(Surabaya, 17/4/2012) Kementerian Perhubungan sudah menetapkan pembangunan infrstruktur transportasi di Jawa Timur pada tahun 2012 dengan alokasi dana sebesar Rp. 1,709 Triliun, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp. Rp. 1,225 Triliun.
Pembangunan infrastruktur transportasi itu disampaikan Menteri Perhubungan EE. Mangindaan pada Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi Jawa Timur, yang berlangsung di Surabaya, Senin (16/4).
Dalam paparannya Menhub menjelaskan, pembangunan di Provinsi Jawa Timur dalam Master Plane Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesai (MP3EI) termasuk pada koridor ekonomi Jawa yang pengembangannya dalam rangka mendorong industri dan jasa nasional. Untuk komoditas utamanya adalah produk makanan, tekstil, industri alat angkut, telematika, perkapalan, alutsista dan petrokimia. Sedangkan pusat kegiatan ekonomi Jawa Timur terpusat di Metropolitan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan), melalui pintu masuk Pelabuhan Tanjung Perak.
Guna mendukung pengembangan Koridor Ekonomi Jawa khususnya Jawa Timur dilakukan pembangunan infrastruktur antara lain, pembangunan double track Semarang-Bojonegoro-Surabaya (280 KM), KA Perkotaan Surabaya (Sidotopo menuju Bandara Juanda) dan pembangunan Pelabuhan Probolinggo Tahap II.
Untuk mendukung Konsep Gerbangkertosusilo Kementerian Perhubungan merencanakan pengembangan koridor Bus Rapid Transit dari Bangkalan – St Semut, Terminal Gresik – St. Semut, Terminal Osowilangun, St. Sidoarjo – Terminal Purbaya – St Semut. Adapun Koridor Busway fase 1 saat ini menghubungkan St. Sidoarjo – Pelabuhan Tanjung Perak.
Moda perkeretaapian juga diharapkan menjadi backbone dari sistem transportasi, pada wilayah Jawa Timur saat ini telah melayani baik bagian Utara Jawa, maupun bagian Selatan Jawa Timur. Terkait dengan pembangunan dan pengembangan transportasi Perkeretaapian dari Jakarta menuju Surabaya dengan jalur ganda lintas utara Jawa 725 Km dan jalur ganda lintas selatan Jawa 655 km, progres saat ini untuk jalur ganda lintas utara sudah selesai dibangun 220 Km Jakarta-Cirebon. Sisa 462 Km dengan rencana kebutuhan pembiayaan Rp. 11,5 T dengan pengerjaan: Partial Double Track (Selesai 2016), Perkiraan Biaya : Rp. 3,0 T rute Cirebon-Brebes-Tegal-Pekalongan-Semarang dengan jarak 220 Km; Desain (2010-2011), Pembebasan Lahan (2011-2013),Pembangunan (mulai 2014) Perkiraan Biaya : Rp. 8,5 T dengan rute Semarang-Bojonegoro-Surabaya.
Untuk jalur ganda lintas Selatan sudah selesai dibangun 184 Km Kutoarjo-Yogya-Solo. Sisa 471 Km rencana kebutuhan pembiayaan Rp. 15,6 T dengan pengerjaan: Partial Double Track (Selesai 2016), Perkiraan Biaya : Rp. 4,3 T rute Cirebon-Kroya dengan jarak 156 Km; Desain (2010), Pembebasan Lahan (2011), Pembangunan (2012) Perkiraan Biaya : Rp. 4,5 Triliun dengan rute Kroya-Kurtoarjo; Desain (selesai), Pembebasan Lahan (2011-2012),Pembangunan (mulai 2012) Perkiraan Biaya : Rp. 1,8 Triliun dengan rute Solo-Madiun; Desain (2011-2012), Pembebasan Lahan (2012-2013),Pembangunan (mulai 2013) Perkiraan Biaya : Rp. 5,0 Triliun dengan rute Madiun-Surabaya.
Untuk pengembangan kereta api perkotaan khusus Kota Surabaya dilakukan pada jalur Surabaya-Lamongan sepanjang 41 KM, Surabaya-Mojokerto sepanjang 47 KM, dan Surabaya-Sidoarjo-Bangil sepanjang 47 KM.
Program kegiatan pengembangan transportasi kereta api, sebagai berikut : Konstruksi jalan KA dan elektrifikasi di lintas Kandangan – Sidoarjo; Double Track & elektrifikasi Lamongan-Porong dan Mojokerto; Pembangunan double track & elektrifikasi dari Waru menuju bandara Juanda; Reaktivasi jalur KA dari Tarik menuju Sidoarjo yang saat ini kegiatan sedang berlansung.
Infrastruktur transportasi laut Jawa Timur, salah satunya adalah Pelabuhan Tanjung Perak, yang merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia, yang menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial maka Pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran interinsulair Kawasan Timur Indonesia.
“Selanjutnya Pelabuhan Tanjung Perak akan dikembangkan di Teluk Lamong untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan distribusi barang, “ ungkap Menhub.
Pengembangan dan pembangunan sektor transportasi udara pada Bandara Juanda antara lain berupa pembangunan terminal (T2) dengan luas 49.500 m2 yang memiliki kapasitas 6 juta penumpang per tahun; Pembangunan 14 parking stand; Pembangunan check in counter sebanyak 40 counter.
“Pengembangan dan pembangunan ini bertujuan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang dan pergerakan pesawat setiap tahunnya,” ujar Menhub.
Selanjutnya pengembangan dan pembangunan bandara juga dilakukan antara lain di Bandara Bawean yang rencananya menyiapkan lahan untuk landasan pacu menggunakan timbunan tanah dengan volume 30.000 m3, Bandara Banyuwangi perluasan apron seluas 2.400 m2 dan pembuatan taxiway seluas 1.125 m2, Bandara Trunojoyo-Sumenep pembuatan taxiway dan apron baru seluas 7.125 m2 serta pembuatan gedung terminal penumpang seluas 900 m2, Bandara Abdul Rachman Saleh-Malang penyiapan lahan dengan timbunan tanah untuk pemindahan Glide Path seluas 35.000 m2 dan penggantian, pengadaan serta pemasangan Airfield Lighting System. (AB)