Suasana dingin langsung menyeruak saat memasuki kereta empat rangkaian kereta api (KA) AC Bogowonto di stasiun Senen, Jakarta Pusat. Jam masih menunjukkan pukul 09.10 saat para penumpang termasuk kami dari tim redaksi www.dephub.go.id berhamburan masuk KA rute Pasar Senen-Kutoarjo itu.
Sejak diresmikan Menteri Perhubungan Freddy Numberi 3 September 2010 bersamaan dengan angkutan lebaran lalu, KA AC Bogowonto langsung mendapat tempat di hati para penumpangnya. Penumpang makin leluasa memilih kereta apa yang akan dinaiki untuk membawa mereka ke tujuannya.
Rute Pasar Senen-Kutoarjo sebenarnya bukan merupakan rute baru dalam perjalanan kereta api. Keberadaannya sudah sejak lama dan terdapat dua pilihan kelas, yakni kelas ekonomi menggunakan KA Kutojaya dan kelas bisnis dengan KA Sawunggalih Utama.
Bagi sebagian orang mungkin kedengarannya tidak terlalu biasa, mengapa stasiun di kota Kecamatan itu mendapat kesempatan menjadi tujuan akhir dan awal perjalanan kereta api. Kenapa tidak Purwokerto atau Yogyakarta sekalian saja karena sudah bisa dipastikan semua orang mengetahui lebih banyak dua kota tersebut dibandingkan Kutoarjo?
Kendati kota kecil, Kutoarjo menopang penumpang asal dari lima Kabupaten. Stasiun ini dianggap strategis karena jaraknya yang cukup dekat dari kota-kota tersebut diantaranya Wonosobo Selatan, Kulonprogo, Kebumen, Magelang, dan Purworejo.
Ratusan penumpang selesai memasuki seluruh rangkaian dan KA Bogowonto siap meninggalkan stasiun Senen untuk melalui perjalanan yangcukup panjang menuju Kutoarjo. Dari pantauan kami, pada setiap kereta, dilengkapi oleh bangku yang saling berhadapan untuk empat penumpang dengan dua lajur di tiap keretanya. Satu kereta disiapkan untuk 80 nomor tempat duduk yang terdiri dari nomor dan huruf untuk ketertiban penumpang.
Di tiap sisi depan dan belakang kereta dilengkapi papan informasi digital yang memberitahukan seluruh penumpangnya beberapa hal: nomor kereta, informasi lokasi kamar mandi, dan running text untuk memberikan panduan penumpang mengetahui menuju ke stasiun mana, atau sedang berada di stasiun apa. Perlengkapan untuk keadaan darurat juga disiapkan seperti palu pemecah kaca dan katub darurat yang diletakkan diujung kereta.
KA yang merupakan hibah dari pemerintah juga terlihat masih sangat terawat dengan kebersihan yang terlihat di tiap kereta, ketiadaan coretan di dinding-dinding kereta, dan berfungsinya petugas OTC (on train service) sehingga menambah kenyamanan seluruh penumpangnya.
Selama dalam perjalanan, penumpang bisa memanfaatkan restorasi yang menyediakan beberapa menu makanan seperti nasi goreng, nasi rames, dan nasi rawon, serta mie rebus dan aneka minuman ringan yang juga ditawarkan oleh petugas di kereta-kereta penumpang. Selain itu, bagi yang ingin menggunakan bantal, juga disiapkan sewa bantal dengan harga yang sangat terjangkau.
Kendati KA ekonomi, namun KA AC Bogowonto tidak berhenti di tiap stasiun perhentian. Dari stasiun Senen hingga Kutoarjo hanya berhenti di beberapa stasiun diantaranya stasiun Jatinegara, Bekasi, Cikampek, Pegadegan Baru, Haurgeulis, Jatibarang, Arjawinangun, Cirebon, Prupuk, Bumiayu, Purwokerto, Sumpiuh, Kroya, Gombong, Karanganyar, Kebumen, dan mengakhiri perjalanan di stasiun Kutoarjo.
Bila berjalan normal dan tanpa hambatan, perjalanan dari stasiun Senen hingga Kutoarjo bisa ditempuh sekitar delapan jam. Berangkat pukul 09.10 tiba di Kutoarjo pukul 17.00 dengan tariff cukup terjangkau, Rp70.000/penumpang dan Rp56.000/penumpang manula.
Kepala Kondektur Bogowonto Mukimin mengemukakan, sejak diluncurkan hingga saat ini, ketertiban penumpang dalam bertiket cukup baik. Terbukti untuk perjalanan dari Senen hingga Cirebon yang dikepalainya, tidak ada satu penumpang pun yang tidak bertiket, seluruhnya memenuhi kewajibannya memiliki tiket sebelum menggunakan KA Bogowonto.
Serap Penumpang
Kendati masih tergolong baru lantaran baru diresmikan September 2010 lalu, namun kereta api (KA) AC ekonomi Bogowonto untuk rute Pasar Senen-Kutoarjo sudah memiliki pangsa pasar yang terbentuk dan sudah mampu menyaingi KA dengan rute yang sama yakni Sawunggalih Utama untuk kelas bisnis dan Kutojaya kereta ekonomi.
