(Jakarta, 13/11/2012) Dengan pertimbangan  kepadatan frekuensi kereta api lokal barat (Rangkasbitung) dan kereta rel listrik (KRL) yang melalui Stasiun Tanahabang, mulai 1 Januari 2013 mendatang, PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (DAOP) I akan menerapkan pola operasi baru dengan memindahkan pengoperasian kereta api ekonomi jarak jauh ke Stasiun Senen dan Stasiun Tanjung Priok.

Selama ini, ada tiga rute kereta api ekonomi yang diberangkatkan dari Stasiun Tanahabang yakni KA Kutojaya (Tanabanag-Kutuarjo), KA Begawan (Tanahabang-Solo Jebres), dan KA Brantas (Kediri).

Dengan adanya pemindahan operasi, maka KA133/134 (KA Kutojaya) semula di stasiun Tanahabang dipindahkan ke stasiun Pasarsenen (menjadi relasi Pasarsenen- Kutoarjo PP), serta KA 125/126 ( KA Bengawan) dan KA 117/118 ( KA Brantas) dipindahkan ke Stasiun Tanjungpriok menjadi relasi Tanjungpriok-Solo Jebres dan Tanjungpriok-Kediri.

Kepala Humas DAOP I, Mateta Rijalulhaq mengemukakan, selain kepadatan frekuensi, infrastruktur Stasiun Tanabang juga menjadi pertimbangan, dimana kerap penumpang melebihi kapasitas stasiun terutama di saat jam sibuk sehingga kurang memadai dan sulit untuk dilakukan pengembangan karena lokasinya.

“Upaya ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat penguna jasa kereta api yang akan melakukan perjalanan jauh dan selanjutnya kami akan mengoptimalkan Stasiun Tanahabang khusus untuk KA Komuter dan KA Lokal Barat,” ujar Mateta dalam siaran pers, Selasa (13/11).

Selain itu, menurut Mateta semua KA Lokal Barat (Rangkasjaya, Ekonomi lokal, Merak Jaya dan KA Kalimaya) nantinya akan berawal dan berakhir di stasiun Tanahabang. Sehingga tidak ada lagi KA Lokal Barat menuju stasiun Duri, Angke, Kampungbandan, Jakartakota dan Pasarsenen. Sehingga dari sisi keamanan operasional kereta api akan lebih aman dan lancar.

Lebih lanjut, Mateta mengemukakan, pemindahan yang dilakukan pihaknya juga dalam rangka menjalankan amanah Perpres 83 tahun 2011, dimana PT KAI mengemban tugas pada angkutan KRL Jabodetabek yang volume penumpangnya dinaikkan hingga 3x lipat paling lambat 2018. Artinya harus ada kenaikan frekuensi perjalanan menjadi tiga kali juga. Dengan demikian, jalur lingkar yakni Manggarai-Sudrman-Tanahabang-Duri-Angke-Kampungbandan-Pasarsenen-Jatinegara, harus ditingkatkan frekuensinya.

Terkait hal tersebut, PT KAI juga melakukan optimalisasi emplasemen stasiun Tanahabang dan jalur lingkar Manggarai-Tanahabang-Duri-Pasarsenen-Jatinegara bagi operasional KRL, serta optimalisasi emplasemen stasiun Tanahabang untuk KA Lokal Barat. Selain itu, melakukan penambahan daya Listrik Aliran Atas (LAA) serta menambah stasiun baru, seperti stasiun Bandengan, Mampang dan Roxy.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementrian Perhubungan, Bamban S Ervan mengungkapkan, Direktorat Jendral Perkeretaapian baru mendapat laporan terkait perubahan pola operasi, namun masih menunggu laporan resmi secara detail.

"Kemudian nanti akan dievaluasi dengan mempertimbangkan teknis operasional PT KAI dan pelayanan kepada masyarakat. Evaluasi dilakukan bersamaan dengan perubahan GAPEKA (Grafik Perjalanan KA) untuk th 2013," ujar Bambang.

Nantinya, lanjut Bambang, akan ada beberapa perubahan pola operasi KRL dengan datangnya KRL baru dan perbaikan sistem perlistrikan di Jabodetabek. (CHAN)