(Jakarta, 21/01/10) Pemerintah menargetkan terciptanya sistem transportasi berkesinambungan untuk Jawa dan Sumatera pada 2014. Moda transportasi kereta api akan dijadikan sebagai angkutan utama.

"Untuk itu, sesuai arahan Wapres, TRKA (Tim Revitalisasi Kereta Api) diminta untuk melakukan focusing program tahun per tahun hingga 2014, mulai tahun ini. Tidak hanya diminta untuk membuat output, tetapi juga outcomes-nya," jelas Dirjen Perkeretaapian Tundjung Inderawan di Jakarta, Rabu (20/1).

Dijelaskannya, program revitalisasi diperlukan untuk meningkatkan peran kereta api. Karena hingga saat ini, peran moda itu masih relatif kecil dalam interaksi dengan kegiatan ekonomi. "Berbeda dengan di negara-negara lain," imbuhnya.

Menurut Tundjung pemerintah memperkirakan, program revitalisasi perkeretaapian nasional tersebut memerlukan alokasi anggaran sekitar Rp 82 triliun. "Itu angka sementara, berdasarkan hasil rapat kabinet terbatas di kantor wakil presiden dan dihadiri pihak terkait, Rabu (20/1)," kata Dirjen Tundjung.

Dijelaskannya, program revitalisasi diperlukan untuk meningkatkan peran kereta api karena hingga saat ini, data menyebutkan, peran moda itu masih relatif kecil dalam interaksi dengan kegiatan ekonomi.

Data 2008 menyebutkan, sumbangan Kereta Api (KA) hanya sekitar tujuh persen untuk angkutan penumpang dan 0,67 persen untuk angkutan barang."Dalam 11 tahun terakhir, jumlah penumpang dan barang mengalami kenaikan, namun produksi angkutan penumpang maupun barang cenderung stagnan. Khusus KA Jabotabek hanya berperan sekitar 2-3 persen dari jumlah perjalanan orang di Jabodetabek dan empat persen dari pangsa transportasi publik," katanya.

Untuk itu, tegasnya, sejumlah kegiatan prioritas akan dilakukan pemerintah antara lain adalah, pertama, penguatan regulasi melalui penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria. Kedua, pengembangan SDM melalui sertifikasi standar kompetensi SDM operator maupun regulator. Ketiga, revitalisasi kelembagaan melalui Rencana Induk serta penataan regulator dan operator.Keempat, revitalisasi korporasi melalui penetapan peran PT KA pada masa transisi dan penyehatan keuangan PT KA. Kelima, peningkatan keselamatan, ketepatan perjalanan dan kualitas pelayanan kereta api. Keenam, peningkatan investasi swasta dan ketujuh, peningkatan peran pemda dalam pengelolaan KA perkotaan.

Untuk itu, pemerintah, lanjutnya, setidaknya sudah menetapkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana perkeretaapian 2010-2014 yang meliputi antara lain pembangunan jalur ganda KA di Jawa, pembangunan jaringan KA Trans Sumatera Railways, serta pengembangan KA Komuter di tujuh kota besar (Jabotabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Palembang), meningkatkan keterpaduan moda KA dengan moda lainnya.

"Pada rapat terbatas itu juga disepakati, penajaman masih akan dilakukan dalam rapat serupa pada sebulan ke depan," katanya.    Ditanya apakah dana itu mampu dipenuhi pemerintah, Tundjung memastikan bahwa hal itu tentu saja tidak bisa dipenuhi pemerintah sepenuhnya. "Tentu dalam hal ini, kami mengundang partisipasi swasta karena regulasinya sudah memungkinkan," katanya.   

Ketidakmampuan pemerintah memenuhi anggaran tersebut, katanya, sudah dibuktikan program revitalisasi dalam tiga tahun terakhir yakni dari Rp19 triliun yang dianggarkan, pihaknya hanya mendapat kucuran dari APBN sebesar 55 persen.   

"Bukti nyatanya tahun ini, usulan kami mencapai Rp 7 triliun, tetapi pemerintah menyetujui hanya Rp 3,7 triliun," katanya.

Tiga juta penumpang Jabodetabek

Sementara itu, sebagai bagian dari program revitalisasi perkeretaapian untuk Jabotabek, pemerintah menargetkan, jumlah penumpang kereta api (KA) Jabotabek pada 2014 adalah sebesar tiga juta per hari dari kondisi saat ini yang hanya sekitar 450 ribu orang per hari.   

Artinya, Tundjung berharap setiap tahunnya hingga 2014, ada anggaran sekitar Rp7-8 triliun untuk kepentingan pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang ada saat ini. Tundjung memberikan contoh, untuk pengembangan daya listrik diperlukan sedikitnya anggaran Rp 2,3 triliun, persinyalan Rp 2,4 triliun, pergantian rel Rp 8 triliun dan pembuatan jembatan layang di seluruh lintas sebidang.   

"Nantinya tak ada lagi perlintasan sebidang dan seluruh stasiun di Jabotabek harus steril," katanya.    Dengan anggaran sebesar itu, maka, lanjutnya, nantinya diharapkan perjalanan kereta api di Jabotabek setiap lima menit sekali karena sistem operasinya akan dibenahi.    Pembenahannya antara lain untuk layanan komuter terbatas di dalam kota (loopline) akan melayani penumpang secara mandiri, sedangkan pengumpannya seperti ka dari Bekasi, Serpong dan Depok serta Bogor, hanya bolak balik saja.   

"Sementara, KA dari luar Jakarta, semuanya berhenti dan berangkat dari Manggarai. Tentu setelah program jalur dwiganda Cikarang-Manggarai selesai," katanya.   

Kemudian, tarifnya, tambahnya, akan tunggal, tidak seperti saat ini yang untuk Jabotabek ada tujuh jenis tarif.    "Nantinya, seluruh KRL ber-AC dan hanya satu tarif dan pada ruas tertentu bisa disinergikan dengan moda lain seperti busway," katanya.       

Ia juga menambahkan, untuk mencapai target itu, langkah strategis lain yang akan dilakukan antara lain peningkatan jumlah armada dari 418 unit menjadi 1.600 unit dengan jumlah perjalanan 1.218 rute per hari dan pasokan listrik untuk listrik aliran atas sedikitnya mencapai 243 MW.(ES)