(Purwokerto, 12/08/09) Direktur Jenderal Perkeretaapian Departemen Perhubungan Tunjung Inderawan menjelasan, anjloknya KA Mutiara Timur (KA 82) jurusan Jember-Surabaya di perlintasan KM 69,32, Rejoso, Pasuruan, Jawa Timur, disebabkan oleh rel yang patah. Sedikitnya enam penumpang mengalami luka akibat peristiwa yang terjadi pada sekitar pukul 04.00 WIB ini.

 

Tunjung mengatakan, akibat anjlokan tersebut, roda pada enam gerbong dari delapan gerbong KA tersebut keluar dari jalur, dan empat gerbong di antaranya terguling. ”Dugaan awal rel tersebut patah akibat adanya defect (cacat) berupa benih-benih keretakan yang sangat halus dan tidak bias dilihat secara kasat mata, sehingga sangat sulit untuk terdeteksi oleh pemeriksaan manual, harus pakai alat khusus,” jelas Tundjung di sela kegiatan pemantauan persiapan sarana-prasarana angkutan lebaran 2009 di Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (11/8).

 

Menurut Tundjung, rel yang dilalui KA 82 itu sendiri adalah rel kecil jenis R-33 dan tergolong tua yang telah masuk dalam program revitalisasi prasarana Ditjen Perkeretaapian. Rel tersebut direncakanan untuk segera diganti dengan rel baru yang berukuran lebih besar tipe R-42 pada 2010.
”Saat ini, sekitar 10 persen perlintasan KA yan ada masih menggunakan rel ukuran ini. Ke depan, kita akan ganti dengan yang paling besar. Kalau yang bantalannya sudah diganti beton seperti di lokasi kecelakaan itu, kita akan ganti dengan R-42. Tetapi kalau yang masih berbantalan kayu, kita akan ganti sekalian bantalannya dengan beton dan memasang rel ukuran R-54,” papar dia.

 

Tunjung mengakui, pemeriksaan lintasan KA secara manual dengan tenaga manusia memang tidak lazim lagi untuk dilakukan. Namun hal tersebut terpaksa dilakukan mengingat keterbatasan peralatan pengecekan yang dimiliki pemerintah. ”Kita sebenarnya punya alat pengecekan itu, meski masih diperasikan secara manual, belum pakai lori. Tetapi, jumlahnya terbatas dan hanya ditempatkan di rute-rute utama dan padat,” lanjut Tundjung.

 

Pada tahun 2010 mendatang, Tundjung menambahkan, pihaknya akan mengadakan program pengadaan alat pengecekan lintasan KA yang lebih moderen dan lebih mobile, serta menempatkanya di lokasi-lokasi yang lebih menyebar untuk memaksimalisasikan pengecekan.
”Rute Jember-Surabaya  yang dilalui KA 82 adalah rute yang sepi. Alat-alat kita kebanyakan terfokus di rute-rute utama, padat, dan rawan. Seperti Jakarta-Surabaya di lintas utara, atau di perlintasa Jakarta-Bandung-Surabaya,” pungkas Tundjung. (DIP)