Tol laut merupakan salah satu program Presiden RI Joko Widodo yang bertujuan untuk mengurangi disparitas harga di timur Indonesia. Dengan berkurangnya disparitas harga, maka kesenjangan ekonomi akan semakin mengecil.
Program tol laut ini juga mengembangkan konektivitas antar wilayah sehingga pendistribusian dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, Kementerian Perhubungan berupaya membangun infrastruktur transportasi untuk mendukung jalannya program tersebut.
Tol laut memiliki 13 rute pelayaran yang menuju Indonesia bagian timur, Sumatera bagian timur, dan Natuna. Salah satu rutenya yaitu (T3) berlayar ke Tanjung Perak-Calabai (Dompu)-Maumere-Larantuka-Lewoleba-Rote-Sabu-Waingapu-Sabu-Rote-Lewoleba-Larantuka-Maumere-Calabai (Dompu)-Tanjung Perak.
Rote sebagai pulau yang berada di paling selatan Indonesia juga turut disinggahi tol laut dan dijadwalkan kapal tol laut singgah di Pelabuhan Ba’a setiap sebulan sekali. Namun, tampaknya program tol laut belum begitu popular atau pengusaha kurang memahami program tersebut.
Kepala Unit Pelaksana Pelabuhan Ba’a Welhelmus D. Dami mengatakan pihaknya telah berupaya untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah agar para pengusaha lebih memahami program tol laut. Para pengusaha perlu mengetahui lebih dalam mengenai sistem pengiriman barang dan sistem penggunaan fasilitas tol laut.
“Kami sudah menyampaikan secara lisan maupun tertulis. Kami berharap dengan adanya penjelasan dan pertemuan dengan para pengusaha, mereka akan lebih giat dan lebih memanfaatkan program tol laut. Subsidi yang diberikan untuk tol laut ini cukup besar sehingga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pengusaha maupun masyarakat,” ungkap Welhelmus D. Dami.
Hal ini menunjukkan program tol laut yang telah berjalan sejak tahun 2015 masih memerlukan sosialisasi atau publikasi yang lebih giat lagi. Welhelmus beserta stafnya terus berusaha untuk memperkenalkan program tol laut yang menjadi salah satu program andalan Presiden Joko Widodo ini. Apabila program tol laut ini dapat berjalan lancar dan dimanfaatkan dengan baik, maka masyarakat dapat merasakan dampak positifnya, salah satunya penurunan harga.
Setiap
kali bersandar kapal tol laut membawa tiga container
yang berisikan semen, pupuk organik, dan pakan ternak. Kedatangan muatan tol
laut ini cukup membantu masyarakat terutama dari segi harga, sebagai contoh
semen. Semen yang dicap tol laut ini dijual dengan harga Rp 47.500/sak,sedangkan
semen yang bukan tol laut dijual seharga Rp 55.000/sak.
Jadi andalan di
Kabupaten Rote Ndao
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memberikan saran terkait penyelenggaraan tol laut di Rote. Menhub mengatakan dermaga Pelabuhan Ba’a perlu diperpanjang 50 m dari semula hanya 80 m saja. Tujuannya agar dermaga mampu menampung lebih banyak kapal yang singgah.
“Tindak lanjut yang telah kami lakukan adalah bersurat kepada direktorat terkait dalam hal ini Direktorat Kepelabuhanan untuk melakukan studi detail engineering design (DED) terhadap Pelabuhan Ba’a. Sudah diprogramkan untuk melakukan studi tersebut di tahun 2018. Mudah-mudahan tidak ada perubahan sehingga dapat berjalan,” jelasnya.
Pelabuhan Ba’a berada di antara tiga pulau terbesar yaitu Pulau Timor, Pulau Flores, dan Pulau Sumba. Letaknya yang strategis membuat Pelabuhan ini ramai dikunjungi kapal maupun penumpang. Penambahan kapasitas dermaga pelabuhan diharapkan menambah jumlah kunjungan kapal. Selain itu, juga dapat menjadi solusi mengatasi kepadatan dan antrian kapal yang biasanya terjadi pada Oktober – Desember.
Dalam proses bongkar muat tol laut terdapat beberapa kendala yang terjadi di antaranya alat bongkar muat dan pengaruh cuaca. Saat ini, Pelabuhan Ba’a memiliki dua unit peralatan bongkar muat (forklift) kapasitas 5 ton dan 10 ton. Namun, untuk mendukung kelancaran bongkar muat memerlukan pula forklift kapasitas di atas 20 ton. Alat bongkar muat dengan kapasitas tersebut dibutuhkan karena kontainer memiliki berat sekitar 20 ton.
“Selain itu, kami juga dipengaruhi cuaca yakni musim timur dan musim barat. Pada musim barat kapal mengalami kesulitan untuk sandar sehingga perlu menunggu cuaca aman untuk bisa kembali bersandar di Pelabuhan Ba’a. Untuk musim timur, anginnya cukup kencang sehingga kapal terkadang harus berlabuh dulu 1-2 hari menunggu cuaca tenang,” terang pria paruh baya ini.
Pelabuhan Ba’a memiliki aktivitas yang cukup ramai karena disinggahi kapal cargo umum, kapal tanker, kapal penumpang, dan kapal tol laut. Aktivitas bongkar muat hingga November 2017 cukup besar yakni barang 38.290 ton dan BBM 21.350 ton. Muatan bongkar berupa kebutuhan pokok, bahan bangunan, dan BBM dengan kemasan drum, sedangkan yang dimuat dari Pelabuhan Ba’a berupa ternak dan hasil bumi lainnya.
Aktivitas naik turun penumpang di Pelabuhan Ba’a pun cukup ramai. Hingga November 2017, jumlah penumpang naik sebanyak 43.562 orang dan penumpang turun sebanyak 44.543 orang. Para penumpang tersebut menaiki kapal cepat Bahari Ekpres 1F dan 3C; kapal penumpang KM. Awu, dan KM. Wilis. Kapal cepat Bahari Ekpres menjalani rute Tenau (Kupang) – Ba’a (Rote) PP, sedangkan kapal penumpang melayani rute Tanjung Perak (Surabaya) – Kalabahi (NTT) dan Rote – Benoa PP.
Ternak yang menjadi salah satu potensi komoditi di Rote juga dikirim melalui Pelabuhan Ba’a menggunakan kapal ternak berukuran 624 GT. Kapal ternak ini dapat mengangkut hingga 450 ekor. Rote mengirimkan ternak khususnya sapi, kuda, kerbau, dan babi ke Surabaya, Jakarta, Sulawesi, dan Kalimantan.
Beragam aktivitas tersebut memperlihatkan Pelabuhan Ba’a mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Rote Ndao. Oleh karena itu, Pelabuhan Ba’a terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas dan pelayanan publiknya baik terkait program tol laut maupun kegiatan lainnya.