Direktur Umum Lion Air Edward Sirait dalam pernyataan persnya Rabu 11/03/09 mengatakan bahwa pihaknya akan mengupayakan seluruh penerbangan yang dilayani oleh MD 90 tidak akan terganggu dengan penghentian sementara pesawat itu.  ”Kita akan gunakan pesawat pengganti jenis lainnya,” jelas Edward Sirait . Penghentian pengoperasian ini dilakukan hingga pemeriksaan yang dilakukan pihak regulator dalam hal ini Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Ditjen Perhubungan Udara selesai dilakukan.

Pemeriksaan yang dilakukan ini terkait dua peristiwa kecelakaan yang melibatkan pesawat jenis itu. Yakni pendaratan darurat tanpa roda depan di Bandara Hang Nadim, Batam, 23 Februari silam (JT 972), dan peristiwa tergelincir di landasan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, pada 9 Maret lalu.

Pasca pendaratan darurat di Batam beberapa waktu lalu, Menhub Jusman Syafii Djamal mengimbau agar Lion Air mengganti pesawat-pesawat MD series yang dimilikinya. Menhub menilai, selain pesawat jenis itu termasuk pesawat yang boros dalam penggunaan bahan bakar,  upaya peremajaan juga akan menopang citra Lion yang sudah baik dengan penggunaan pesawat-pesawat baru jenis Boeing 737-900 ER. Usai memberikan sambutan pada acara Munas ke-3 Masyarakat Kereta Api (Maska), Rabu (11/3), Menhub juga kembali mengungkapkan hal serupa, dikatakan Menhub, usia pesawat pada dasarnya tidak akan mempengaruhi kualitas keselamatan pesawat tersebut. ”Asalkan pesawatnya dirawat dengan baik dan seluruh prosedur dijalankan. Usia tidak berpengaruh. Mau baru, mau lama, sama saja. Semua tergantung pada mekanisme perawatannya,” tegas Menhub. Namun menurut Menhub, maskapai  dituntut untuk memperketat mekanisme dan jadwal perawatan rutin. ”Semakin tua usia pesawat, tingkat pemeriksaannya harus lebih sering dibandingkan pesawat baru di samping biaya operasionalnya juga lebih tinggi. Ini yang akan kita konfirmasikan kepada pihak Lion Air,” ujarnya.

Senada dengan Menhub Dirjen Perhubungan Udara Herry Bhakti Rabu 11/03/09 juga menegaskan agar sebaiknya dalam satu maskapai tidak terlalu banyak tipe pesawat. Terlalu banyak tipe pesawat menurut Harry Bhakti membuat manajemen maskapai membutuhkan orang yang lebih banyak dan keahlian yang lebih banyak (untuk perawatan pesawat) sehingga menjadi tidak efisien.  Ketidak efisienan menurut Herry Bhakti berpotensi menimbulkan kelalaian yang berpotensi menjadi benih-benin insiden.

Terkait hal itu, Edward Sirait dalam keterangan resminya juga menjelaskan bahwa perusahaannya akan terus menjalankan program peremajaan pesawat dengan menambah atau memperkuat armada yang ada diantaranya pesawat jenis Boeing 737-900 ER. ”Saat ini kami sudah mengoperasikan 18 Boeing 737-900 ER yang diterima secara bertahap, dari total 178 pesawat yang sudah dipesan langsung dari Boeing Commercial Airplane Amerika Serikat. Pada bulan Maret 2009 ini, kami akan menerima armada Boeing 737-900 ER sehingga menjadi 20 pesawat,” jelas Sirait. (DIP)