(Tanjung Pinang, 9/1/2012) Kapal Perintis KM Sabuk Nusantara 30 diresmikan pengoperasiannya oleh Menteri Perhubungan EE. Mangindaan, Senin (9/1) di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Pembangunan kapal ini merupakan bentuk  perhatian pemerintah dalam rangka menciptakan konektivitas antar wilayah di Indonesia yang saat ini dipusatkan kepada daerah pedesaan, daerah terpencil, daerah kepulauan dan daerah pulau terluar.

KM Sabuk Nusantara 30 bertipe 1200 GT, mempunyai panjang 62,80 m, lebar 12 m, tinggi geladak 4 m, kecepatan percobaan 12 knot dan daya mesin 2x1000 Horse Power serta dikelaskan oleh Biro Klasifikasi Indonesia dengan kelas Passenger Cargo. Kapal ini mampu menampung 400 orang dengan rincian kelas ekonomi 346 orang, kelas I 8 orang dan kelas II 16 orang. Kapal ini akan melayani rute perintis Reguler 5 dengan rute Tj. Pinang-Tambelan-Sintete-Serasan-Subi-Ranai-Pulau Laut-Sedanau-Midai-Tarempa-Letung-Tj. Pinang PP. KM Sabuk Nusantara 30 ini dioperasikan oleh PT. Pelni.

Dalam kesempatan tersebut, Menhub mengatakan dengan mulai beroperasinya KM Sabuk Nusantara 30 ini, diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat di Kepulauan Riau dalam sektor perhubungan yang merupakan salah satu pilar penting di dalam rangka membangun negeri ini.

“Apa yang kami lakukan hari ini tidak akan berhenti, karena yang kami inginkan adalah merangsang daerah yang belum berkembang dengan keterhubungan tadi. Kepulauan Riau sangat memerlukan dukungan kapal untuk meningkatkan konektivitas antar pulau dalam rangka peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat,” ujar Menhub.

Menhub mengatakan, pemerintah saat ini sangat serius membangun daerah-daerah tersebut. Ditegaskannya, selama ini perusahaan penyedia kapal tidak mau ke daerah tersebut karena tidak ada profit yang menguntungkan dari segi bisnis, maka adalah tugas pemerintah untuk mengisinya.

“Jangan melihat ada berapa orang di wilayah tersebut, jangan melihat apa kebutuhan di pulau-pulau itu. Kita harus jemput bola, konektivitas harus terlaksana. Hubungkanlah pulau-pulau itu apakah melalui laut atau melalui udara, oleh karenanya pemerintah berusaha untuk itu,” tegasnya.

Sementara, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Leon Muhammad yang turut hadir menyaksikan peresmian mengatakan penoperasian kapal perintis di seluruh indonesia saat ini mencakup 67 trayek yang dilayani oleh 32 unit kapal perintis milik pemerintah dan 35 unit kapal barang milik swasta yang diberikan dispensasi mengangkut penumpang dengan akomodasi penumpang secukupnya. “Mempertimbangkan kualitas angkutan laut perintis yang menggunakan kapal-kapal milik swasta cukup memprihatinkan dimana penumpang berbaur dengan barang dan fasilitas yang sangat terbatas, maka pemerintah secara bertahap telah dan akan membangun kapal-kapal perintis,” tuturnya.

Menurutnya,sebagai negara kepulauan Indonesia wilayah masih sangat membutuhkan kapal-kapal penumpang khususnya untuk melayani daerah yang masih tertinggal dan wilayah yang terpencil, daerah perbatasan dan daerah terdepan atau terluar baik pelayanan penugasan dan/atau keperintisan. “Direktorat perhubungan laut mempunyai program  melayani daerah yang masih tertinggal dan wilayah yang terpencil, daerah perbatasan dan daerah terdepan atau terluar baik melalui pengadaan kapal maupun juga kapal perintis,” ujarnya.


Leon menambahkan KM Sabuk Nusantara 30 yang diresmikan ini, dibangun sejak Juni 2010 dan selesai pada akhir tahun 2011. Sumber pendanaannya berasal dari APBN Kementerian Perhubungan tahun 2010 dan 2011.

Kapal ini dibangun berdasarkan kontrak antara pejabat pembuat komitmen Satker Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Laut pusat dengan PT Daya Radar Utama Jakarta dengan total nilai kontrak pembangunan kapal ini  adalah Rp. 47,106 milyar, dimana dalam pelaksanaan pembangunannya ini menyangkut pula dengan peraturan-peraturan yang terkait dengan keselamatan yang diawasi oleh Biro Klasifikasi Indonesia.


“Pembangunan dan peresmian KM Sabuk Nusantara 30 ini merupakan realisasi permintaan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau kepada Menteri Perhubungan dalam rangka meningkatkan konektivitas antar pulau di provinsi Kepulauan Riau, sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di provinsi Kepulauan Riau,” jelas Leon.

Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani dalam sambutannya mengatakan keberadaan kapal peintis KM Sabuk Nusantara 30 ini pada dasarnya adalah untuk mewujudkan visi dan misi provinsi Kepulauan Riau yaitu Kepulauan Riau Sebagai Bunda Tanah Melayu Yang Sejahtera, Berakhlak Mulia dan Ramah Lingkungan.
Ia menambahkan strategi untuk mengembangkan perekonomian di Kepulauan Riau adalah konektivitas antar pulau, baik laut maupun udara. “Manakala konektivitas ini telah berjalan dengan baik, maka lalu lintas orang dan barang yang mencerminkan tingkat kesejahteraaan secara berangsung-angsur akan terwujud. Selama ini memang sudah ada transportasi itu, tapi secara kualitas dan kuantitas harus lebih ditingkatkan,” jelasnya.(HH)