarakat.


Sementara itu Kadishub Infokom Kabupaten Wonogiri Drs Ige Budiyanto Msi mengatakan, keberadaan transportasi kereta api di Wonogiri belum optimal. Saat ini, kereta api yang dioperasikan oleh Daop VI Yogyakarta hanya berfungsi untuk mengangkut penumpang dari Wonogiri ke Solo.


''Padahal keberadaan kereta api di lintasan Wonogiri-Solo selain berpotensi untuk mengangkut penumpang juga dapat digunakan untuk angkutan barang industri, kerajinan dan hasil bumi dari Wonogiri, yang selama ini dominasi angkutan barang dengan truk,'' kata Ige.


Oleh karenanya, pihaknya telah mengajukan konsep rencana pengembangan angkutan kereta api di Kabupaten Wonogiri kepada Ditjen Perekeraapian Departemen Perhubungan beberapa waktu lalu. Konsep yang ditawarkan antara lain memfungsikan kereta api sebagai angkutan barang, hasil bumi dan hasil industri menyusul akan dikembangkannya Kawasan Industri di Alas Kethu, Giriwono dengan luas area 70.000 m2.


Disamping itu, juga telah disampaikan rencana menghidupkan kembali rel kereta api sepanjang 3,2 km dari Stasiun Wonogiri ke Waduk Gajah Mungkur yang ditutup sejak pembangunan waduk. Nantinya lintasan baru ini akan dijadikan jalur kereta api wisata, dimana waduk Gajah Mungkur sebagai obyeknya


''Jika jalur ini dihidupkan, bukan saja potensi pariwisata di Kabupaten Wonogiri akan hidup, juga dapat mengembalikan aset PT Kerata Api yang selama ini terlantar dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan mendirikan bangunan dan rumah diatasnya,'' kata Ige. (TIM)