JAKARTA - Ketika kecelakaan lalu lintas marak terjadi di jalan yang melibatkan angkutan umum bus, angkutan perkotaan, dan angkutan pedesaan, jamak muncul berbagai tanggapan yang menuding manajemen bus dan koperasi kurang memperhatikan kesejahteraan awak pengemudi. Pasalnya, masih banyak manajemen operasional yang mengandalkan sistem setoran dalam pengelolaan usahanya. Ini menyebabkan awak pengemudi lebih mementingkan target setoran, ketimbang mengutamakan kselamatan.

Faktor keselamatan dan kepatuhan dalam berlalu lintas tidak lagi diperhatikan begitu pengemudi duduk di belakang setir. Yang ada di kepala si pengemudi adalah bagaimana mencari penumpang sebanyak banyaknya. Pada akhirnya, sejumlah perilaku buruk pengemudi angkutan umum pun melekat di mata masyarakat, seperti suka berhenti seenaknya, tidak menghiraukan rambu-rambu lalu lintas, serta menjalankan kendaraan secara ugal-ugalan.

Namun anggapan itu luruh pada 35 pengemudi angkutan umum terbaik yang mewakili 27 provinsi dalam Pemilihan Abdi Yasa Teladan Nasional 2019. Abdi Yasa Teladan Nasional merupakan penganugerahan Kementerian Perhubungan bagi para pengemudi angkutan umum terbaik se-Indonesia yang diadakan setiap tahun. Pada tahun ini, penganugerahan tersebut diselenggarakan pada Kamis, 12 September 2019 di Red Top Hotel, Jakarta Pusat.

Sugiarto, pria berusia 40 tahun, kelahiran Magetan, 17 Mei 1979, terpilih sebagai juara satu Pemilihan Abdi Yasa Teladan 2019. Sugiarto dengan mulus melewati tahap demi tahap penjurian. Tim juri merupakan gabungan dari sejumlah instansi, yaitu Kementerian Perhubungan, Korps Lalu Lintas Polri, Jasa Rahardja, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Pengamat Transportasi, serta Yayasan Dharma Wanita Ditjen Perhubungan Darat.

Sugiarto berasal dari desa Bulugunung, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pria yang mempunyai tiga anak ini sehari-hari berprofesi sebagai pengemudi angkutan umum pedesaan yang melayani trayek Magetan-Sarangan. Sejak tahun 2015 hingga kini, Sugiarto bergabung dalam Koperasi Roda Lawu Kencana, tempatnya bekerja. Koperasi Roda Lawu Kencana mempunyai 70 armada angkutan pedesaaan yang melayani trayek di wilayah kabupaten Magetan serta tempat wisata di seputar Magetan.

Banyak suka dan duka yang dialami Sugiarto dalam menjalani profesi pengemudi selama hampir 17 tahun. Sukanya adalah ia bisa pergi ke berbagai tempat yang sebelumnya tidak pernah ia ketahui. Sementara itu, kisah dukanya adalah ketika ia berusaha untuk patuh dan taat di jalan, justru ditentang oleh penumpang, seperti mematuhi ketentuan menurunkan penumpang pada tempatnya dan tidak mengebut saat berkendara. Ada saja tuntutan dari penumpang untuk turun di sembarang tempat serta meminta agar ia mengebut karena diburu waktu untuk cepat sampai. Tapi, semua itu ditolak secara halus dan penumpang diberikan pengertian serta penjelasan.

Belum lagi, masalah penghasilan yang didapat Sugiarto tidak menentu. Sehari-harinya, Sugiarto memperoleh pendapatan bersih Rp 40.000 hingga Rp 50.000 untuk dibawa pulang. Meski begitu, semua ia jalani dengan ikhlas. “Kalau bekerja dengan ikhlas dan tidak berorientasi pada uang saja, saya yakin Allah SWT akan mencukupi kebutuhan kita,” pungkas Sugiarto.

Perjalanan Menjadi Juara Abdi Yasa Teladan

Sugiarto menceritakan pengalamannya mengikuti penganugerahan Abdi Yasa Teladan dengan penuh semangat. Ia mulai mengikuti seleksi di tingkat kabupaten hingga menjadi pemenang pengemudi terbaik pada tingkat Provinsi Jawa Timur. Berbekal kepercayaan yang tinggi Sugiarto terbang ke Jakarta untuk mengikuti ajang Abdi Yasa Teladan tingkat Nasional yang diadakan oleh Kementerian Perhubungan. Sugiarto bersama 34 pengemudi lainnya perwakilan dari berbagai Provinsi se-Indonesia dikarantina selama tiga hari.

Selama masa karantina, Sugiarto menjumpai berbagai karakter pengemudi dari seluruh Indonesia. Selain dapat menambah tali persaudaraan, momen karantina juga menambah wawasan dan pengetahuan Sugiarto. Sejumlah pengetahuan baru yang ia dapat adalah tentang bagaimana menyikapi kecelakaan di jalan, pengetahuan tentang rambu dan marka jalan, serta pengetahuan keselamatan dan pelayanan. Ia berjanji, pengetahuan baru yang ia dapatkan ini tak akan disimpan sendiri. Setelah ini, Sugiarto ingin memberikan pengalaman serta ilmu yang didapat selama masa karantina kepada keluarga, teman-teman komunitas, dan tetangga. Dirinya juga berkeinginan agar ada penerus dari kabupaten Magetan yang menjadi Abdi Yasa Teladan. Sugiarto juga termotivasi untuk semakin meningkatkan pelayanan bagi masyarakat. Dengan begitu, nantinya angkutan umum kembali menjadi angkutan favorit masyarakat di tengah persaingan yang ketat dengan angkutan online.

Ketika ditanya apa kiat-kiatnya sehingga berhasil menjadi juara Abdi Yasa Teladan 2019, Sugiarto mengungkapkan bahwa ia sering membaca buku-buku tentang peraturan serta buku-buku yang berhubungan dengan profesinya sebagai pengemudi untuk menambah wawasannya. Seluruh pengetahuan yang ia miliki juga selalu berusaha ia terapkan dalam keseharian pekerjaannya. Selain itu, ia meyakini keberhasilan ini merupakan jawaban atas doa dari keluarga, kawan-kawan komunitas, dan orang-orang terdekatnya. Terakhir, Sugiarto berpesan, “Hargai hidup anda, hargai pengguna jalan yang lain. Kalau anda tidak tertib, bisa terjadi kecelakaan. Bukan hanya anda yang rugi, akan tetapi banyak orang yang akan anda rugikan. Belum lagi, ada keluarga yang menunggu di rumah,” pesan Sugiarto. (DWN/TSA/BW)