(Sukabumi, 10/03/10) Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian tengah menyiapkan revitalisasi perlintasan antara Stasiun Bogor hingga Stasiun Sukabumi, Jawa Barat. Direncanakan, akhir tahun 2010 dilakukan peningkatan mutu lintasan dengan memperbarui rel sepanjang 26 kilometer dari Bogor menuju Cicurug, Sukabumi. Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, upaya ini untuk meningkatkan daya dukung terhadap pendistribusian logistik angkutan barang produksi dari kawasan di sepanjang perlintasan tersebut menuju Jakarta.

Disebutkan, jalur antara Bogor –Sukabumi merupakan salah satu jalur yang diprioritaskan dalam upaya pengoptimalisasian sistem distribusi logistik nasional melalui jalur kereta api oleh pemerintah. ”Dalam menyiapkan sistem distribusi logistik nasional, kita akan melihat prioritas demand yang didasari pada survei. Fokusnya  meningkatkan kualitas sarana dan prasarana untuk meningkatkan kapasitas. Lintas Bogor—Sukabumi ini termasuk yang diprioritasan.

Ada beberapa permintaan industri dalam mendistribusikan barang produksi mereka ke Jakarta. Salah satunya Aqua (Danone), yang ingin mengalihkan sistem distribusi angkutan jalan mereka ke Jakarta melalui kereta api,” papar Wamenhub saat meninjau jalur KA lintas Bogor—Sukabumi, Rabu (10/3). Wamenhub mengatakan, banyak keuntungan yang didapatkan oleh pelaku usaha yang memanfaatkan transportasi kereta api dalam mendistribusikan hasil produksi mereka. Salah satunya efisiensi waktu yang dipastikan memberikan kontribusi terhadap biaya operasional perusahaan. Keuntungan lain, beban jalan dan tingkat penggunaan bahan bakar juga dipastikan akan berkurang. Pengurangan jumlah kendaraan dan penggunaan bahan bakar di jalan tentunya akan memangkas tingkat emisi gas buang dan polusi di jalan.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Tundjung Inderawan yang turut mendampingi Wamenhub menambahkan, untuk peningkatan mutu jalur Bogor—Cicurug sepanjang 26 kilometer tersebut dibutuhkan anggaran sedikitnya Rp 520 miliar, dengan asumsi kebutuhan biaya per kilometer jalur sebesar Rp 20 miliar. Saat ini, rel terpasang lintas Bogor-Sukabumi yang dibangun Pemerintah Belanda tersebut berusia rata-rata 90 tahun. Kegiatan peningkatan mutu lintasan tersebut mengganti rel yang terpasang, dari ukuran R33 dengan rel berukuran R54. Tujuannya agar lokomotif jenis CC yang bersumbu enam (12 roda) bisa digunakan pada jalur tersebut. ”Sehingga kapasitas angkutnya bisa besar. Kalau sekarang, yang bisa dioperasikan hanya Lok BB (bersumbu empat), dengan daya tarik maksimal antara 2-3 gerbong per sekali jalan, dan dengan ritase terbatas. Sedangkan dengan Lok CC kita bisa tarik sampai 20 gerbong per rangkaian, dan ritasenya juga bisa banyak,” jelas Tundjung. Selain itu akan dilakukan pula penguatan sejumlah jembatan untuk mendukung kapasitas rel yang diperbarui.

Untuk jembatan, Ditjen Perkeretaapian sendiri telah melakukan rehabilitasi sebanyak 18 jembatan yang juga dibangun Belanda pada era 1890-an, di mana dua di antaranya jembatan baru. ”Tahun ini, kita agendakan lagi untuk merehabilitasi dua jembatan,” jelas Tundjung. Menurut Tundjung, salah satu maksud dari peremajaan lintas Bogor-Cicurug sepanjang 26 kilometer itu untuk memfasilitasi keinginan PT Tirta Investama selaku distributor air minum Aqua (Danone).

