(Jakarta, 19/5/2011) Dibandingkan dengan angkutan penumpang dengan transportasi udara yang jumlahnya terus mengalami kenaikan tiap tahunnya, angkutan kargo udara masih kalah perkembangannya. Untuk pasar domestik pada 2010, jumlah penumpang yang diangkut adalah 51.775.656 sedangkan kargo hanya 749.203. Untuk pasar internasional pada 2010, jumlah penumpang adalah 6.614.937 dan kargo hanya 79.549. Demikian disampaikan Kasudbit Pengembangan dan Pembinaan Usaha Angkutan Udara DitAngud Ditjen Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo yang menjadi pembicara pada acara Round Table Discussion yang bertema “Pengembangan Angkutan Kargo Udara Domestik dan Internasional di Indonesia” di ruang rapat kantor Badan Litbang Jakarta, Kamis (19/3).
 
Kendalanya adalah, menurut Djoko, tidak tersedianya informasi pasar angkutan kargo udara yang lengkap. “Akibatnya adalah biaya angkutan menjadi tinggi karena angkuran selalu satu arah yaitu berangkat. Sedangkan kembalinya kosong sehingga menurunkan daya saing produk,” papar Djoko. Dalam jaringan pelayanan,  kendalanya adalah, lanjut Djoko, jaringan angkutan kargo masih memanfaatkan jaringan angkutan udara penumpang. Kendala lainnya adalah terbatasnya fasilitas bandara dan keuangan negara.
 
Hal tersebut diamini oleh pembicara lainnya yaitu Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PT. Angkasa Pura II Sulistio Wijayadi. “Pertumbuhan traffic kargo saat ini belum bisa diimbangi dengan peningkatan infrastruktur Bandara-Bandara AP II sehingga timbul penumpukan barang, masalah keamanan, dan ketidaknyamanan,” jelas Sulistio.
 
Sulistio menambahkan, belum adanya informasi jadwal untuk penerbangan kargo menyebabkan terjadinya penumpukan barang di Gudang lini 1, terutama pada penerbangan dini hari. Kapasitas pergudangan lini-1 sudah tidak memadai dengan desain kapasitas ±300.000 ton/tahun, sedangkan volume kargo Bandara Soekarno Hatta tahun 2010 mencapai 510.442 ton.
 
Saat ini, Sulistio menjelaskan, pergerakan kargo di Bandara Soekarno Hatta memberikan kontribusi sebesar 85% terhadap total pergerakan kargo di bandara-bandara AP 2 yaitu sebesar 510 ribu ton/tahun.
 
Bila dibandingkan dengan Cina, pasar kargo internasional Indonesia masih kalah. Peneliti Muda Badan Litbang, Dina Yuliana, S.Si., M.T yang juga menjadi pembicara menjelaskan Cina memegang 40% dari pasar kargo udara di Asia Pasifik sedangkan Indonesia hanya kurang dari 2%. Pertumbuhan pasar kargo udara Cina akan mengalami peningkatan sebesar 9,2% tiap tahunnya.
 
Namun demikian, Dina menjelaskan, jumlah kargo udara domestik 2010 di bandara utama Indonesia yaitu Bandara Polonia, Soekarno Hatta, Juanda, Ngurah Rai, dan Hasanudin mengalami peningkatan menjadi 20,07% bila dibandingkan dengan tahun 2009, yang mengalami penurunan sebesar 5,46%. Sedangkan jumlah kargo udara internasional pada 2010 juga mengalami peningkatan sebesar 14,14 bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang mengalami penurunan sebesar 5,80%.
 
Untuk meningkatkan kargo di Indonesia, Djoko menjelaskan, Ditjen Perhubungan Udara dalam jangka pendek membentuk pusat penyebaran kargo yang masih campur dengan penumpang dengan melengkapi fasilitas minimal kebutuhan penanganan kargo di bandara Medan, Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makasar. Untuk jangka panjang, bandara pusat penyebaran kargo khusus (bounded area) dibentuk dengan dilengkapi fasilitas penanganan kargo yaitu di Batam, Jakarta, Surabaya, Makasar, dan Biak.
 
Untuk mengakomodir kebutuhan kapasitas angkutan kargo udara, Djoko memaparkan, perusahaan angkutan udara niaga berjadwal dapat melayani kargo secara campur dengan penumpang. “Bagi perusahaan angkutan udara niaga tidak berjadwal dapat melayani angkutan kargo secara charter di seluruh wilayah Indonesia,” tambah Djoko.
 
Saat ini untuk Bandara Soekarno Hatta, Sulistio menjelaskan, PT Angkasa Pura II merencanakan pengembangan kawasan kargo eksisting di Bandara Soekarno Hatta yaitu pembangunan  gudang Lini 1  dengan menggunakan luas lahan  ± 14.000 m2. (luas gudang  ±  8.000 m2), pembangunan  gudang  cool storage menggunakan lahan ± 5.000 m2, (luas gudang  ± 3.000 m2), pembangunan gedung Regulated  Agent,  menggunakan lahan  ± 9.000m2, dan pembangunan gudang untuk  gudang perishable, menggunakan lahan ±  5.000 m2.
 
Selain itu, PT Angkasa Pura II juga merencanakan mengembangkan kawasan kargo baru di Bandara Soekarno Hatta. Sulistio memaparkan kawasan tersebut akan dibangun di lahan yang tersedia yaitu ± 50 hektar (500.000 m2) dengan target beroperasi pada 2015 dengan kapasitas awal 1,5 juta ton/ tahun. Rencana fasilitas yang dibangun adalah  dedicated cargo apron, cargo terminal (domestik & internasional), semi & fully-automated cargo handling system, cold storage & perishable facilities, forwarders / regulated agents building, express & courier centre, logistic warehouse, it support (edi, e-reservation, tracking, nsw),  truck control system (rfid system), integrated offices building, dan business centre, food hall dan mesjid.
 
Pembicara lainnya dalam diskusi ini adalah Sekretaris Jenderal Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia Siti Aryanti. Sedangkan menjadi pembahas adalah Drs. Fachri Zainudin, Ir. Karman Kardia, President and Chief Executive Officer PT. Cardig Air Boyke P. Soebroto, Direktur Utama PT. Birotika Semesta (DHL) Ir. Rocky J. Pesik, Direktur Komersial PT. Angkasa Pura I Robert Waloni, Senior Manager Operasi PT. Pos Indonesia Arif Setyanto, dan dari PT. Garuda Kargo Herry Andriyanto. (RY)