JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan, data dari Korps Lalu Lintas Polri menunjukkan, dilihat dari jenis pendidikan, 57 persen korban kecelakaan lalu lintas adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Posisi selanjutnya adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTP) 17 persen, Sekolah Dasar (SD)12 persen, Perguruan Tinggi (PT) 6 persen dan lain-lain 8 persen.

Pada tahun 2014, jumlah kecelakaan sebanyak 95.906 dengan jumlah meninggal 28.897 jiwa dan luka -luka 136.581 orang.

Direktur Keselamatan Transportasi Darat Kementerian Perhubungan Cucu Mulyana mengatakan, tingginya korban kecelakaan pada kalangan berpendidikan SLTA karena faktor emosi anak muda. "Mereka lagi senang-senangnya memiliki surat izin mengemudi (SIM). Kadang-kadang mereka berkendara dengan kecepatan tinggi," ujar Cucu saat press background tentang Pekan Nasional Keselamatan Jalan (PNKJ) 2015 di Jakarta, Senin (30/11).

Karena itu menurut Cucu, Kementerian Perhubungan memberi perhatian khusus kepada anak-anak muda dalam berkendara dengan melakukan sosialisasi tentang aturan berkendaraan yang baik dan benar.

Cucu menambahkan, untuk mengurangi korban kecelakaan anak sekolah, Kemenhub telah berupaya antara lain melalukan pendidikan sejak dini tentang keselamatan di jalan dengan menyusun materi keselamatan jalan bagi anak-anak usia 3-11 tahun, usia 12-15 tahun dan usia 16-18 tahun.

"Materi pendidikan keselamatan di jalan sudah disampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2009. Kami berharap di sekolah nanti ada mata pelajaran tentang keselamatan di jalan," papar Cucu.

Pentingnya modul pendidikan keselamatan jalan sejak dini kata Cucu, karena keselamatan jalan saat ini belum menjadi budaya masyarakat Indonesia, sehingga perlu perubahan paradigma dan persepsi masyarakat tentang keselamatan jalan. “Perubahan paradigma harus dilakukan melalui pendidikan dan sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat, sehingga nilai-nilai keselamatan jalan diadopsi menjadi nilai-nilai kehidupan," tambah Cucu.

Upaya lain lanjut Cucu, adalah membuat maskot keselamatan jalan Indonesia ZETA (Zebra Sahabat Kita), manajemen rekayasa lalu lintas di kawasan sekolah bernama Zona Keselamatan Sekolah, penyebaran helm anak ke seluruh Indonesia yang sampai tahun 2014 mencapai 26.340 unit, pemilihan pelajar pelopor keselamatan, membuat taman edukatif keselamatan jalan, membuat komunitas masyarakat sadar keselamatan di sekitar sekolah, membuat rute aman dan selamat sekolah (RASS) dan melakukan Pekan Nasional Keselamatan Jalan. (SNO)