(Jakarta, 04/01/10) Manajemen PT Angkasa Pura II mengakui bahwa pernyataan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono tentang masih banyaknya kekurangan dimiliki Bandara Internasional Soekarno-Hatta, adalah benar adanya. Manajemen juga mengamini Wamenhub bahwa kecakapan sebuah bandara internasional seperti Soekarno-Hatta tidak hanya dilihat dari ketepatan waktu penerbangan (on time performance), tetapi juga meliputi faktor lainnya.
 
”Memang (pernyataan Wamenhub) itu betul. Masih banyak yang perlu dibenahi di bandara Soekarno-Hatta, terutama hal-hal yang terkait dengan pelayanan kepada penumpang,” ujar Dirut PT Angkasa Pura II Eddie Haryoto, di Jakarta, Senin (4/1).
 
Untuk diketahui, belum lama ini Bandara Soekarno-Hatta didaulat oleh sebuah media travel internasional, Forbes Traveller, menyandang predikat predikat ”The World 2nd Most on Time Airport”, atau bandara kedua teratas sebagai bandara tersibuk dunia dengan prosentase on time performance yang mencapai rata-rata sebesar 86,7 persen. Sementara predikat peringkat pertama diberikan kepada Bandara Haneda di Jepang, dengan capaian OTP hingga 91,4 persen. Sedangkan predikat ketiga diberikan kepada Bandara Narita, Tokyo, yang memiliki prosentase OTP 86 persen.
 
Wamenhub Bambang Susantono sempat melontarkan pujiannya atas keberhasilan Bandara Soekarno-Hatta meraih predikat tersebut. ”Itu bagus, buat memicu semangat agar bisa baik lagi. Kalau bisa, malah harus ditingkatkan lagi performanya, minimal dipertahankan. Memang agak sulit, tetapi harus bisa,” kata Wamenhub.
 
Namun, Wamenhub menambahkan, PT AP II tidak boleh langsung lupa diri dengan status yang telah dicapainya itu. ”Karena bandara yang baik tidak hanya dilihat dari tingkat ketepatan waktunya saja, tetapi banyak faktor lainnya. Mulai dari kenyamanan, keamanan, hingga kualitas sistem pelayanannya. Menurut saya, Soekarno-Hatta masih belum punya itu,” imbuhnya.
 
Terkait hal itu, Eddie Haryoto mengungkapkan bahwa perusahaannya telah menyiapkan sejumlah skenario untuk meningkatkan kualitas pelayananan bandara. Salah satunya adalah dengan merehabilitasi sejumlah fasilitas yang ada dan melakukan penambahan sarana. Pada 2010 ini, menurutnya, PT AP II menyiapkan sedikitnya dana Rp 800 miliar untuk kebutuhan tersebut.
 
”Terminal I akan kita rehabilitasi total. Posisi terminal akan kita re-organize. Salah satunya adalah merelokasi konter check-in, di mana nantinya seluruh loket-loket itu tidak lagi berada di lokasi saat ini. Tetapi akan kita pindah dan satukan dalam sebuah lounge yang besar. Selain itu, menyusul kemudian, sistem baggage handling juga akan kita sempurnakan agar tidak ada lagi kasus bagasi tertukar dan salah kirim,” paparnya.
 
Proses rehabilitasi Terminal I tersebut, dia menyebutkan, diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 200 miliar. Sementara untuk sistem baggage handling, dibutuhkan dana sekitar Rp 120 miliar. ”Tetapi untuk sistem baggage handling, realisasinya kemungkinan masih lama. Karena kita masih mengkajinya terlebih dahulu. Tetapi untuk bangunan dan sarana terminal I, itu sudah pasti,” tegas Eddie.
 
Selain Terminal I, Eddi menambahkan, PT AP II juga menyiapkan anggaran hingga Rp 600 miliar pada 2010 ini untuk pengembangan Terminal 3. Dana tersebut sedianya akan digunakan untuk pembangunan garbarata, area parkir pesawat (apron), serta connecting way (jalur penghubung bagi penumpang) dari Terminal 3 menuju Terminal I.
 
”Soekarno-Hatta memang sudah waktunya berubah. Dalam program jangka panjang lima tahun ke depan, kami telah merancang agar bandara ini nantinya menjadi bandara ’gateway’. Sehingga seluruh rute penerbangan antar pulau bisa terkoneksi di sini, tidak harus melalui Malaysia atau Singapura seperti sekarang ini. Aneh juga, kan kalau terbang dari Balikpapan menuju Surabaya, atau dari Manado ke Jogjakarta, singgahnya harus di Kuala Lumpur?” pungkasnya. (DIP)