Selain itu, peremajaan ini juga menjadi bagian dari program penghidupan kembali perlintasan Sukabumi-Bandung. ”Pengangkutan Aqua secara lebih massif dengan menggunakan Lok CC adalah program jangka menengah. Itu akan terealisasi kalau rel sudah kita ganti. Tetapi sekarang kita masih menunggu ketersediaan rel. Menurut rencana, September nanti rel yang kita impor dari beberapa negara itu akan datang, sehingga akhir tahun bisa kita mulai pengerjaannya,” ungkapnya.
Namun, lanjut Tundjung, sambil menunggu peremajaan dilakukan, rencana operasi disttribusi produk Aqua itu akan dimulai dengan sarana dan prasarana yang ada saat ini. ”Yang penting, kita mulai dulu. Pihak Aqua sudah setuju. Soal kapan realisasinya, biar ditentukan bersama PT KA,” pungkas Tundjung. Dia berharap, PT KA ke depan juga bisa menjaring konsumen lain selain Tirta Investama.

Sementara itu, Direktur Komersial PT Kereta Api Wimbo Hardjito menjelaskan. Menyusul ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) dengan PT Tirta Investama pada Oktober 2009, uji coba pengangkutan produk Aqua dengan sarana dan prasarana yang ada saat ini sedianya dilakukan Desember tahun lalu. Namun, upaya tersebut batal karena longsornya tanah di sekitar jembatan dekat Stasiun Cigombong. ”Kami (PT KA dan pihak Aqua sudah tidak ada masalah. Tetapi karena kondisi infrastrukturnya belum siap, maka kami akan menunggu pembangunan infrastruktur di perlintasan ini oleh pemerintah,” ujarnya. Dengan infrastruktur yang tersedia, Wimbo memaparkan, langkah awal pengangkutan produk Aqua itu dengan KA bisa dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama, hasil produksi dibawa menggunakan truk ke Stasiun Cicurug yang berjarak sekitar 500 meter. Selanjutnya, seluruh produksi diangkut menggunakan KA berlokomotif jenis BB yang berkapasitas dua gerbong menuju Stasiun Batu Tulis. ”Stasiun Batu Tulis akan menjadi dipo pengumpul produk Aqua. Dari sana, barang didistribusikan menuju Jakarta dengan KA berlokomotif CC yang bisa menarik hingga 20 gerbong yang berkapasitas masing-masing 30 ton. Targetnya, per hari bisa mengangkut hingga 4000 ton, dengan tujuh rangkaian. Nantinya kalau  relnya sudah baru semua, dari Cicurug kita bisa langsung angkut ke Jakarta dengan kapasitas yang besar. Tidak perlu dicicil lagi,” jelasnya. Wimbo mengatakan, PT KA akan menarik biaya angkut minimal setara moda angkutan darat yang biasa digunakan PT Tirta Investama selama ini. Namun diia menolak menyebutkan berapa nilai kontrak yang disepakati tersebut.

Customer Service & Logistic Director PT Tirta Investama Mochamad Bimo, mengatakan, pengangkutan hasil produksi dengan kereta api merupakan salah satu mimpi perusahaannya. Dia mengakui pemanfaatan kereta api untuk pendistribusian produk bisa menekan biaya operasioanal perusahaan. ”Karena jika tetap mengandalkan truk, ancaman keterlambatan pengiriman karena kemacetan masih mengancam. Dengan kereta, konsumsi bahan bakar bisa kita tekan, dan kita juga bisa mendapatkan jaminan ketepatan waktu pengangkutan. Di sisi lain, langkah ini juga bisa menjadi solusi mengatasi kemacetan di jalan lintas Sukabumi—Ciawi (Bogor).

Dalam sehari, di jalur ini melintas sekitar 400 rit truk ukuran 22-40 ton, termasuk truk-truk kami. Itu artinya, sekitar 3,5-4 menit sekali melintas satu truk,” ujarnya. Dijelaskan Bimo, selain memanfaatkan fasilitas yang ada saat ini, perusahaannya yang beroperasi 24 jam sehari juga tengah meminta persetujuan pemerintah untuk memanfaatkan perlintasan KA yang ada di belakang pabrik dengan membuat spoor simpang. Tujuannya agar ke depan proses pendistribusian produk Aqua tidak lagi harus memanfaatkan stasiun Cicurug. ”Tetapi bisa langsung dari pabrik,” katanya. (DIP)