(Jakarta,26/6/2014) Menteri Perhubungan EE Mangindaan mengatakan,  keseimbangan tiga pilar penting transportasi yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi atau   yang dikenal dengan Environmentally Sustainable Transport (EST) cukup berhasil memberi solusi masalah transportasi.

" Tiga pilar tersebut harus seimbang agar tercipta pembangunan yang berkelanjutan sehingga semua hal - hal yang baik bisa dinikmati bukan hanya saat ini, tetapi juga untuk generasi di masa mendatang," demikian sambutan  Menteri Perhubungan EE Mangindaan yang dibacakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kemenhub Elly A Sinaga dalam  " Indonesia Enviromentally Sustainable Transport (EAS) Forum " di Jakarta, Kamis (26/6).

Menhub mengatakan, EST merupakan konsep yang telah banyak digunakan oleh negara-negara maju dan cukup berhasil dalam rangka memberi solusi terhadap masalah transportasi, terutama transportasi darat.

Menhub memaparkan, beberapa poin penting pengertian dan penerapan EST yaitu, kegiatan transportasi yang mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pemakai, serta kegiatan transportasi yang efisien dan efektif baik untuk pemakai ataupun bahan bakar yang dipakai.

" Selain itu, EST memiliki pengertian transportasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan yang bisa dinikmati saat ini maupun di masa mendatang," papar Menhub.

Menhub mengungkapkan, kepemilikan kendaraan bermotor dalam lima tahun terakhir meningkat pesat yaitu sepeda motor 20 persen dan mobil 22 persen. " Konsekwensi kondisi tersebut adalah meningkatnya konsumsi energi dan pencemaran udara," kata Menhub.

Sektor transportasi mengkonsumsi 20 perasen dari total energi nasional dan 97 persen dari total energi sektor transportasi menggunakan BBM. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan sektor trasnportasi yang menggunakan BBM mencapai 23 persen dari total emisi nasional.

Sementara di sektor transportasi sendiri, 98 emisi berasal dari trasnportasi darat. Untuk daerah perkotaan, sektor transportasi perkotaan menyumbang 70 pencemaran kota. Kondisi tersebut mengganggu kesehatan masyarakat.

" Hasil riset tahun 2013 menyimpulkan sekitar 57 persen penduduk Jakarta, menderita sakit akibat pencemaran udara," ungkap Menhub.

Pemerintah lanjut Menhub, telah memiliki inisiatif dalam menerapkan konsep pembangunan menuju EST antara lain, Bus Rapid Transit (BRT), gasifikasi angkutan umum sejak tahun 2007, penerapan Intelligent Transport System (ITS), pemantauan pengawasan kualitas udara di 26 kota, pelatihan smart driving dan proyek percontohan Indonesia's NAMAs (Nationally Appopriate Mitigation Action) di tiga kota yaitu Manado, Batam dan Medan.

Menhub berharap konsep Strategi Transportasi Perkotaan Menuju Indonesia EST yang disusun oleh Tim ITB segera diintegrasikan menjadi National Strategi EST in Indonesia secara menyeluruh baik spacial (perkotaan dan rural) maupun moda transportasi (jalan, kereta api, air dan udara).(SNO)