(Jakarta, 21/02/10) Pemerintah telah memprogramkan untuk melakukan revitalisasi angkutan perkotaan di 7 kota besar yang diharapkan selesai dalam 5 tahun ke depan. Kota-kota yang termasuk dalam program revitalisasi  angkutan perkotaan tersebut saat ini adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Makasar, Palembang dan Yogyakarta. Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono kepada pers ketika melakukan kunjungan kerja di Yogyakarta  akhir pekan kemarin.

Langkah yang dilakukan dalam revitalisasi angkutan perkotaan tersebut menurut Wamenhub adalah mengintregasikan segenap moda yang ada baik moda kereta api, moda jalan ataupun moda lainnya yang ada sehingga tercipta pelayanan yang lebih cepat, efisien dan memudahkan masyarakat. “Kota-kota tersebut adalah kota yang teraglomerasi yaitu kota yang sudah berkembang sedemikian rupa ada kota inti dan kota satelit, jadi membutuhkan intregrasi moda,” kata Wamenhub.

Menurut Wamenhub program revitaliasi angkutan perkotaan dilakukan sesuai dengan arahan Presiden di awal pembentukan kabinet yang menekankan perlunya pemecehan permasalahan tentang connectivity (keterhubungan). “Bapak Presiden menekankan dua aspek permasalahan transportasi yang harus dipecahkan yaitu connectivity dan bottle neck. Nah, revitalisasi angkutan perkotaan ini lebih terkait dengan masalah connecitivity itu,” jelas Wamenhub. Selanjutnya menurut Wamenhub yang didampingi oleh Staf Ahli Menhub Iskandar Abubakar, integrasi moda terkait dengan revitalisasi angkutan perkotaan tersebut setidaknya terkait 3 hal yaitu intregasi secara fisik, intregasi dalam hal tiket dan intregasi dalam hal jadwal. Intregasi secara fisik misalnya integrasi antara bandara, stasiun kereta api dan halte bus (BRT) sedangkan intregasi tiket adalah sistem satu tiket yang dapat digunakan untuk berbagai moda yang sudah terintregasi, misalnya kereta api dan bus.

Yogyakarta Sebagai Entry Point
Terkait dengan revitalisasi angkutan perkotaan ini, Wamenhub mengharapkan Yogyakarta dapat menjadi entry point. Saat ini Yogyakarta merupakan satu satunya kota di Indonesia dimana telah terdapat keterpaduan antara Bandara, dengan kereta komuter (Prameks), bus shuttle point to point serta angkutan jalan perkotaan yaitu Trans Yogya. Kereta api Prameks yang melayani rute Solo-Yogyakarta-Kutoarjo dapat berhenti di wilayah Bandara Adisutjipto karena terdapat Stasiun Maguwo yang keberadaannya ada di dalam wilayah Bandara tersebut. Begitu pula masyarakat dapat pula memanfaatkan Trans Yogya untuk menuju Bandara Adisutjipto karena moda ini pun memiliki satu halte perhentian di dalam wilayah Bandara Adisutjipto. Sementara itu tempat perhentian bus point to point yang melayani Magelang-Bandara Adisutjipto juga berada tidak jauh dengan halte Trans Yogya dan Stasiun Maguwo. Para penumpang ketiga moda ini begitu tiba di komplek Bandara Adisutjipto cukup berjalan kaki melalui sebuah terowongan menuju terminal penumpang Bandara Adisutjipto, jika ingin bepergian dengan pesawat ke kota yang mereka tuju.

Hingga saat ini Kereta Api Prameks saat ini telah menjadi primadona bagi masyarakat untuk mendukung mobilitas mereka di wilayah Solo – Yogyakarta hingga Kutoarjo dimana setiap harinya tercatat lebih kurang  8.000 orang memanfaatkan kereta ini dan di masa-masa akhir pekan bisa mencapai 12.000 orang. Sementara itu Trans Yogya sebagai sebuah sistem angkutan massal perkotaan (Bus Rapid Transit/BRT) jumlah penumpang telah mencapai lebih kurang 18.000 orang per hari, dan merupakan salah satu yang paling berhasil dibanding BRTdi kota lain.

Keterpaduan secara fisik ini menurut Wamenhub nantinya segera akan diikuti dengan keterpaduan dalam hal tiket. “Nantinya hanya ada satu tiket untuk Kereta Prameks dan Trans Yogya bahkan intregasi tiket ini nantinya juga menjangkau Trans Batik Solo, sehingga masyarakat di Solo yang mau ke Yogya tinggal menggunakan satu tiket yang dapat digunakan untuk naik Trans Batik Solo sekaligus Kereta Prameks, “ jelas Wamenhub. Untuk merealisasikan hal ini Pemerintah Kota Solo telah menyatakan kesiapannya karena keberadaan Trans Batik Solo sebagai angkutan massal perkotaan berbasis bus (BRT) saat ini belum menggunakan sistem tiket elektronik. Dengan rencana pengintregasian tiket dengan Prameks dan Trans Yogya berarti mereka tidak perlu lagi melakukan investasi teknologi untuk sistem tiket elektronik.

Pengembangan sistem tiket ini nantinya juga akan menjangkau kalangan kampus, dimana kartu mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) juga akan dikembangkan sebagai salah satu alat yang dapat dupergunakan sebagai tiket baik untuk Kereta Prameks, Trans Yogya dan juga Trans Batik Solo. Menurut Staf Ahli Menteri Perhubungan Iskandar Abubakar pengembangan smart card untuk integrasi ticket elektronik ini dilakukan oleh salah satu unit usaha UGM yaitu PT Gama Techno. “Saya sangat bangga dengan hal ini karena ini merupakan salah satu wujud konkret dari MOU beberapa tahun lalu antara Kementerian Perhubungan-UGM dan Pemerintah Yogyakarta dalam mengembangkan transportasi di wilayah ini,” kata Iskandar.

Menjawab pertanyaan wartawan tentang kapan integrasi tiket ini dilakukan Wamenhub menegaskan pada tahun 2010 ini diharapkan sudah terealisasi. “Sebetulnya ada dua kota yang kita harapkan dapat merealisasikan integrasi tiket ini yaitu Jakarta dan Yogyakarta, kita lihat saja nanti siapa yang lebih dulu, tapi keduanya kita harapkan tahun ini sudah terealisasi,” kata Wamenhub (BRD)