JAKARTA - Pemerintah berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai kesepakatan global yang tercantum dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) untuk mengurangi emisi GRK sebanyak 32% atau 358 juta ton CO2 dengan usaha sendiri dan sebesar 41% atau sebanyak 446 juta ton CO2 dengan bantuan dunia internasional pada tahun 2030.

Pemerintah bersama stakeholder telah berupaya mengurangi GRK secara bertahap. Pada tahun 2022, realisasi penurunan GRK mencapai 118,2 juta ton CO2, jumlah tersebut melebihi target yang dicanangkan penurunan emisi pada tahun 2023 sebesar 116 juta ton CO2. Realisasi penurunan emisi GRK terbesar sektor energi, dari tahun ke tahun selalu mengalami penambahan, sebagai berikut: pada tahun 2019 realisasi penurunan emisi 54,8 juta ton CO2 dari target 51 juta ton CO2. Selanjutnya pada tahun 2020, dari target 58 juta ton CO2, realisasi 64,4 juta ton CO2. Kemudian tahun 2021, target 67 juta ton CO2 sementara realisasi 70 juta ton CO2. Terakhir, tahun 2022, target penurunan emisi sebesar 91 juta ton CO2 dengan realisasi 91,5 juta ton CO2.

Komitmen Tinggi Pemerintah Menurunkan GRK

Bila mengacu pada capaian penurunan GRK dalam lima tahun terakhir, Pemerintah Indonesia optimis untuk bisa memenuhi target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, bahkan ada kemungkinan target NZE bisa lebih cepat.

Dari hasil realisasi penurunan emisi yang berlangsung sejak tahun 2019 sampai dengan tahun 2022 diketahui sektor energi memberikan kontribusi terbesar, melalui berbagai upaya yang dilakukan, seperti antara lain aksi efisiensi energi, pemanfaatan energi baru dan terbarukan – yang dibarengi dengan kebijakan pengembangan kendaraan pribadi dan umum berbasis listrik. Selain itu, Pemerintah juga memberikan berbagai kemudahan dan bantuan seperti insentif fiskal, pembangunan infrastruktur pengisian daya, dan dukungan untuk penelitian dan pengembangan teknologi baterai.

Kendaraan Berbasis Listrik Kendaraan Masa Depan

Kendaraan berbasis listrik menjadi pilihan dengan pertimbangan secara keseluruhan, kendaraan listrik memiliki keunggulan dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil (BBM). Keunggulan utamanya adalah dalam pengurangan emisi karbon.

Dalam suatu diskusi di sebuah Perguruan Tinggi Negeri mengenai Percepatan Program Pemanfaatan Listrik untuk transportasi, Menteri Pehubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan kontribusi Kementerian Perhubungan akan mengembangkan percepatan program pemanfaatan listrik tahun 2025 sebanyak 2.200 unit untuk 4-roda dan 2,1 juta unit untuk kendaraan 2 roda. “Kita akan meningkatkan secara bertahap jumlah mobil listrik untuk angkutan umum menjadi 10% dari total populasi mobil angkutan umum perkotaan pada tahun 2025,” ujar Menhub.

Sementara ini, Indonesia tercatat sebagai negara menyumbang emisi CO2 terbesar di dunia, pada tahun 2022 setidaknya sebanyak 1,3 gigaton ton CO2 dengan 50,6 persen emisi yang dihasilkan berasal dari sektor energi sebanyak >80% yang berasal moda transportasi (mobil dan sepeda motor).

Kedua jenis kendaraan ini menurut Korlantas Polri, sebagai moda transportasi utama di area perkotaan dengan tingkat pertumbuhannya yang tinggi. Dari data Gaikindo, tercatat penjualan mobil di area perkotaan lima tahun terakhir, ada pertambahan yang fluktuatis 2-4% setiap tahunnya, sekitar 1 juta unit, mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2023. Di sisi lain, pertumbuhan sepeda motor setiap tahun sebesar 5-6% dengan lebih dari 120 juta unit di Indonesia yang menghasilkan emisi karbon sebanyak 300 juta kilogram/hari dengan biaya konsumsi harian mencapai 480 juta dolar.

Untuk mengurangi emisi gas CO2 di Jabodetabek dan perkotaan, sekaligus upaya mengatasi kemacetan pada jam dan hari sibuk di Jabodetabek dan perkotaan lain, sementara ini ada solusi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang dengan mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi --berdasarkan nomor ganjil genap dan kebijakan pemerintah daerah Jakarta yang akan diberlakukan pada tahun 2026, mengenai batas usia kendaraan tidak boleh melebihi 10 tahun khusus di Jakarta.

Solusi jangka panjang, Pemerintah daerah mengupayakan agar masyarakat, khususnya warga Jabodetabek mau beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum massal – berbasis jalan raya maupun berbasis rel (KRL, MRT, dan LRT) saat mereka beraktivitas seputar Jabodetabek dan kawasan perkotaan.

Kesadaran Penggunaan Transportasi Massal Harus Terus Dipupuk

Angkutan massal berbasis rel (kereta api) merupakan moda transportasi yang efektif dan efisien karena tidak hanya mampu mengangkut lebih banyak penumpang namun juga konsumsi energi yang digunakan jauh lebih hemat 8 kali dari kendaraan bermotor, 25 kali lebih hemat dari bus, dan 10 kali lebih hemat dari pesawat. Karenanya kesadaran penggunaan transportasi massal oleh masyarakat Indonesia harus terus dipupuk. Angkutan transportasi massal berbasis rel juga sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan dan dapat menekan laju kenaikan gas rumah kaca. Pembangunan kereta api sebagai aksi mitigasi dalam mengurangi dampak buruk perubahan iklim.

Pemerintah Indonesia telah bertekad bulat untuk mewujudkan Net Zero Emission pada tahun 2060 yang tertuang tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 8 Tahun 2023 tentang penetapan aksi mitigasi perubahan iklim sektor transportasi. Adapun aksi mitigasi perubahan iklim dilakukan dalam sektor perkeretaapian di antaranya pembangunan LRT Jabodetabek dan MRT Jakarta, serta pengembangan KA perkotaan dan KA Bandara dan pembangunan double track.

Selain itu, PT. KAI juga implementasikan transformasi digital melalui KAI Access dan diupgrade dengan nama “Access by KAI”. Transisi teknologi aplikasi baru ini dilakukan untuk memudahkan para pelanggan KRL, MRT, LRT, dan KA Cepat Whoosh dalam pelayanan tiket dan pendaftaran Face Recognition Boarding Gate.

Saat peresmian dua jalur LRT ke Bekasi dan Cibubur, Menhub Budi Karya Sumadi juga menghimbau masyarakat di Jabodebek untuk beralih menggunakan transportasi massal yang aman dan nyaman serta ramah lingkungan.

“Sudah saatnya kita semua memanfaatkan angkutan massal berbasis rel modern dalam beraktivitas sehari-hari yang mengutamakan keselamatan dan memberikan rasa aman, nyaman, cepat dan tepat waktu, serta ramah lingkungan,” ujarnya. (IS/AS/RY/ME)