(Jakarta, 19/01/10) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggandeng sejumlah perguruan tinggi untuk bekerja sama dalam program peningkatan kualitas investigator melalui jalur pelatihan singkat. Upaya ini juga menjadi wadah bagi lembaga tersebut untuk melakukan perekrutan investigator baru.
 
Ketua KNKT Tatang Kurniadi menuturkan, dirinya sejak 2009 lalu telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) perihal kerja sama pendidikan tersebut dengan sejumlah perguruan tinggi baik di Jakarta maupun di kota-kota di luar Jakarta. Materi pelatihan yang dikerjasamakan mencakup pelatihan investigasi di bidang angkutan udara, angkutan darat, angkutan kereta api dan angkutan laut.
 
”Sekolah-sekolah tersebut adalah sekolah yang memiliki materi pendidikan khusus di bidang transportasi. Terakhir, Senin (18/1) kemarin, saya menandatangani MoU kerja sama dengan dua kampus untuk program pelatihan terpadu investigasi udara. Yaitu dengan Sekolah Tinggi Teknologi Adisucipto (STTA) Jogjakarta dan Universitas Nurtanio Bandung. Penandatanganannya dilakukan bersamaan di Jogjakarta,” jelasnya di markas KNKT di Jakarta, Selasa (19/1).
 
Sebelumnya, pada Agustus 2009, Tatang melakukan penandatanganan MoU pelatihan investigator bidang angkutan udara dengan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP ) Surabaya. Ke depan, kerja sama sejenis akan dilakukan KNKT dengan sejumlah perguruan tinggi lain. Di antaranya dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Hangtuah Surabaya, serta Akademi Pelayaran Surabaya, untuk bidang angkutan laut.
 
”Untuk bidang angkutan kereta api kita akan bekerjasama dengan STTD (Sekolah Tinggi Transportasi Darat) karena saat ini belum ada sekolah khusus tentang kereta api. Sedangkan untuk investigator darat, selain dengan STTD, kita juga akan bekerja sama dengan Universitas Bhayangkara dan STT Trisakti Jakarta,” papar Tatang.
 
Dia menambahkan, upaya kerja sama ini juga sebagai jawaban atas temuan hasil audit organisasi penerbangan sipil internasional ICAO pada 2007 silam, yang mempertanyakan sejauh mana kegiatan pelatihan dilakukan KNKT. Saat itu, jelasnya, ICAO menilai bahwa upaya KNKT untuk mengembangkan kualitas SDM melalui jalur pelatihan masih sangat minim.
 
Ditanya perihal alokasi anggaran biaya yang dibutuhkan untuk mendukung program tersebut, Tatang mengaku belum dapat menyebutkan secara pasti berapa jumlahnya. ”Untuk biaya kita belum tahu, sekarang masih hitung-hitungan. Kemungkinan tidak akan terlalu besar, karena ini bersifat strategis di mana KNKT juga akan menyumbangkan instruktur.
 
Tetapi yang pasti, alokasinya akan kita ambil dari pos pelatihan yang sudah ada,” imbuhnya. Kendati demikian, dirinya menargetkan, mulai Februari 2010 mendatang, program kerja sama pelatihan investigator kecelakaan di empat moda angkutan tersebut dapat terealisasi.
 
Tatang menegaskan, sesungguhnya program kerja sama yang dilakukannya dengan sejumlah perguruan tinggi ini bukanlah kerja sama pertama yang dilakukan KNKT untuk meningkatkan kualitas para investigatornya. Jauh sebelumnya, bahkan sejak 2007 lalu, KNKT telah secara intensif menggelar pelatihan bersama untuk mengembangkan mutu SDM-nya dengan lembaga-lembaga sejenis milik negara-negara lain. Antara lain dengan komite keselamatan transportasi Australia (ATSB), serta komite keselamatan transportasi Jepang (JTSB).
 
Saat ini, dijelaskan Tatang, KNKT baru memiliki sebanyak 59 investigator. Sebanyak 29 orang di antaranya merupakan investigator bidang udara. Sedangkan 14 orang sisanya di bidang angkutan laut, delapan untuk moda kereta api, dan dua orang untuk moda angkutan darat. Melalui program kerja sama dengan perguruan tinggi nasional ini pula, Tatang menargetkan KNKT tidak hanya mampu meng-upgrade SDM yang telah ada. ”Tetapi juga kita harapkan bisa menjaring tenaga-tenaga investigator baru,” pungkasnya. (DIP)