Jakarta (09/03/2011) Pemerintah Daerah DKI Jakarta segera merealisasikan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT). Proses prakualifikasi pelelangan proyek MRT tahap I (Lebak Bulus-Bundaran HI) senilai Rp 13 triliun ini dilakukan pada bulan April mendatang dan pelelangan konstruksi pada Juni-Juli 2011.

Proses prakualisifikasi ini diharapkan dapat dilaksanakaan secepatnya sehingga lelang konstruksi dapat dilakukan pada pertengahan 2011. Kemudian pembangunan fisik dapat dilaksanakan pada 2012 dan MRT sudah dapat beroperasi pada akhir tahun 2016.

Pelelangan terdiri dari beberapa jenis pekerjaan yaitu; civil elevated (pekerjaan sipil untuk jalur dan stasiun layang), civil underground (pekerjaan sipil jalur dan stasiun bawah tanah), civil depot (pekerjaan sipil pembangunan depot), electrical mechanical dan rolling stock (kereta).

Direktur Utama MRT Jakarta Tribudi Rahardjo pada acara seminar terbatas : Rencana Pembangunan MRT Jakarta di Hotel Sahid Jakarta, Rabu (9/3) menjelaskan MRT yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih 110,3 km yang terdiri dari koridor Selatan – Utara (koridor Lebak Bulus – Kampung Bandan) sepanjang 23,3 km dan koridor Timur – Barat, sepanjang kurang lebih 87 km.

Pembangunan koridor Selatan – Utara akan dibangun dalam 2 tahap. Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bunderan HI sepanjang 15,2 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 staisun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.

Adapun Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan – Utara dari Bunderan HI ke Kampung Bandan sepanjang 8,1 km yang akan dibangun sebelum tahap I beroperasi, dan ditargetkan beroperasi tahun 2018.

Adapun koridor Barat – Timur saat ini sedang dalam tahap pre-feasibility study. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada tahun 2024 – 2027.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang membuka acara tersebut mengatakan, dengan kondisi lalu lintas di wilayah DKI Jakarta yang kusut, sangat membutuhkan MRT. Alasannya, MRT dapat mengangkut masyarakat dalam jumlah banyak dalam waktu yang bersamaan.

“Bus dan bajaj bisa saja dijadikan alat untuk mengangkut penumpang dari satu tempat ke tempat lain. Tapi kalau jumlah orang yang akan diangkut jumlahnya ribuan orang, berapa bus dan bajaj yang dibutuhkan? Bukankah itu malah menimbulkan kemacetan,’’ ujarnya.

Dengan 6 rangkaian MRT dapat mengangkut sekaligus 2000 penumpang dan dengan 8 rangkaian dapat mengangkut sekaligus 2500 penumpang. “Pada tahap awal beroperasi, MRT dapat mengangkut sebanyak 212.000 penumpang setiap hari dan kelak bisa mengangkur 960.000 orang setiap harinya, dengan jeda waktu pemberangkatan setiap 3 menit sekali ,’’ kata Fauzi Bowo.

Fauzi mengharapkan proyek yang dibiayai pemerintah Jepang dengan pinjaman selama 30 tahun + 10 tahun serta bunga pinjaman hanya 0,4 persen dapat dijadikan ajang belajar bagi konsultan dan kontraktor lokal. “Tentunya dengan harapan proyek-proyek MRT selanjutnya pihak lokal lebih dominan,’’ kata Fauzi.

Sesditjen Perkeretaapian Kementrian Perhubungan, Nugroho Indrio mengatakan, proyek senilai Rp 13 triliun ini, bersumber dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah DKI Jakarta dengan komposisi 42 persen dan 58 persen.

Peran Ditjen Perkeretaapian adalah dalam aspek regulasi dan pembinaan. Juga memberikan arahan supaya pembangunannya terintegrasi dengan sistem transportasi kereta api dan bus way di Jabotabek yang sudah ada dan tentunya di sesuaikan dengan tata ruang kota DKI Jakarta. (PR)