(Jakarta, 28/12/09) Epsilon Big Band, sebuah grup band binaan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kementerian Perhubungan, menggelar pentas perdananya di Ruang Mataram, Gedung Karsa, Kompleks Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat No. 8, Jakarta Pusat, Senin (28/12).
 
Tampil di hadapan Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan M. Ikhsan Tatang serta Kepala Badan Diklat Dedi Darmawan, yang juga disaksikan puluhan pegawai Kementerian Perhubungan, para personel Epsilon Big Band tampak begitu percaya diri memainkan instrumen-instrumen mereka.
 
Kepala Badan Diklat Dedi Darmawan menjelaskan, Epsilon Big Band merupakan wadah yang dibentuk untuk mengembangkan SDM pegawai Kementerian Perhubungan maupun taruna/taruni dari sekolah-sekolah binaan Badan Diklat Perhubungan, dengan jalan melatih soft skills mereka melalui jalur musikal berbentuk ansambel ini.
 
Soft skills adalah kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik pada lingkungan dimana dia berada. Pengembangan soft skil sendiri bisa dilakukan dengan beragam cara, salah satunya melalui jalur musikal.
 
”Dengan soft skill yang terasah baik, kemampuan interaksi sosial mereka bisa meningkat. Soft skill yang tajam, membuat mereka akan lebih peka, lebih disiplin, lebih teratur dan tertib, serta lebih percaya diri dalam menyampaikan ide atau gagasan serta mempresentasikan karyanya, seperti ketika mereka memainkan alat musik karena big band adalah konsep musik seperti itu. Sehingga ke depan diharapkan Kementerian Perhubungan memiliki SDM yang lebih baik,” papar Dedi Darmawan.
 
Sekadar informasi, big band adalah sebuah bentuk ansambel musik yang memainkan musik jazz dan yang menjadi populer pada Era Swing dari 1935 hingga akhir 1940-an. Big band biasanya terdiri atas 12 hingga 19 pemain musik dan menggunakan alat-alat musik saksofon, trompet, trombon, dan sebuah seksi ritme. Istilah band jazz, orkestra jazz, dan band dansa juga digunakan untuk merujuk kepada jenis ansambel ini.
 
Berbeda dengan kombo jazz yang lebih kecil, yang musiknya kebanyakan diimprovisasi, atau diciptakan secara spontan, musik yang dimainkan oleh big band 'diaransemen', atau dipersiapkan jauh sebelumnya dengan matang, serta dicatat pada lembaran musik. Penampilan solo yang diimprovisasi hanya dimainkan apabila si pembuat aransemen memintanya.
 
Dedi menambahkan, ke depan, band berpersonel 20 orang yang dikomandoi Sekteraris Badan Diklat Wahyu Utomo ini tidak menutup kemungkinan untuk dikomersialisasikan. ”Kalau sudah mapan, bisa saja. Mereka bisa ikut konser-konser formal baik di dalam maupun di luar negeri. Tapi sekarang, sementara untuk kebutuhan internal Kementerian Perhubungan dulu, dan bisa mencapai target utama kita dalam mengembangkan soft skill,” pungkasnya. (DIP)