Sejak di resmikan pengoperasiannya oleh Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal pada 15 Oktober 2009, KRDI Blora Jaya Ekspress segera menyedot antusiasme warga Semarang – Cepu. Tim Redaksi www.dephub.go.id membuktikan hal itu ketika pada akhir Desember 2009 lalu mencoba sendiri melakukan perjalanan kereta tersebut dari Semarang ke Cepu.

Dari pengamatan tim redaksi www.dephub.go.id kereta tersebut dipenuhi penumpang yang melakukan perjalanan dari Semarang ke Cepu.  Latar belakang penumpang tersebut beragam ada pegawai negeri, mahasiswa, pegawai kantoran, pedagang dan juga mahasiswa. Menurut Septa T Ramadin, Vice President PT KA DAOP VI data yang dimilikinya menunjukkan pada bulan November 2009 sebulan kereta tersebut beroperasi tercatat jumlah penumpang sebanyak 11.790. orang.

KRDI Blora Jaya dalam sehari melayani rute Semarang – Cepu sebanyak 2 kali perjalanan PP. Setiap pagi pukul 05.05 WIB kereta berangkat dari Cepu dan tiba di Semarang pukul 07.54 Kemudian, dari Semarang pukul 08:50 berangkat kembali menuju Cepu sampai  pukul 11:46. Selanjutnya, pada pukul 13:00 kereta berangkat ke Semarang sampai pukul 16:10. Kemudian dari Semarang pukul 17:30 berangkat kembali ke Cepu tiba pukul 20:46.

Minimnya alternatif moda transportasi yang memadai yang menghubungkan Semarang – Cepu dan wilayah sekitarnya nampaknya merupakan faktor yang mendorong begitu diminatinya KRDI Blora Jaya ini oleh masyarakat. Kepala Stasiun Poncol, Achmad Zahid menyebutkan bahwa dengan menggunakan moda jalan raya Semarang – Cepu tidak mungkin ditempuh dalam waktu kurang lebih tiga jam seperti kalau menggunakan KRDI Blora Jaya. “Jalan Raya Semarang – Cepu kondisi kurang bagus dan pilihan modanya kurang dan jatuhnya bisa lebih mahal,” kata Zahid.

Tanpa AC Tapi Cukup Nyaman

Menikmati perjalanan dengan KRDI Blora Jaya ini cukup nyaman. Meski tidak dilengkapi AC kereta ini dilengkapi dengan kipas angin yang cukup memadai. Tempat duduknya juga dirancang seperti halnya kereta jarak jauh (saling berhadapan bukan samping menyamping) dengan bahan fiber dan ditengahnya busa. Berbeda dengan kereta api komuter umumnya, kereta dengan kapasitas 574 penumpang dalam kondisi normal ini ternyata dilengkapi toilet/lavatory sebanyak 2 buah dalam. Adanya toilet ini dikarenakan kereta ini menempuh perjalanan lebih dari 2 jam, sehingga para penumpang tidak perlu khawatir harus “menahan hajat” berlama-lama ketika memanfaatkan jasa kereta api .

Beberapa penumpang yang ditemui tim redaksi www.dephub.go.id menyatakan kepuasannya terhadap keberadaan KRDI Blora Jaya. “Keretanya bagus banget, terus lancar, jalannya bagus. Semuanya fasilitasnya bagus,” kata Ester, penumpang Blora Jaya Ekspress dari Jakarta, yang hendak  menuju ke Randublatung. Ester memilih naik kereta ini karena merasa lebih nyaman dan lebih leluasa, terlebih bila dibanding naik bus. Bapak Irwan, salah satu penumpang KRDI yang tinggal di Cepu sependapat dengan Ester. “(kereta ini) cukup bagus. Lumayan. Bisa menjangkau semua lapisan. Kalau dibandingkan dengan naik bus, susah, apalagi ke Cepu yang terjepit, harus ke Blora, Rembang.  Kenyamanan naek bus belum terjamin. Naik KRDI 25rb. Naik bus 30ribu, naik travel lebih, bisa 50 ribu,” kata pria berkumis tersebut.

Pendapat agak berbeda dikemukakan Linda, gadis asal Cepu yang kuliah di Semarang.“Untuk pelayanan kami cukup puas. Tapi yang saya sayangkan, kenapa dengan tarif 25.000, saya belum tentu dapat fasilitas tempat duduk yang nyaman. Saya harap dengan tarif 25.000, penumpang ada kepastian tempat duduk. Nggak perlu buru-buru naik. Sekarang ini harus rebutan tempat duduk,” kata Linda lagi.  Namun begitu, Linda merasa fasilitas yang diberikan Blora Jaya Ekspress jauh lebih baik dari kereta feeder (K3) yang sebelumnya telah dioperasikan PT KA DAOP IV Semarang untuk melayani rute Semarang – Cepu, namun dengan tarif yang lebih rendah, yaitu 18.000 sekali jalan. Lebih dari itu yang disukai Linda dari KRDI Blora Jaya ini dirinya bisa merasa lebih aman, karena adanya security yang bertugas. 

