(Merak, 5/3/11) Pemerintah terus melakukan berbagai daya dan upaya untuk mengatasi masalah kemacetan di Merak. Antara lain dengan penambahan kapasitas angkut melalui penambahan lima kapal bantuan yaitu: KMP Kalibodri (Kemenhub), KMP BRR (Prop. NAD), KMP Dharma Ferry (swasta), KM Ganda Dewata (PT Pelni), KMP Ferindo 5 (PT ASDP) dan satu kapal perang KRI Tanjung Kambani 971 (TNI AL). Percepatan waktu bongkar muat dari 75 menit menjadi 60 menit. Optimalisasi trip, dengan mengoperasikan minimal 24 kapal sehingga dapat mencapai sekitar 96 trip per hari. Percepatan waktu docking dan pembentukan posko terpadu.

Ketika meninjau langsung lokasi kemacetan di Pelabuhan Merak Sabtu 5/3/11 Menteri Perhubungan Freddy Numberi menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur memang belum mampu mengikuti pertumbuhan aktifitas ekonomi khususnya Jawa dan Sumatera, oleh karena itu perlu kerjasama yang baik antara berbagai pihak. “Saya dan Pak Joko Kirmanto (Menteri Pekerjaan Umum) telah berkoordinasi dalam hal ini, termasuk juga untuk mempercepat pembangunan flyover di Merak.” kata Menhub kepada pers.

Kemacetan di Pelabuhan Merak ini disebabkan karena berbagai permasalahan, antara lain; kapal yang beroperasi hanya 16-19 unit dari 34 kapal yang mendapatkan ijin, termasuk 3 kapal milik PT.ASDP Indonesia Ferry. Jumlah trip yang bisa dilayani 62-65 trip per hari dari jadwal yang tersedia 96 trip. Kapasitas angkut per harinya hanya sekitar 21.383 penumpang dan 3.899 unit kendaraan campuran termasuk 2.194 truk dari kemampuan sesungguhnya yang bisa mencapai 48.000 penumpang dan 6.144 unit kendaraan campuran termasuk 3.456 truk per hari. Kondisi kapal yang relatif sudah tua (rata-rata 25 tahun) sehingga sering mengalami kerusakan. Setiap harinya terdapat kendaraan yang tidak dapat terangkut sebanyak 42 unit kendaraan per jam atau sekitar 1.200 unit kendaraan per hari yang mengakibatkan antrian sampai dengan jalan toll sepanjang kurang lebih 6-12 km.

Arus transportasi dari Jawa ke Sumatera saat ini terpusat di Pelabuhan Merak – Bakauheni, hal ini disebabkan arena biaya yang relatif lebih murah dibandingkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Jumlah kendaraan yang akan menyeberang dari Merak ke Bakauheni jauh lebih banyak dibanding dengan rute sebaliknya, dari Bakauheni ke Merak. Kondisi ini menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor maupun pengusaha angkutan penyeberangan di lintas penyeberangan terpadat di Indonesia ini. Pembangunan flyover Merak juga turut mempengaruhi kelancaran lalulintas kendaraan di Pelabuhan Merak.

Ke depan pemerintah juga berencana menambah 4 unit kapal milik PT ASDP Indonesia Ferry, menambah area parkir dengan bekerjasama dengan PT KAI, mengoptimalkan Dermaga V sebagai dermaga khusus untuk kapal Ro-ro berukuran besar dan berkecepatan tinggi berikut sistem tiket online. Pemerintah juga akan melakukan peremajaan kapal-kapal yang memiliki kinerja rendah dalam pencapaian trip, juga membangun dua kapal baru. Sebagai rencana jangka panjang, Dermaga VI akan dioperasikan khusus untuk penumpang pejalan kaki dan kendaraan pribadi dan pembangunan tujuh unit kapal baru lagi untuk melayani lintas Merak – Bakauheni. (CAS)