(Jakarta, 26/6/2012)  Pembahasan seputar kompensasi yang akan diberikan oleh perusahaan Boeing kepada pemerintah Indonesia terus dilakukan. Kementerian Perhubungan yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, terus melakukan serangkaian pembicaraan.

‘’Pembicaraan masih terus berlangsung dengan komunikasi yang sangat intensif. Kompensasi-kompensasi apa yang akan kita terima dan apa yang akan Boeing berikan, bergerak terus. Salah satunya adalah penyelenggaraan workshop ini,’’ kata Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub,  Herry Bakti disela-sela penyelenggaraan Workshop Global Airport Indonesia 2012 di Jakarta, Selasa (26/6).
 
Penyelenggaran Workshop Global Airport Indonesia 2012 diselenggarakan oleh PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
 
‘’Soal detailnya memang masih dalam pembahasan antara pemerintah Indonesia dengan Boeing Company yang di fasilitasi oleh Keduataan Besar Amerika untuk Indonesia. Tapi ada juga yang sudah jalan, seperti penyelenggaraan workshop dan training,’’ jelas Herry.
 
Kerjasama yang sudah dilakukan selain workshop antara lain kerjasama di bidang keselamatan penerbangan di wilayah Timur Indonesia seperti di propinsi Papua dan Maluku. Mereka juga memberikan bantuan asistensi bagaimana cara membuat run way yang aman, karena hal ini terkait dengan pesawat mereka (Boeing) yang banyak di gunakan oleh maskapai penerbangan nasional.
 
Sebagaimana disampaikan oleh Duta Besar AS Scot Marciel, melalui Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia, Amerika Serikat mendukung pertumbuhan dan keberhasilan ekonomi Indonesia yang terus berlanjut. Pembenahan infrastruktur seperti pengembangan bandar udara di Indonesia yang akan dibahas dalam konferensi ini merupakan faktor penting dalam mendukung pembangunan ekonomi. 
 
Banyak perusahaan AS berpatisipasi  dalam Workshop Global Airports Indonesia 2012 ini dan mereka telah memiliki pengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek pengembangan bandara di AS maupun di  negara lain di dunia. ‘’Saya berharap perusahaan-perusahaan Amerika ini, melalui keunggulan teknologi dan pengalaman mereka dalam memberikan solusi yang hemat biaya, dapat membantu pengembangan bandar udara dan infrastruktur kedirgantaraan Indonesia di masa mendatang,’’ kata Scot Marciel.
 
Pemerintah Amerika Serikat dalam hal ini Kedutaan Besar Amerika Serikat  di Indonesia melalui U.S. Comercial Service, sangat mendukung serta berperan aktif dalam event Global Airpots Indonesia 2012 ini, karena event ini merupakan bagian dari kemitraan yang komperehensif antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat.
 
Pengusaha Amerika, lanjut Scot Marciel, sangat tertarik untuk membangun infrastuktur. Memang keterlibatan pemerintah Amerika dalam pembangunan bandara-bandara di Indonesia di masa mendatang tidak dengan cara melakukan investasi langsung maupun memberikan bantuan pendanaan, melainkan dengan cara memfasilitasi perusahaan-perusahaan multinasional Amerika untuk bekerjasama dengan operator bandara maupun dengan perusahaan-perusahaan infrastuktur di Indonesia.
 
Herry Bakti mengamini apa yang disampaikan Dubes Amerika untuk Indonesia. ‘’Kompensasi yang diberikan Boeing atau pemerintah Amerika serikat tidak semata-mata dalam bentuk bantuan keuangan. Tapi bisa dengan cara lain seperti perlatihan,’’ jelas Herry.
 
Sebagaimana diketahui, Boeing Company akhirnya setuju memberi kompensasi offset kepada Pemerintah Indonesia.  Offset merupakan praktik pemberian kompensasi oleh industri asing, sebagai persyaratan dari suatu negara ketika melakukan pembelian produk. Boeing berikan kompensasi karena banyak maskapai penerbangan Indonesia dan militer Indonesia membeli pesawat milik Boeing.
 
Diantaranya, pembelian pesawat sipil B737-800NG oleh maskapai Garuda Indonesia dan pembelian B737-900ER, B737-Max oleh Lion Air yang jumlahnya lebih dari US $ 20 miliar. Selain itu, juga ada pembelian pesawat F-16 dan helikopter Apache oleh TNI-AU.
 
Bentuk kompensasi offset bermacam-macam, biasanya ditentukan oleh negara pembeli produk. Biasanya offset dipakai untuk mengembangkan industri domestik negara pembeli, transfer teknologi, memajukan investasi dan meningkatkan lapangan pekerjaan.  (JO)