Apa yang anda maksud dengan road map to zero accident ?
Misi utama saya adalah memperbaiki citra keamanan dan keselamatan transportasi. Presiden sudah memberi instruksi bahwa kecelakaan-kecelakaan itu harus dikurangi sampai titik terendah. Untuk itu kami di Departemen Perhubungan tengah memfokuskan diri membuat road map to zero accident. Jangan artikan ini sebagai upaya menciptakan zero accident, karena untuk menciptakan itu amat sukar. Tetapi artikan ini sebagai jalan atau upaya untuk menurunkan tingkat kecelakaan. Pertama, misalnya, dalam 100 operasi penerbangan, kita hanya mentolelir satu kecelakaan. Berikutnya, satu kecelakaan dalam satu juta operasi. Dalam kaitan itu saya akan menekankan kepada seluruh operator penerbangan, juga regulator agar bisa menghilangkan benih-benih kecelakaan di setiap mata rantai operasi. Regulasi sudah ada. Kami ingin adanya disiplin, proficiency SDM, dan pengawasan ketat dari regulator.

Seperti apa langkah konkritnya ?
Di antaranya dengan mengaudit dan menyiarkan peringkat airline menurut tingkat keselamatan yang baru saja dikerjakan Ditjen Perhubungan Udara. Tidak ada yang masuk kategori satu. Tetapi, yang penting sebenarnya bukan kategori satu, dua atau tiga. Yang diharapkan adalah bahwa para airliner tahu dimana posisi mereka dan mengerti tanggung jawab yang harus dikerjakan untuk mencapai tingkat keselamatan maksimum. Apakah itu dalam hal organisasi dan manajemen. Juga apa yang harus dibenahi dalam hal kesiapan armada, perawatan pesawat, dan profesionalisme SDM termasuk pilotnya. Selanjutnya, kami juga akan mengaudit dan menyusun pemeringkatan terhadap lima bandara besar. Yakni Soekarno-Hatta (di Jakarta), Ngurah Rai (Denpasar), Juanda (Surabaya), dan Polonia (Medan). List pemeringkatan ini lagi-lagi bukan untuk menakut-nakuti penumpang, tetapi untuk menjelaskan tanggung-jawab yang harus diemban kelima bandara itu untuk membenahinya.

Bagaimana dengan audit terhadap fasilitas perawatan pesawat ?
Kita punya tiga fasilitas perawatan yang besar. Garuda Maintenance Facility, Merpati Maintenance Facility dan Indo Pelita. Kami ingin mereka mencapai benchmark yang baik. Kami sedang mengaudit Garuda Maintenance Facility. Hanya masalahnya di luar itu ada workshop-workshop kecil yang kerap menerima outsourcing dari airline-airline dengan sistem penawaran bersaing. Mereka bersaing menyediakan pelayanan dengan harga paling murah. Jika tendensinya seperti ini, mutu maintenance yang dihasilkan punya potensi tak sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku. Jika ini yang terjadi mereka sebenarnya sudah memberi kontribusi atau menanam benih kecelakaan.

Kesalahan kadang terjadi dalam rantai pengawasan atau dalam pelaksanaan audit. Bagaimana dengan masalah ini ?
Merujuk hasil evaluasi tim EKKT, dalam interaksi antara operator dengan regulator ternyata memang banyak unsur komprominya. Dalam hal ini kami juga harus bercermin diri. Kami berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi. Kompromi hanya akan melahirkan benih-benih kecelakaan dan itu mengurangi kredibilitas operator dan regulator. Jika masih juga terjadi, kompromi, mereka (staf audit atau inspektor) akan kami tindak, dimutasi misalnya. Jika operator kami beri sanksi, kami juga harus fair terhadap staf yang melakukan kesalahan. Sanksi untuk para operator adalah dengan meng-grounded langsung.

