JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumpulkan stakeholder terkait untuk melakukan upaya-upaya meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia, khususnya Tanjung Priok.

Menhub Budi melakukan rapat di atas KN. Trisula, Kapal Patroli Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Tanjung Priok, Minggu (6/11) yang dihadiri antara lain oleh Dirjen Perhubungan Laut, A. Tonny Budiono, Direktur Lalulintas Angkutan Laut, Bay M. Hasani, Direktur Kepelabuhanan, Mauritz M. Sibarani, Direktur KPLP, Victor Subroto, Kepala Syahbandar Utama Tanjung Priok, Marwansyah, Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok, I Nyoman Gde Saputra, dan Dirut Pelindo II Elvyn G Masassya.

Usai rapat, Menhub mengatakan bahwa daya saing pelabuhan Tanjung Priok belum mencapai titik terbaiknya. Salah satu indikasinya adalah kurangnya penataan alih muat (transhipment) atau proses bongkar muat peti kemas dari kapal ke area penumpukan untuk selanjutnya diangkut kembali menggunakan kapal lain menuju tempat selanjutnya, dan juga waktu tunggu kapal.

"Kompetitiveness pelabuhan Tanjung Priok belum mencapai titik terbaik. Indikasinya adalah penataan transhipment yang masih sangat kurang di sini, dan juga waktu tunggu kapal," jelas Menhub Budi di Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok.

Untuk itu, ia mengatakan harus dicari formulasi yang tepat untuk meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia. Beberapa hal yang harus diperbaiki yaitu : memperbaiki tarif, model bisnis, Standar Operasional Prosedur, waktu tunggu pemanduan, dan tunda.

Menhub meminta pihak Syahbandar, Otoritas Pelabuhan dan Pelindo untuk menghilangkan sekat-sekat untuk mempermudah dan mempercepat proses-proses kepelabuhanan.

"Saya meminta Pelindo untuk meng-copy satu sistem paling canggih dan kompetitif untuk segera dibicarakan dengan Kemenhub. Saya minta Pelindo, Syahbandar, Otoritas Pelabuhan untuk hilangkan sekat-sekat. Tujuannya adalah membuat pelabuhan Tanjung Priok lebih kompetitif," ujarnya.

Untuk penataan transhipment, Menhub Budi mengatakan agar mengarahkan tempat transhipment ke terminal Kalibaru/New Priok dan memberikan tarif yang kompetitif.

"Tapi pelabuhan juga harus memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan negara tetangga. Misalnya dapat menurunkan tarif transhipment dari yang tadinya 80 US Dollar menjadi 35 US Dollar," imbuhnya.

Berdasarkan data dari Pelindo II, negara-negara yang memiliki pelabuhan transhipment yang besar yaitu, pelabuhan Los Angeles di Amerika Serikat yang memiliki kapasitas hingga 17 juta teus, pelabuhan Jebel Ali Dubai 19 juta teus, pelabuhan Singapura (40 juta teus), dan Pelabuhan Port Klang di Malaysia (17 juta teus).

Sementara terkait waktu tunggu kapal, Menhub Budi mengungkapkan, masih adanya waktu tunggu kapal hingga 12 jam di pelabuhan Tanjung Priok. Ia mengatakan akan mencari tahu apa penyebabnya.

"Kita tidak mau menyalahkan Syahbandar, Otoritas Pelabuhan, atau Pelindo. Makanya semua pihak harus saling sinergi mengatasi itu," tandasnya. (SNO)