(Jakarta, 2/3/2012) Untuk meningkatkan keselamatan perjalanan kereta api, Pemerintah tengah mengadakan uji coba penerapan Automatic Train Protection (ATP) yang pengkajiannya sudah dilakukan sejak 2010 lalu yang diikuti ujicoba dan prototype. Saat ini pemasangan ATP sudah dilakukan di 18 stasiun di lintas Kutoarjo-Solo-Yogyakarta  dan tujuh lokomotif, diantaranya untuk kereta Pramex dipasang tiga ATP, KA Madiun Jaya dua ATP, dan KA Inspeksi dua ATP.

Untuk merealisasikan penggunaan ATP secara menyeluruh, Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan membutuhkan dana kurang lebih Rp1 triliun dalam tiga tahun ke depan untuk pengadaan ATP yang dapat mengatur pergerakan kereta api secara otomatis demi keselamatan perjalanan kereta api sehingga pada 2015 mendatang seluruh lintas di Tanah Air sudah terpasang.

Menurut Direktur Keselamatan Perkeretaapian Hermanto Dwiatmoko, penerapan ATP dilakukan untuk mengatur pergerakan kereta api secara otomatis dengan menghentikan kecepatan kereta api sesuai dengan kondisi perjalanan yang ada.

“Fungsi ATP membantu mengurangi peran manusia dalam mengendalikan kereta api pada kondisi darurat apabila terjadi gangguan visual terhadap sinyal muka dan sinyal masuk,” ujar Hermanto di Jakarta, Jumat (2/3).

Fungsi kedua dari ATP mencegah terjadinya kecelakaan tabrakan kereta api dengan kereta api yang diakibatkan pelanggaran sinyal (aspek tidak aman), mencegah terjadinya anjlokan kereta api yang disebabkan pelanggaran batas kecepatan tertentu yang diijinkan, merekam kecepatan kereta api di situasi yang krusial, dan sebagai alat penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran sinyal atau batas kecepatan yang dilakukan masinis.
Hermanto mengemukakan, pembangunan alat keselamatan perjalanan KA tersebut menggunakan dana APBN. Oleh karena itu, pembangunan proyek ini menyesuaikan dengan kemampuan pendanaan pemerintah di APBN dan saat ini tengah menunggu persetujuan.

ATP ini akan dipasang di 424 stasiun kereta api di seluruh Indonesia, 350 lokomotif kereta rel diesel dan 400 kereta rel listrik. Biaya pengadaan ATP ini ditambahkan Hermanto jauh lebih kecil dibandingkan ATP yang berasal dari negara asalnya, di Eropa, yang harganya jauh lebih mahal. Untuk memasang 1 ATP di lokomotif, dibutuhkan dana Rp1 miliar yang produksinya akan dilakukan di dalam negeri. (CHAN)