Yogyakarta - Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta Baru di Kabupaten Kulon Progo resmi dimulai. Dimulainya pembangunan bandara di lahan seluas 587 hektar tersebut ditandai dengan prosesi "Babat Alas Nawung Kridha" berupa peletakan batu merah, yang dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo, Jumat (27/1) di desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hadir dalam peresmian tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Dirut Angkasa Pura I Danang S. Baskoro. Hadir pula beberapa Menteri kabinet Kerja yaitu, Mensesneg Pratikno, Menko PMK Puan Maharani, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Men PU & PERA Basuki Hadimoeljono, dan Men ATR Sofyan Djalil.

Prosesi Babat Alas Nawung Krido artinya adalah membuka, membersihkan, merapikan dan menata lahan (land clearing/ pematangan lahan) yang terletak di pesisir Temon tersebut, agar siap untuk didayagunakan sebagai lokasi pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta yang akan dilakukan oleh Angkasa Pura I.

Dalam sambutannya, Presiden RI Jokowi mengatakan, pembangunan bandara ini harus segera dilaksanakan, mengingat rencana pembangunannya telah dilakukan sejak 7 tahun lalu.

"Bandara ini sudah direncanakan sejak 6-7 tahun yang lalu. Tidak segera terlaksana karena mundur-mundur terus," jelas Presiden Jokowi.

Ia mengungkapkan, para leluhur terdahulu sudah memprediksi bahwa di daerah Kulon Progo nantinya akan ada sebuah bandara besar.

"Kelak di wilayah Temon ini akan menjual cincau di udara. Wilayah Temon ini kelak akan menjadi sarangnya capung besi. Kawasan di selatan Gunung Jeruk kelak akan menjadi kota atau pasar. Gelagah, akan menjadi mercusuarnya dunia," ujar Presiden RI yang menerjemahkan sabda para leluhur dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.

Untuk itu Presiden menyatakan sudah tepat jika pembangunan bandara ini dilanjutkan. Ia berpesan, setelah prosesi babat alas ini, agar seluruh proses pembebasan lahan dan amdal segera diselesaikan dengan baik, dan menyelesaikan pembangunan sesuai target waktu agar bisa segera digunakan masyarakat.

Sementara Menteri Perhubungan dalam laporannya mengatakan, pembangunan bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo tahap I ini ditargetkan selesai pada bulan Maret 2019.

"Pembebasan lahan sebagian besar sudah selesai. Penyelesaian dilakukan dengan cara konsinyanyi di pengadilan. Setelah itu, kita akan lakukan land clearing dan segera mulai pembangunan. Insha Allah akan mulai beroperasi maret 2019," ucapnya.

Menhub Budi mengungkapkan, kehadiran bandara ini sudah sangat dibutuhkan untuk menggantikan peran bandara Adisutjipto yang yang kapasitasnya sudah tidak mampu menampung jumlah pergerakan penumpang maupun pergerakan pesawat yang ada. Pengembangan bandara di Adisutjipto pun, menurutnya tidak bisa dilakukan lagi lantaran keterbatasan lahan.

"Kehadiran bandara ini tentunya akan menambah kenyamanan penumpang mengingat kondisi di bandara Adisutjipto sudah penuh sesak. Kapasitasnya nanti akan meningkat sekitar 10 kali lipat," jelasnya.

Menhub Budi menambahkan, nantinya akan ada penambahan beberapa rute baru. Salah satunya adalah pembukaan rute Yogyakarta-Jeddah, sehingga masyarakat Yogyakarta yang akan melaksanakan ibadah Umroh atau Haji, bisa memanfaatkan bandara tersebut.

"Pembangunan bandara ini juga sangat dibutuhkan sebagai pintu masuk wisatawan ke Yogyakarta, sebagai destinasi andalan Indonesia selain Bali," imbuhnya.

Dalam sambutan selamat datang, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, pembangunan bandara ini akan menimbulkan efek domino yang positif bagi Yogyakarta, khususnya di Kulon Progo. Selain dapat meningkatkan sektor transportasi, juga dapat meningkatkan sektor pariwisata, perdagangan, menciptakan lapangan kerja, dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Ia menuturkan, agar momentum pembangunan ini digunakan untuk membangun peradaban baru di Yogyakarta menjadi lebih modern dan dinamis.

"Babat Alas Nawung Kridha itu adalah transformasi atau reformasi. Dulu para leluhur juga pernah melakukan Babat Alas. Pada abad ini, Babat Alas kita lakukan lagi di Kulonprogo. Ini akan mengubah peradaban dari tradisional statis menjadi modern dinamis," jelasnya.

Menambah Kenyamanan Penumpang

Pembangunan bandara baru di Yogyakarta perlu segera dilakukan, untuk menggantikan peran Bandara Adisutjipto.

Tercatat kapasitas maksimal terminal penumpang di bandara Adisutjipto yang memiliki luas 15 ribu meter persegi tersebut, hanya sekitar 1,2 juta penumpang per tahunnya. Begitu pun dengan fasilitas lainnya seperti, appron (area parkir pesawat) berkapasitas hanya 8 pesawat, dan runway (landas pacu) sepanjang 2.250 meter, sudah tidak mampu lagi untuk menambah pergerakan pesawat dan melayani pesawat berbadan besar.

Padahal pada tahun 2016, jumlah pergerakan penumpang di bandara Adisutjipto telah mencapai 7,2 juta penumpang. Tentunya kondisi tersebut membuat pelayanan tidak maksimal yang berdampak pada berkurangnya kenyamanan penumpang.

Nantinya Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo akan dibangun secara bertahap. Pada tahap pertama, terminal penumpang yang akan dibangun yaitu seluas 130 ribu meter persegi yang mampu menampung hingga 15 juta penumpang per tahunnya. Dengan landas pacu sepanjang 3.250 meter dan area parkir pesawat berkapasitas hingga 35 pesawat. Untuk tahap I ini, ditargetkan selesai pada Maret 2019.

Pada tahap II, akan dilakukan pengembangan lanjutan terminal penumpang menjadi 195 ribu meter persegi, yang mampu menampung hingga 20 juta penumpang pertahunnya. Dengan landas pacu diperpanjang menjadi 3.600 meter dan pengembangan area parkir pesawat berkapasitas hingga 45 pesawat. Sehingga dapat melayani pesawat berbadan besar seperti jenis Boeing 747-400.(RDL/TH/BS/BSE)