(Jakarta 22/8/10) Kapasitas 4000 kursi untuk penerbangan baru dari dan menuju empat kota di Australia yang diperoleh dari hasil perundingan udara antara Indonesia dengan Negeri Kangguru itu, belum didistribusikan Pemerintah. Saat ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan tengah mengevaluasi pengajuan sejumlah maskapai nasional yang berminat mengambil jatah kursi tersebut.

"Minat maskapai sangat tinggi. Kita akan prioritaskan maskapai yang mengajukan permintaan lebih dulu. First in, first serve," jelas Dirjen Perhubungan Udara Herry Bhakti S Gumay, akhir pekan lalu.

Herry memaparkan, evaluasi perlu dilakukan pihaknya agar pendistribusian jatah kursi bisa dilakukan secara merata dengan melihat kesiapan maskapai. Hal itu mengingat alokasi kursi untuk penerbangan baru menuju Negeri Kangguru tersebut relatif masih terbatas jika melihat kebutuhan dan minat yang ada.

"Karena itu, kita hanya akan berikan kepada maskapai yang benar-benar sudah siap melayani dalam waktu dekat. Yaitu yang sudah memiliki rencana jadwal penerbangan yang pasti dan armada yang cukup. Kita tidak mau, nanti setelah kita berikan, terbangnya masih ditunda-tunda," imbuh Dirjen Herry.

Terkait itu, seluruh maskapai yang telah mengajukan permintaan untuk segera melengkapi seluruh data-data yang merepresentasikan kesungguhan niat dan kesiapan mereka. Mulai dari rincian detail kebutuhan alokasi, jadwal penerbangan, termasuk jenis armada yang akan digunakan dan data pendukung teknis lainnya.

"Tapi yang harus menjadi catatan, meskipun sudah kita prioritaskan, keputusan akhir tetap di tangan otoritas penerbangan Australia," lanjut Herry.

Karena, menurutnya, pemberian izin terbang harus berdasarkan persetujuan otoritas penerbangan Australia. Sama halnya dengan di Indonesia, evaluasi juga akan dilakukan Australia terhadap maskapai nasional Indonesia. "Mereka juga punya persyaratan.

Selain demand, hal utama yang akan dilihat mereka adalah standar safety dan security-nya," jelasnya.Sejauh ini maskapai yang sudah menyatakan minatnya untuk membuka rute baru atau sekedar menambah frekuensi penerbangan ke Australia antara lain Garuda Indonesia, Batavia Air, Indonesia AirAsia, Mandala Airlines, Lion Air dan Sriwijaya Air.

"Untuk maskapai yang belum mendapatkan alokasi kapasitas kursi dengan jatah yang 4000 ini, diharapkan bisa melayani sesuai pertemuan ulang yang akan dilaksanakan akhir tahun 2010 ini. Karena dalam pertemuan itu kita akan minta lagi tambahan kapasitas," pungkas Dirjen Herry.

Dipaparkan, Melbourne, Sydney, Perth dan Brisbane, adalah empat kota di Australia yang dibuka oleh Pemerintah negara yang baru saja menggelar pemilu untuk memilih perdana menteri baru tersebut. Dari sekian banyak pengajuan, rute terfavorit yang diminta oleh maskapai adalah Denpasar-Perth.

Selain membuka Jakarta dan Denpasar, menurutnya, Pemerintah juga tengah mengkaji untuk membuka koneksi rute penerbangan Australia - Makassar, Maluku, serta menawarkan kembali pembukaan rute Kupang - Darwin yang telah ditinggalkan sejak kurun beberapa tahun ke belakang. (DIP)