Hanya sekedar mutasi ?
Di Departemen Perhubungan ini mutasi sudah dinilai jelek. Mutasi adalah bentuk hukuman yang tidak main-main. Sejauh ini sudah ada dua pejabat yang dimutasi

Anda masih akan mengandalkan tim lama ?
Kami sebenarnya punya sumberdaya yang cukup. Departemen Perhubungan adalah departemen tertua. Kami punya banyak orang berpengalaman dan skill yang baik. Hanya masalahnya tak sedikit pula diantara mereka yang melakukan "kompromi" dengan operator. Untuk itu sementara kami menjalankan audit, kami juga membenahi mereka agar citra Departemen Perhubungan bisa menjadi lebih baik dan profesional. Profesionalisme harus ditonjolkan. Ini penting karena departemen ini adalah departemen teknis, bukan departemen politis.

Apakah hasil audit itu akan disiarkan lagi ke masyarakat ?
Sebaiknya begitu, Tapi agar lebih obyektif dan bisa terjadi pertukaran gagasan, kami ingin menggunakan national recources. Mereka adalah orang-orang yang cakap dan kompeten namun tidak duduk dalam pemerintahan dan operator. Mereka mungkin berasal dari perguruan tinggi, profesionalisme biasa, atau bisa juga wartawan. Kami ingin mereka juga harus diikutsertakan. Mengikutsertakan national recources juga akan mengurangi bias dan menjamin fairness. Untuk sekedar diketahui, tugas Departemen Perhubungan diantaranya adalah juga memberikan jalan agar maskapai bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Kami harus menjalankannya dengan benar, karena jika open sky policy sudah ditetapkan, jangan sampai wilayah udara kita justru dikuasai maskapai asing.

Terkait pengumuman travel warning dari otoritas AS dan eropa serta predikat terburuk bagi penerbangan di Indonesia, bagaimana langkah untuk mengatasinya ?
Saya langsung mengutus Dirjen Perhubungan Udara ke kantor NTSB, FAA, dan ICAO untuk memberi penjelasan tentang upaya untuk memperbaiki tingkat keamanan dan keselamatan transportasi udara di Indonesia. Mereka melihat road map to zerro accident yang kita buat. Mereka menghargai langkah-langkah yang akan kita kerjakan. Yang mengagumkan, mereka malah ingin memadukannya dengan Global Road Map to Safety yang telah dilakukan ICAO. Mereka ingin mendukung dan membantu Indonesia. Sebagai bentuk perhatian awal, Presiden ICAO akan hadir dalam seminar keselamatan penerbangan di Bali, Juni ini. Di sana kami akan mendeklarasikan upaya untuk meningkatkan keselamatan penerbangan sampai level yang diinginkan masyarakat internasional. Kami ingin travel warning itu dicabut. Travel warning adalah akibat kesalahan kita mengelola sistem transportasi udara.

ICAO menawarkan sesuatu ?
Ya. Dalam jangka pendek mereka menawarkan program capacity building, training dan assesment. Dalam waktu dekat mereka juga akan mengirim empat expert ke Indonesia. Jadi, mereka tampaknya menanggapi serius kunjungan Dirjen Perhubungan Udara dan serius pula ingin mendukung upaya kita untuk memperbaiki tingkat keamanan dan keselamatan penerbangan.

Apa makna keselamatan di bidang transportasi udara bagi anda ?
Transportasi udara punya dampak yang luar biasa bagi perekonomian nasional. Bidang ini juga sangat terkait dengan citra bangsa Indonesia di dunia internasional. Kalau kita tidak bisa membuat wahana transportasi udara di dalam negeri aman, kita akan dinilai seolah-olah tidak bisa menjamin keselamatan warga sendiri maupun warga asing. Ujung-ujungnya, kita tidak bisa menciptakan kegiatan ekonomi yang baik. Departemen Perhubungan harus berorientasi menjadi tulang pung perekonomian nasional. Caranya adalah dengan menyediakan wahana transportasi dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi.

* Tulisan ini dikutip dari majalah ANGKASA No. 09 Juni 2007 Th. XVII