Pemerintah sendiri telah mengalokasikan dana senilai Rp 19,5 trilyun yang akan dikucurkan secara bertahap untuk mendukung program revitasi perkeretaapian 2008 – 2010. Program revitalisasi ini akan menjangkau perkeretaapian di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Bagian Selatan, Jabodetabek serta Jawa.  Selanjut Menteri Perhubungan menyatakan bahwa program revitalisasi terasa kian mendesak untuk dilakukan menyusul melonjaknya harga bahan bakar minyak dan semakin terbatasnya sumber daya energi nasional.

Sementara itu Deputy Infrastuktur dan Pembangunan Wilayah Menko Perekonomian yang juga Ketua MTI Bambang Susantono menyatakan bahwa transportasi massal berbasis rel sudah semestinya menjadi tulang punggung transportasi massal di wilayah perkotaan.  Angkutan kota dengan basis rel untuk transportasi perkotaan lanjut Bambang memiliki banyak kelebihan diantaranya jauh lebih murah dibandingkan dengan transportasi bus, mobil ataupun sepeda motor, tidak menimbulkan kemacetan, mampu mengangkut penumpang lebih banyak serta jauh lebih rendah tingkat polusinya.

Menurut Bambang angkutan massa berbasis KA jika dijalankan dengan listrik, praktis tidak menghasilkan polusi udara karena tidak menghasilnya CO2 seperti halnya angkutan jalan.  Sebaliknya angkutan jalan seperti bus menghasilkan emiso CO2 sebesar 15 gram per penumpang/km, mobil pribadi 244 gram per penumpang/km dan motor sebesar 98 gram per penumpang/km. 

Kategori kota yang sudah selayaknya membangun transportasi perkotaan berbasis rel menurut Bambang adalah kota dengan penduduk di atas 5 juta jiwa. Jakarta yang tengah merealisasikan proses pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) menurut Bambang terlambat menerapkan tarnsportasi missal berbasi rel tersebut, dibandingkan kota-kota besar lainnya di dunia. Untuk itu pihaknya meminta agar Pemerintah DKI mempercepat proses pembangunan MRT tersebut. (BRD)