Triono, koordinator Keamanan/Kamtib Daop IV Semarang yang pada kesempatan itu ikut dalam perjalanan KRDI Blora Jaya Ekspress menyatakan, untuk sisi keamanan, pihaknya menurunkan 2 (dua) orang security tiap kali pemberangkatan KA ( 1 kali P.P). Triono menyatakan, tugas-tugas security tersebut diantaranya adalah: mengamankan penumpang dari orang-orang tidak bertanggung jawab, membantu naik turun penumpang, serta melarang para pedangan asongan masuk ke dalam kereta. “Kami harap semua kereta di Daop IV bebas asongan, sekalipun kereta ekonomi. Hal ini untuk membuktikan bahwa kereta itu aman, nyaman dan dipercaya penumpang,” tegas Triono.

Pedagang asongan memang tidak diperkenankan ada di dalam KRDI Blora Jaya, hanya saja tim redaksi www.dephub.go.id masih menemui pedagang asongan yang menjual makanan di pintu-pintu gerbong KRDI Blora Jaya tersebut setiap singgah di stasiun. Menanggapi hal itu security yang bertugas menegaskan bahwa sebatas menjual dagangan di pintu gerbong setiap KRDI berkenti di stasiun masih dimaklum. “Tetapi mereka tidak boleh masuk dan hilir mudik di dalam kereta,” kata petugas security tersebut. Bagi penumpang yang membutuhkan makanan kecil dan soft drink selama perjalanan, dapat membelinya pada penjual snack resmi yang dikelola oleh PT KA yang setiap saat hilir mudik menggunakan kereta dorong. Pelayanan ini mengingatkan pada bentuk pelayanan yang diberikan maskapai penerbangan murah (Low Cost Carrier), yang telah menjadi kelaziman bagi konsumen penerbangan beberapa tahun terakhir.

Tantangan Mempertahankan Pelayanan

Memang suatu hal yang tidak bisa dibantah bahwa kenyaman yang dirasakan ketika menumpang KRDI Blora Jaya ini disebabkan kereta tersebut masih baru. Pertanyaannya...sampai kapan kenyamanan kereta bikinan anak bangsa di PT INKA madiun tersebut bisa bertahan untuk dinikmati ? Tentu kita semua tidak berharap 2 atau 3 tahun lagi KRDI Blora Jaya ini menjadi sama kumuhnya dengan kereta-kereta komuter kelas ekonomi yang ada di wilayah jabodetabek. Lantas caranya bagaimana?

Akan terasa sangat klise kalau kita menggantungkan semua itu pada kalimat, “itu semua tanggung jawab bersama tidak hanya PT KA dan Pemerintah tetapi juga masyarakat. “ Pernyataan itu benar adanya. Namun sebenarnya tidaklah sepenuhnya demikian....masyarakat sebenarnya bisa patuh dan disiplin apabila PT KA sebagai operator maupun regulator secara konsisten mempelopori penegakkan disiplin itu. Seperti misalnya larangan untuk berdagang di kereta harus ditegakkan secara konsisten sampai kapanpun, nah jika ini dilakukan secara konsisten pasti masyarakat juga akan patuh. Lain ceritanya apabila ternyata hanya hangat-hangat tahi ayam, disiplin kendor lama kelamaan ada pedagang yang berjualan di dalam kereta tanpa ada tindakan apapun karena adanya “kongkalikon” dengan petugas...ya akhirnya akan semmrawut kembali dan bahkan lebih susah untuk mengembalikan seperti semula.

Selain itu melihat tingginya animo masyarakat untuk memanfaatkan KRDI Blora Jaya ini menunjukkan bahwa mereka sangat membutuhkan moda transportasi ini. Mungkin tidak berlebihan jika kondisi yang terjadi saat ini bisa diungkapkan dengan kaliman “KRDI Blora Jaya sudah ada di hati warga”. Nah kondisi ini akan lebih bisa bertahan apabila PT KA mampu menerapkan pendekatan relationship kepada pengguna jasa ini sebagai salah satu stakeholder bukan semata-mata consumer. Sehingga para pengguna ini benar-benar akan menyadari bahwa mereka adalah bagian dari kepemilikan bersama terhadap sarana transportasi kereta ini yang ikut bertanggung jawab terhadap keberlangsungan pelayanan ini ke depan..... (TIM)