(Jakarta, 14/8/2011) Pemerintah akan terus mengingatkan maskapai penerbangan nasional untuk tetap menjaga keseimbangan antara jumlah sumber daya manusia yang dimiliki dengan pertumbuahan pesawat.

Hal tersebut disampaikan oleh Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti S Gumay pada saat melakukan peninjauan fasilitas training center milik Lion Air di komplek Bandara Mas, Tangerang, Minggu lalu (14/8).

Sebagai regulator, kata Herry, tentunya pemerintah harus mengingatkan maskapai agar jangan sampai target meningkatkan pertumbuhan penumpang dengan cara menambah jumlah pesawat, tidak diimbangi dengan sumber daya manusia, mulai dari pilot, co pilot, cabin crew, bagian teknik dan maintenance maupun sumber daya yang bekerja di dalam gedung dan di lapangan.

"Tumbuh boleh saja, tapi tetap harus seimbang. Jangan sampai masyarakat sebagai konsumen yang di rugikan, misalnya terlalu lama delaynya," kata Herry.

Sebagaimana diketahui, Kementerian Perhubungan memberikan sanksi kepada Lion Air dengan meminta untuk mengistirahatkan 10-13 armada pesawatnya beberapa waktu lalu. Kebijakan ini dilakukan pemerintah terkait dengan seringnya Lion Air mengalami keterlambatan penerbangan (delay). 

Kebijakan ini merupakan upaya pembinaan yang dilakukan regulator menyusul seringnya kejadian delay oleh maskapai penerbangan Lion Air yang dampaknya sangat merugikan konsumen. Kebijakan itu sendiri diambil setelah dilakukan evaluasi oleh Kementerian Perhubungan 
Atas sanksi yang diterimanya, Lion Air berjanji melakukan aksi perbaikan dalam upaya meningkatkan keselamatan dan ketepatan jadwal penerbangan. Pengurangan produksi ini memang berdampak pada menambah waktu ground time pesawat dari 40 menit menjadi 50 menit. Dengan penambahan ground time ini diharapkan akan menciptakan keseimbangan (balance) antara crew dan jumlah pesawat, sehingga delay yang terjadi pada maskapai tersebut akan berkurang.

Untuk itu, Dirjen Perhubungan Udara yang didampingi Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Yuris Hasibuan dan Direktur Angkutan Udara Edward Siloy melakukan peninjauan ke Training Center Lion Air. Herry juga menyempatkan untuk melihat simbulator 737-900 ER, dan sejumlah crew yang sedang mengikuti training.

Herry mendapat laporan, bahwa traning center ini beroperasi selama 24 jam. Pengistirahatan 13 pesawatnya juga memberikan manfaat bagi pilot dan crew untuk mengikuti training. ‘’Jangan sampai terbang terus tapi tidak pernah melakukan traning. Padahal training mutlak dilakukan setiap enam bulan sekali,’’ kata Herry

Lion Air memiliki 570 pilot dan Wing Air 150 pilot dengan jumlah pramugari kedua maskapai itu jumlahnya mencapai 1800 orang. Dengan jumlah pesawat yang dimiliki sebanyak 69 pesawat, dimana satu team yang bekerja dalam satu pesawat hanya 7 orang, sebenarnya jumlah tersebut mencukupi. ‘’Tinggal bagaimana diatur yang baik,’’ kata Herry.

Pesawat milik Lion Air berjumlah 69 pesawat, yaitu 50 Boeing 737-900 ER, 2 Boeing 747-400, 4 Boeing 737-300, 9 Boeing 737-400, dan 4 MD-90. Armada Wings Air berjumlah 16 pesawat, yaitu 12 ATR 72-500; 2 Dash-8; 3 MD-82. Total armada Lion Air dan Wings Air adalah 85 pesawat.
Sementara itu Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan bahwa pihaknya akan mengikuti apa yang telah digariskan dan menjadi kebijakan pemerintah. Secara berkala pihaknya juga melaporkan perkembangannya kepada Kementrian Perhubungan.

Edward mengatakan, tidak ada satu maskapai penerbangan di dunia manapun yang ingin pesawatnya delay, karena hal ini akan terkait dengan kredibilitas perusahaan. Namun ia mengakui, delay yang terjadi beberapa waktu lalu diakibatkan oleh pergantian sistem pengaturan crew yang tidak terupdate secara kontinyu.

Di dalam sistem, pilot atau pramugari ini seharusnya terbang tapi secara manual ternyata dia sedang istirahat. Sebaliknya yang seharusnya terbang dapi pada sistem di posisikan istirahat sehingga tidak dilakukan penjemputan. (PR)