Jakarta – Pemerintah di penghujung tahun 2020 akan meresmikan sebuah pelabuhan baru di Subang Jawa Barat. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi optimis pembangunan tahap awal (Tahap 1) Pelabuhan Patimban yang memiliki bangunan dan kapasitas bongkar muat sebesar Pelabuhan Tanjung Priok ini dapat diresmikan – soft launching, pada minggu ketiga November 2020 dan dapat dioperasikan secara terbatas pada bulan Desember 2020.
"Ini tinjauan kami terakhir sebelum nanti kami soft opening, minggu ketiga November 2020, tahap pertama harus sudah selesai pembangunan pertama dan operasional terbatas," kata Menteri Perhubungan Budi Karya usai meninjau lokasi pembangunan menggunakan kapal milik nelayan Patimban, Sabtu (31/10) lalu.
Pelabuhan ini, lanjut Menhub Budi Karya, juga akan menjadi salah satu pelabuhan yang mengedepankan penggunaan teknologi dan sistem digital dalam pengoperasiannya. Semua sistem nantinya akan terintegrasi secara digital dan dapat diakses secara real time sehingga proses logistik bisa lebih efisien dan tidak terjadi penumpukan.
Terkait aksesibilitas, nantinya pelabuhan Patimban akan dilengkapi dengan akses jalan tol dan jalur kereta api. Dengan adanya kemudahan akses dan fasilitas ini diharapkan ke depan akan dapat menjadikan kawasan Pelabuhan Patimban ini menjadi kawasan logistik yang sangat besar.
Secara umum, Pelabuhan Patimban akan melayani jenis muatan Peti Kemas dan Kendaraan Bermotor (Car Terminal) yang diangkut menggunakan kapal-kapal berukuran besar. Car Terminal ini nantinya memiliki kapasitas tampung hingga 600 ribu kendaraan per tahun pada kondisi ultimate (sudah selesai seluruhnya).
Dengan adanya Car Terminal di Pelabuhan Patimban ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas khususnya untuk ekspor-impor produk kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok. Selama ini, kendaraan berat termasuk angkutan ekspor-impor kendaraan menyumbang pada kemacetan lalu lintas khususnya ruas antara Bekasi-Tanjung Priok, Jakarta.
Pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap. Tahap pertama, Pelabuhan Patimban direncanakan akan dapat melayani 3.75 juta peti kemas (TEUS). Tahap kedua, kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi 5.5 Juta TEUS dan pada tahap ketiga akan meningkat kembali hingga 7 juta TEUS (ultimate).
Untuk tahap pertama, obyek fisik yang direncanakan siap beroperasi adalah terminal peti kemas sepanjang 150 m, lapangan peti kemas seluas 35 Hektare (Ha) dengan kapasitas 250.000 TEUs (Twenty-foot Equivalent Unit), dan terminal kendaraan 300 m dengan kapasitas 218.000 CBU.
Pembangunan pelabuhan Patimban telah mengalami progres yang baik yaitu pembangunan Terminal Mobil (Car Terminal) seluas 8 Ha mencapai 92% dan ditagetkan selesai pada akhir November 2020. Car teminal ini memiliki dermaga berukuran 350 meter x 33 meter berkapasitas 218.000 CBU.
Kemudian, terminal kontainer seluas 1 hektar dengan dermaga berukuran 420 meter x 34 meter juga ditargetkan selesai pada akhir November 2020. Dermaga ini berkapasitas 250.000 TEUs. Sementara, jalan akses pelabuhan dari jalan akses yang dibangun oleh Kementerian PUPR dan ramp on/off jalan akses progress-nya sudah mencapai 99 persen.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Agus Purnomo mengatakan, dermaga tahap 1 sudah melakukan uji sandar kapal sejak awal minggu ini dan hasilnya sudah cukup memuaskan. "Sekarang kami sedang melakukan persiapan untuk jalan akses, sehingga nanti pada minggu ketiga November, Pelabuhan Patimban tahap 1 sudah siap untuk beroperasi," ujar Agus.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, seperti dikutip dalam media nasional, memastikan para nelayan di sekitar proyek pembangunan Pelabuhan Patimban akan diberikan solusi terbaik agar kegiatan melautnya tidak terdampak. “Rencananya, akan ada kerja sama dari para perusahaan dengan membentuk koperasi usaha bersama untuk nelayan dan ada bantuan kapal yang muatannya lebih dari 15GT supaya nelayan bisa melaut lebih jauh,” ujar Menhub.
