JAKARTA – Program Pendidikan dan Latihan (Diklat) yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan harus link and match dengan kebutuhan pasar tentang tenaga kerja transportasi.

“Penyelenggaraan Diklat harus link and match. Kalau tidak link and match akan ditutup,” tegas Kepala BPSDM Kementerian Perhubungan Wahyu Satrio Utomo ketika menyampaikan paparan Pokok–PokokKebijakan Pengembangan SDM Perhubungan di Jakarta, Senin (12/10) di Jakarta.

Untuk mencapai target tersebut, kata Wahyu Satrio, pihaknya terus berupaya meningkatkan sarana pendidikan dan latihan di sekolah–sekolah transportasi yang sesuai kondisi di lapangan yang dimiliki Kementerian Perhubungan. Sarana–sarana tersebut akan digunakan untuk praktek para taruna, sehingga ketika lulus nanti mereka benar–benar dengan kemampuannya.

“Sarana Diklat di sekolah match dengan yang dibutuhkan di lapangan kerja, sehingga mereka langsung kerja dengan kapasitasnya,” papar Wahyu Satrio.

Dari sisi tenaga pengajar, lanjut Wahyu Satrio, kemampuan dosen harus ditingkatkan yaitu dengan mewajibkan mereka untuk praktek kerja di lapangan.

“Para dosen tidak hanya sekedar menyampaikan materi, tetapi harus melakukan praktek kerja di operator transportasi. Ini agar dosen tidak sekedar tahu dari teori, tetapi lebih mengerti di lapangan,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut Wahyu Satrio Utomo juga menyampaikan, bahwa, prinsip Diklat Transortasi harus merata. Namun demikian pemerataan tersebut tidak harus di setiap propinsi terdapat Diklat Transportasi, tetapi dilakukan dengan cluster-cluster wilayah.

“Tujuannya adalah memberi kesempatan yang sama kepada masyarakat Indonesia untuk bisa mengikuti pendidikan transportasi,” pungkas Wahyu Satrio. (SNO)