(Makassar, 15/5/2010) Wakil Menteri Perhubungan mengaku sangat menyayangkan perhatian dan empati masyarakat terhadap peristiwa kecelakaan di jalan raya yang tidak sebanding dengan akibat yang ditimbulkan. Masyarakat, menurutnya, seolah menganggap kasus-kasus kecelakaan di jalan raya yang rutin disuguhkan media massa sebagai hal yang biasa. Meski dalam setiap kasus kecelakaan yang diberitakan tersebut selalu ada informasi hilangnya nyawa seseorang.
 
”Kita harus hidupkan kembali sensitifitas dan empati ini. Respons dan penanganan terhadap satu atau pun 100 kecelakaan, harus sama. Karena meski satu nyawa yang hilang akibat kecelakaan, itu adalah nyawa manusia yang patut dihargai dan tidak akan pernah sebanding dengan kerugian ekonomi,” tegas Wamenhub saat membuka Pekan Keselamatan Trasnportasi Jalan IV tahun 2010 di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (15/5).
 
Wamenhub memaparkan, ada lima pemegang risiko fatalitas tertinggi dalam setiap kecelakaan jalan raya yang terjadi di dunia. Yaitu pengguna sepeda motor yang tak berhelm standar atau tanpa menggunakan helm sama sekali; pengemudi yang tidak mau menggunakan sabuk keselamatan (safety belt); pengendara yang gemar mengemudi dengan dengan kecepatan yang sangat tinggi (ngebut), pengendara mabuk; serta pejalan kaki.
 
”Kampanye untuk mengedukasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengembalikan sensitifitas dan menghidupkan empati masyarakat. Karena dengan sedikit empati bisa menyelamatkan nyawa orang lain. Tetapi pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri. Harus ada dukungan dari seluruh pihak, termasuk dari masyarakatnya itu sendiri,” tandasnya.
 
Pendidikan sejak dini tentang keselamatan, jelas Wamenhub, perlu dilakukan oleh para orang tua dan lingkungan pendidikan untuk menciptakan generasi mendatang yang sadar akan pentingnya keselamatan. Penyadara-penyadaran oleh para pemuka agama juga tak kalah penting untuk dilakukan, termasuk para pelaku-pelaku usaha dalam setiap transaksi dan maupun melalui kegiatan promosi usaha yang diselenggarakan. ”Semua pihak harus berkontribusi,” tegasnya.
 
Senada dengan Wamenhub, Ketua Global Road Safety Pernership Indonesia (GRSPI) Giri Suseno juga menegaskan, bahwa upaya untuk menyelamatkan nyawa dari peristiwa kecelakaan di jalan raya tidak akan dapat dilakukan oleh Pemerintah seorang diri. Upaya ini sangat membutuhkan kerjasama semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
 
”Keselamatan di jalan menjadi tanggung jawab seluruh individu. Siapa pun memiliki tanggung jawab yang sama. Paling tidak terhadap dirinya sendiri, dengan berupaya untuk tidak terlibat celaka ketika berada di jalan raya,” imbuh Giri Suseno, yang juga mantan Menteri Perhubungan di era pemerintahan Presiden Soeharto tersebut.
 
Sementara itu, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatkaan, efek kecelakaan jalan raya jauh lebih besar dari akibat yang ditimbulkan oleh sebuah aksi terorisme. Tidak seperti aksi terorisme, kecelakaan di jalan tidak hanya sekali terjadi kemudian selesai dalam sekali aksi penuntasan. Namun kecelakaan memiliki pola pengulangan yang tinggi dengan potensi penambahan jumlah korban dan kerugian lain yang selalu meningkat setiap tahunnya, jika tidak ada antisipasi berlanjut dan berkesinambungan yang dilakukan.
 
 Di wilayahnya, Yasin Limpo menyebutkan, jumlah kecelakaan jalan raya mencapai hingga 17 ribu kasus dalam setahun. Menyikapi hal ini, dirinya  dan seluruh jajaran terkait di bawahnya berkomitmen untuk terus mengampanyekan upaya peningkatan keselamatan di jalan. Bahkan, dia optimistis kecelakaan tidak hanya akan bisa dikurangi, tetapi juga bisa dihilangkan sama sekali hingga ke level nol.
 
”Jika semua elemen masyarakat bisa bekerja sama dan berkomitmen tinggi, itu tidak mustahil untuk dilakukan,” katanya. Untuk merealisasikannya, Pemprov Sumsel pun berinisiatif untuk mencanangkan Gerakan Keselamatan Transportasi (Go Zero Accident) Sumsel. Ini merupakan program yang tidak hanya terfokus untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya, tetapi juga di sektor transportasi lain seperti moda angkutan laut dan udara.
 
Penandatanganan nota kesepahaman yang melibatkan seluruh bupati/walikota dan pemegang kebijakan lain di-Sumsel pun dilakukan di lokasi tersebut, disaksikan langsung Wamenhub Bambang Susantono, Ketua GRSPI Giri Suseno, serta Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi. ”Kita ingin menjadi pilot project bagi wilayah lain di seluruh Indonesia, minimal di kawasan timur. Tahun depan, kita berharap pelaksanaan Pekan Keselamatan Nasional bisa dilaksanakan di Makassar,” tegas Yasin Limpo.
 
Wamenhub mengaku bangga dengan inisiatif yang dilakukan Pemprov Sumsel, menjadi wilayah pertama yang mencanangkan gerakan tersebut. Wamenhub juga optimistis dan menilai Sumsel bisa menjadi seperti yang dicita-citakan gubernurnya tersebut.
 
”Tetapi perlu diingat, yang terpenting bukanlah seremonialnya, melainkan tindakan nyata untuk menurunkan angka kecelakaan. Kita akan lihat akhir tahun nanti, apakah angka kecelakaan bisa benar-benar turun dan Sumsel menjadi yang terbaik di Indonesia,” ujar Wamenhub. Menurutnya, Makassar adalah satu dari tujuh ibukota provinsi yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan pekan keselamatan tahun ini. Sedangkan wilayah lainnya adalah Aceh, Lampung, Bandung, Pontianak, Samarinda dan Menado. (DIP)