Manager Humas PT Kereta Api Daerah Operasi (DAOP) 5, Surono menjelaskan bahwa sejak kehadiran KA AC Bogowonto, segmen penumpang sudah mulai terpecah. Sebagian besar penumpang ekonomi memilih menggunakan Bogowonto dan sebagian lainnya berasal dari penumpang fanatik Sawunggalih Utama.
Pada awal kehadirannya, KA Bogowonto menurut Surono menyerap 35% tingkat okupansinya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan masyarakat sudah mulai lebih mengenal baik melalui mulut ke mulut atau langsung mencoba mengikuti perjalanannya, kini setiap harinya sudah bisa mencapai 70% dan bila memasuki akhir pekan dan liburan bisa mencapai 120%.
“Jumlah tersebut termasuk sangat baik, karena untuk jadwal keberangkatan dari Kutoarjo, baik KA Bogowonto, Sawunggalih Utama maupun Kutojaya, jarak keberangkatannya hanya sedikit, rata-rata 30 menit saja,” jelas Surono.
Sebenarnya, lanjut Surono, pihaknya sudah mengajukan usulan untuk mengalihkan jam keberangkatan Kutojaya di pagi hari sehingga penumpangnya bisa dialihkan untuk menggunakan Bogowonto atau Sawunggalih namun hingga kini belum diperoleh keputusan perubahannya.
Surono mengemukakan, untuk tingkat isian, Kutoarjo yang merupakan stasiun awal keberangkatan bisa mencapai 200 orang setiap harinya, disusul Purwokerto 120 orang, Kebumen dan Gombong sebanyak 70 orang setiap harinya.
Selain karena harga tiketnya yang cukup terjangkau yakni Rp70.000/penumpang, untuk membeli tiket KA AC Bogowonto juga bisa dipesan maksimal 30 hari sebelum keberangkatan melalui online sama seperti pemesanan KA bisnis dan eksekutif.
Data dari stasiun Kutoarjo, selama Februari 2011 yang memiliki 28 hari, total penumpang yang berangkat dari Kutoarjo diantaranya ; Sawunggalih Pagi sebanyak 2.906, sore 2.862, Bogowonto 3.605, dan Kutojaya 9.168. artinya, segmen Sawunggalih sudah mulai ‘direbut’ Bogowonto dan sebagian lainnya dari para penumpang yang biasanya menggunakan ekonomi Kutojaya.
Ditambahkan Kepala Stasiun Kutoarjo Pramono, sambutan masyarakat akan kehadiran Bogowonto juga sangat baik. Pihaknya mensosialisasikan sejak beberapa bulan sebelum resmi beroperasi, sehingga saat mulai diluncurkan langsung bisa terbentuk segmentasi penumpangnya.
Salah seorang penumpang, Haris yang baru saja mencoba KA Bogowonto mengaku terkesan dengan suasana dan kenyamanan di dalam kereta dan selama dalam perjalanan. Dia yang pergi bersama sang istri mengaku langsung jatuh cinta.
“Ya, semoga saja kondisi ini bisa berjalanan terus sampai kapan pun, sehingga masyarakat akan merasa senang menggunakan KA ekonomi Bogowonto ini,” ujar Haris.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sadirun, penumpang yang pulang dari menengok cucu di Jakarta. Dia merasa nyaman dan aman naik KA Bogowonto. Sadirun naik kereta ini karena banyak mendapatkan masukan dari teman-teman yang sudah beberapa kali naik KA Bogowonto. Sebelumnya dia biasa naik KA. Gaya Baru atau KA Sawunggalih utama.
Selain nyaman menggunakan Bogowonto, juga karena jauh lebih hemat, tidak hanya bagi yang bertujuan akhir stasiun Kutoarjo namun bagi mereka yang akan meneruskan perjalanan ke Yogyakarta. Hal tersebut lantaran Kutoarjo memiliki kereta lokal Prameks tujuan Yogyakarta-Solo dengan harga tiket yang terjangkau.
Menurut Pramono untuk tujuan Yogyakarta disediakan kereta Prameks dengan tiket Rp9.000/orang. Setiap harinya berjalan empat kali, dua di pagi hari dan dua kali keberangkatan di sore hari. “Apabila KA Bogowonto berjalan normal, penumpang yang akan melanjutkan ke Yogya bisa naik Prameks keberangkatan pukul 18.00, karena sudah tiba di Kutoarjo pukul 17.00,” urainya.
Pedagang Asongan
Kendati merasakan kenyamanan dan tingkat keamanan yang cukup baik, namun tetap saja masih ada kendala selama dalam perjalanan yang memungkinkan membuat para penumpang merasa terganggu.
Kenyamanan penumpang mulai terganggu pada saat kereta Bogowonto mulai lepas dari stasiun Cikampek menuju Cirebon dan seterusnya. Di stasiun pemberhentian, pedagang asongan masih diperkenankan masuk rangkaian kereta api dan bebas berjualan. Memang, mereka tidak mengikuti laju kereta ke stasiun berikutnya dan turun di stasiun yang sama, namun kondisi tersebut membuat sebagian penumpang merasa terganggu.
Diharapkan ke depan, PT Kereta Api lebih memperhatikan kenyaman penumpangnya dan melarang pedagang asongan untuk bebas berkeliaran di dalam kereta Bogowonto. “Memang kadang kita butuh pedagang asongan juga, tapi juga jadi ketar-ketir karena khawatir terjadi seuatu yang tidak diinginkan,” kata Haris (TIM).