JAKARTA - Kementerian Perhubungan menyatakan, jarak Jakarta-Bandung lebih tepat menggunakan kereta medium dengan kecepatan di bawah 200 kilometer per jam."Dari sisi kami, jarak 100-140 km/jam tidak perlu kereta cepat dan berbiaya besar sekali," tutur Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko dalam jumpa pers di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (8/9).

Ia menambahkan, usulan kereta cepat (high speed rail/HSR) Jakarta-Bandung bermula sejak dua tahun lalu. Pada April 2015, dua investor dari Republik Rakyat Tionghoa dan Jepang mengajukan proposal pembangunan kereta cepat.

Tionghoa mengajukan dana investasi sebesar Rp 71 triliun, dengan bunga pinjaman 2% selama 20 tahun, sedangkan Jepang senilai Rp 60 triliun berbunga 0,1% selama 40 tahun. "Namun, kami lihat kalau kita buat trance baru maka biayanya hanya Rp 20 triliun dengan kereta reguler," ungkapnya.

Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno pernah menyebutkan, akan menghitung ulang kecepatan kereta tersebut karena berkaitan dengan investasi yang dibenamkan.Kajiannya akan dilakukan oleh konsorsium BUMN yang terlibat dalam proyek kereta cepat, seperti PT Wijaya Karya (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT KAI (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara VIII.

"Karena kecepatan juga akan menentukan nilai investasi dan apakah lebih cepat menjadi lebih mahal atau bagaimana. Dan, kalau tambah stasiun maka dapat tambahan yang lebih baik dan bisa mengurangi investasi. Namun, kalau banyak berhenti maka kecepatannya berkurang. Intinya, kami diminta untuk melakukan analisa lebih lanjut yang diharapkan selesai bulan ini," papar Rini. (BUN)