Jakarta – Pembangunan infrastruktur transportasi di Ibu Kota Baru yang terletak di Kalimantan Timur sangat memperhatikan isu lingkungan. Demikian disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam acara Forum Perhubungan: Transportasi Massal Di Ibu Kota Baru, Seperti Apa? di Jakarta, Kamis (10/10).

“Mengingat Kalimantan Timur sebagai paru-paru dunia. Ibu Kota baru di desain sebagai Forest City yang mengusung konsep modern, smart dan green city, memakai energi baru dan terbarukan, dan tidak bergantung pada energi fosil atau Forest City,” jelas Menhub.

Ia mengatakan, transportasi di ibu kota baru akan dibangun dengan mengedepankan transportasi massal yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan yang diterjemahkan dalam konsep “Smart City, Smart Mobility”.

“Desain kota harus menjaga keseimbangan antara tata guna lahan, sistem transportasi, dan laju pertumbuhan penduduk,” jelas Menhub Budi.

Lebih lanjut, Menhub Budi menjelaskan bahwa aksesbilitas merupakan hal utama penentu keberhasilan terbangunnya suatu ibu kota baru. Pasalnya di ibu kota baru ini para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan masyarakat yang nantinya akan menempati berharap tidak menemui kemacetan dan polusi yang menggangu kesehatan.

“Tugas dari kita (pemerintah) agar merencanakan dengan baik, kalau kita bicara mengenai satu fungsi kota tertentu, maka transportasi begitu penting. Yang terpenting dalam membangun kota itu adalah aksesbilitas. Hal tersebutlah yang menjadi kunci keberhasilan semuanya,” terang Menhub Budi.

Sementara itu, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor menjelaskan bahwa isu lingkungan ini memang menjadi perhatian utama. Isran mengatakan telah menyiapkan 366.000 hektar untuk pembangunan ibu kota baru yang di dalamnya ada kawasan hutan lindung. Ia mengatakan, hutan lindung tersebut dimasukan bukan untuk dirusak, melainkan dipelihara.

“Soal lingkungan itu referensi utama dalam membangun sebuah kegiatan terutama dalam menciptakan ibu kota baru. Karena lingkungan itu kita diawasi oleh dunia internasional, dan kebutuhan kita sendiri. Semua kaidah lingkungan mulai pembangunan ibu kota negara itu dan disana memang ada kawasan hutan lindung dan itu akan dipeliaahra maka dari itu dimasukan ke dalam kawasan agar. Jadi pasti kita perhatikan,” ungkap Isran.

Sedangkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Perhubungan Sugihardjo menjelaskan konsep transportasi “Smart City, Smart Mobility” di Ibu Kota baru. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan transportasi. Pertama, pergerakan di dalam kota dan kedua, pergerakan konektivitas regional (antarkota/antarwilayah).

“Kita optimalkan bandara yang ada baik bandara Balikpapan maupun yang di Samarinda. Di Balikpapan nanti kapasitas terminalnya jadi 30.000 penumpang dan runwaynya menjadi 3250 x 60 meter. Di Bandara Samarinda juga ditingkatkan kapasitasnya menjadi 20.000 penumpang untuk pergerakan masyarakat umum. Sedangkan untuk pergerakan tamu negara nanti aka nada bandara khusus agar tidak menggangu penerbangan regular,” paparnya.

Untuk angkutan laut, di Kalimantan Timur memiliki beberapa pelabuhan seperti Pelabuhan Semayang, Pelabuhan Kariangau dan Pelabuhan Kaltim Kariangau Terminal (KKT) . Sehingga bisa dijadikan tempat distribusi logistik, bisa juga membangun teluk yang ada di sana dengan pendekatan smart and eco friendly.

“Beruntung sekali dengan lokasi yang ditetapkan ini ada teluk Balikpapan itu kalau seluruh Kalimantan yang paling ideal untuk pelabuhan itu Balikpapan. Kalau Pontianak ada penangkalan, kalau dipinggir laut itu ombaknya tinggi. Teluk itu ombaknya tidak ada. Ini akan menjadi distribusi logistik baik di semayang, kariangau, KKT,” tandas Sugihardjo.

Acara ini dihadiri oleh Gubernur Kaltim, Isran Noor, Direktur Perkotaan, Perumahan dan Pemukiman KPPN Tri Dewi Virgianti, Kepala LIPI Laksana Trihandoko, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno. (LKW/RDL/YSP/HA)