(Lampung, 13/01/10) Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Rabu (13/1), meresmikan pengoperasian Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) ”Seminung” di Stasiun Tanjung Karang, Lampung. Kereta api berkapasitas hingga 574 penumpang tersebut diharapkan bisa memberikan kontribusi besar dalam memajukan dan mengembangkan perekonomian masyarakat Lampung.
 
Didampingi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wiryawan, Gubernur Lampung Sjachroedien ZP, serta Dirjen Perkeretaapian Tundjung Inderawan, Menhub mengatakan bahwa keberadaan KA yang akan melayani lintas Tanjung Karang-Kotabumi tersebut merupakan salah satu wujud dari komitmen dan perhatian pemerintah kepada daerah dalam misinya mengembangkan sistem transportasi nasional.
 
”Kita harapkan, ke depan, Lampung bisa berkembang lebih baik lagi,” ujar Menhub Freddy dalam sambutannya. Menhub menambahkan, KRDI Seminung dibuat bukan untuk kepentingan pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun PT Kereta Api sebagai operator. ”Tetapi ini untuk masyarakat, yang dibangun pemerintah untuk memajukan transportasi nasional. KA ini milik kita bersama. Karena itu saya minta masyarakat untuk ikut menjaga dan merawatnya,” imbuhnya.
 
Sejalan dengan itu, Menhub juga meminta PT Kereta Api selaku operator untuk terus mengupayakan peningkatan pelayanan kepada penumpang. Manajemen diharapkan tidak menjalankan perusahaan untuk mengejar keuntungan semata. PT KA sebagai perusahaan milik negara sedianya lebih mengutamakan peningkatan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
 
”Karena itu harus difahami, adanya pemerintah adalah untuk melayani masyarakat, bukan untuk cari untung besar. Tidak hanya PT KA, tetapi operator lain di moda angkutan lainnya juga harus melakukan hal yang sama. Menciptakan moda transportasi yang aman, nyaman, selamat dan tepat waktu adalah sebuah keharusan,” papar Menhub.
 
Kepada pemerintah daerah, Menhub meminta komitmen untuk mendukung upaya pemerintah pusat dalam membangun dan mengembangkan sarana transportasi nasional. Untuk itu Menhub meminta pemerintah daerah untuk tidak mengubah tata ruang wilayah demi kepentingan jangka pendek semata. Karena hal tersebut bisa meminculkan kendala tersendiri bagi proses pengembangan sistem transportasi nasional jangka panjang.
 
”Membangun cetak biru transportasi itu tidak bisa dibatasi hanya untuk lima atau sepuluh tahun, tetapi harus jangka panjang. Merancang program pembangunan tidak bisa cuma lihat jangka pendek saja, cuma untuk lima atau 10 tahun, tetapi orientasikan hingga 50 tahun ke depan. Untuk itu, kita butuh komitmen yang kuat antara pusat dan daerah,” lanjutnya.
 
Menhub menambahkan, sektor transportasi Indonesia telah menunjukkan banyak kemajuan. Dalam hal pengadaan sarana misalnya, PT Inka menurutnya bisa dijadikan salah satu bukti dari kemajuan yang telah dicapai tersebut. PT Inka dinilai telah melakukan banyak terobosan, salah satunya adalah dengan membuat produk rangkaian kereta api yang baik dan bermutu. ”Saya bangga dengan PT Inka,” kata Menhub.
 
KA Transportasi Ideal untuk Jawa dan Sumatera
KRDI Seminung yang dibuat pemerintah di PT Inka Madiun dengan anggaran sebesar Rp 30,5 miliar tersebut merupakan pengganti dua KRD yang dioperasikan sebelumnya di lintas yang sama. Namun satu dari dua KRD tersebut telah rusak dan tak dapat digunakan kembali, sementara satu KRD lainnya tengah menjalani perbaikan.
 
Dirjen Perkeretaapian Tundjung Inderawan menambahkan,tingkat kebutuhan masyarakat Lampung terhadap moda kereta api cukup tinggi. Karena selain jauh lebih murah dan terjadwal, kereta api juga lebih aman dari moda angkutan darat yang digunakan masyarakat selama ini.
 
”Untuk Jawa dan Sumatera yang berpenduduk tinggi juga memiliki tingkat pertumbuhan kendaraan yang besar, KA merupakan transportasi yang paling ideal untuk dikembangkan dibandingkan moda angkutan jalan raya,” ujar Tundjung.
 
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Eman Hendrawan membenarkan hal tersebut. Menurutnya, masyarakat Lampung sangat membutuhkan keberadaan transportasi angkutan darat paling massal tersebut. ”Naik kereta jauh lebih murah ketimbang angkutan umum jalan raya. Dengan naik kereta, masyarakat cuma bayar Rp 7 ribu dari Tanjung Karang sampai Kotabumi. Tetapi kalau naik bus, bisa sampai Rp 25 ribu per orang. Itu belum termasuk biaya tambahan untuk mencapai terminal Rajabasa,” jelasnya.
 
Sepanjang 2010 ini, Tundjung kembali menjelaskan, Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan menganggarkan dana sebesar Rp 3,7 triliun untuk mengembangkan sarana transportasi kereta api di Jawa dan Sumatera. Dana tersebut sedianya akan dipergunakan untuk meneruskan program revitalisasi perkeretaapian nasional.
 
”Beberapa program yang kita prioritaskan antara lain double tracking di Jawa, reaktivasi perlintasan-perlintasan mati di Jawa dan Sumatera, pengembangan dan pembangunan sarana, serta merehabilitasi track-track yang sudah tidak baik. Termasuk juga mengagendakan lagi penambahan rangkaian KRDI untuk jalur-jalur komuter. Untuk Medan, misalnya, kita akan operasikan dua set rangkaiann akhir Januari ini,” paparnya.  (DIP)