Adapun jumlah jemaah dari sembilan embarkasi tersebut, antara lain Banda Aceh sebanyak 3.635 orang (14 kloter),Padang sebanyak 7.391 orang (28 kloter), Palembang sebanyak 7.356 orang (28 kloter), serta Jakarta sebanyak 22.193 orang (49 kloter). Selain itu, Banjarmasin sebanyak 4.736 orang (17 kloter), Balikpapan sebanyak 5.258 (20 kloter), Makassar sebanyak 13.550 orang (42 kloter), Surabaya sebanyak 9.958 (22 kloter), serta Balikpapan sebanyak 5.258 (20 kloter), dan Solo 33.032 (83 kloter).

 Dalam pelaksanaan penerbangan haji tahun 2008/2009 ini Garuda mengoperasikan 14 pesawat berbadan lebar sesuai spesifikasi yang ditetapkan Departemen Agama. Keempatbelas pesawat tersebut adalah empat B-747 (kapasitas 455 kursi), tujuh B-767 (kapasitas 325 kursi), dan tiga A-330 (kapasitas 325 kursi).

 Untuk pelaksanaan musim haji tahun ini Garuda Indonesia menugaskan 701 awak kabin, yang  terdiri dari 94 awak kabin reguler Garuda Indonesia, dan 607 awak kabin non reguler yang direkrut dari sembilan daerah embarkasi. Garuda Indonesia secara khusus merekrut awak kabin dari sembilan embarkasi tersebut sebagai bagian dari peningkatan “pelayanan” Garuda Indonesia kepada para jamaah untuk mengatasi kendala komunikasi (bahasa), mengingat sebagian jamaah hanya mampu berbahasa daerah.

Sementera itu phase pemulangan (Phase II) akan dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2008 hingga10 Januari 2009.  Sekretaris Perusahaan Pujobroto mengungkapkan, seperti yang terjadi pada tahun–tahun sebelumnya, dalam pelaksanaan pemulangan haji pada tahun ini, keterlambatan penerbangan masih mungkin terjadi akibat kongesti (kepadatan lalu-lintas udara) di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. ”Khususnya pada sepuluh hari pertama phase pemulangan, di mana pesawat yang melakukan take-off dan landing mencapai lebih dari 250 flights per hari, dengan rata-rata setiap lima menit terdapat satu pesawat yang melakukan take-off atau landing,” jelasnya.

Kepadatan lalu-lintas udara tersebut menyebabkan proses boarding memerlukan waktu lebih lama dibanding biasanya. ”Ini yang menyebabkan keberangkatan pesawat dari Bandara King Abdul Aziz, Jeddah mengalami keterlambatan,” lanjut Pujobroto. Selain karena kongesti (kepadatan) lalu-lintas udara, faktor lain yang sedikit akan menjadi kendala adalah penerapan pemeriksaan keamanan (security check) yang ketat oleh Airport Authority Bandara King Abdul Aziz - baik pemeriksaan yang menyangkut diri jemaah maupun barang bawaannya - termasuk pula pengetatan pemeriksaan dokumen perjalanan, sehingga penyelesaian proses keimigrasian membutuhkan waktu lebih lama. (DIP)