Perwakilan nelayan sekaligus Ketua Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Genteng Subang, Jauhari (45) mengapresiasi kunjungan Menhub Budi Karya untuk langsung mendengar aspirasi nelayan yang ada di sekitar kawasan pembangunan Pelabuhan Patimban. Demikian juga yang diungkapkan Danan (41) ke sejumlah media.
Menurut Danan, permasalahan utama nelayan di sekitar kawasan Patimban saat ini adalah kurangnya modal untuk melaut ke wilayah yang lebih jauh. Terlebih lagi nelayan Patimban kebanyakan sudah terbiasa dengan sistem melaut di pinggir dan tidak terlalu jauh ke lepas pantai. Selain permodalan dan alat baru, diperlukan juga pelatihan serta pembiasaan untuk para nelayan terdampak.
Para nelayan di sekitar Pelabuhan Patimban mengapresiasi kunjungan Menhub di Patimban dan mengungkapkan kegembiraannya atas kesediaan Menhub untuk bertatap muka langsung serta mau mendengar aspirasi nelayan. “Kami mengapresiasi kehadiran Pak Menteri langsung ke sini untuk mendengar aspirasi dari nelayan. Aspirasi dari kami tentu soal permodalan yang butuh bantuan, termasuk alat tangkap, dan kapal baru untuk melaut,” ujar Jauhari.
Kemenhub Peduli
Sebelumnya, Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Laut melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) Jakarta telah melakukan Pendidikan dan Latihan Pemberdayaan Masyarakat. Salah satu programnya adalah program pemulihan mata pencaharian bagi nelayan yang terkena dampak pembangunan Pelabuhan Patimban dengan memberikan keterampilan, pengetahuan dan keterampilan, serta kemampuan bagi sumber daya masyarakat, khususnya para nelayan di sekitar Pelabuhan Patimban.
Melalui Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pemberdayaan Masyarakat (DPM) tersebut, Pemerintah berupaya meningkatkan kompetensi dan keterampilan masyarakat sekitar Patimban untuk meningkatkan taraf hidup, termasuk juga membudayakan keselamatan bertransportasi.
Diklat diikuti sebanyak 416 orang dan gratis. Salah satu materi diklat adalah Pengetahuan Basic Safety Training Kapal Layar Motor(BST KLM). Harapannya, para peserta diklat memahami dan mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk berkarir dan membuka usaha di industri maritim yang kian berkembang di Indonesia.
Episentrum Pengembangan Ekonomi Baru
Pemerintah berharap, Pelabuhan Patimban dapat menjadi episentrum baru pengembangan perekonomian di luar Jakarta dan bisa mendorong roda perekonomian baru di daerah Rebana (Cirebon, Subang, Majalengka). Pelabuhan Patimban menjadi sangat strategis di masa depan karena ditopang oleh infrastruktur pendukung seperti Bandara Kertajati dan akses jalan tol. Selain itu, pelabuhan ini juga akan mengintegrasikan kawasan ekonomi eksisting seperti Bekasi Timur, Karawang, dan Purwakarta.
Patimban yang jadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) berada di area seluas 369 Ha dan backup area mencapai 356 Ha, dengan biaya investasi total hingga mencapai Rp 43,2 triliun. Untuk tahap satu sudah dilakukan sebesar Rp 14 triliun yang dananya berasal dari APBN dan pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Tahap lanjutan dari pengembangan pelabuhan ini akan dilakukan pada tahun 2023 dengan nilai investasi sebanyak Rp9,5 triliun.
Keberadaan Pelabuhan Patimban secara umum diharapkan dapat mengurangi biaya logistik dengan mendekatkan pusat produksi dengan pelabuhan, memperkuat ketahanan ekonomi, sekaligus mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas dari dan menuju Jakarta. Diharapkan juga, pelabuhan ini dapat mendorong ekonomi masyarakat sekitar dan juga secara nasional.
Kawasan Rebana, yaitu kawasan Segitiga Emas Cirebon-Patimban-Kertajati diproyeksikan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terbesar di Indonesia dan salah satu Pelabuhan Strategis di Indonesia. (IS/AS/HG/HT)