(Jakarta, 27/1/2010) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengkategorikan peristiwa terperosoknya pesawat Sriwijaya Air di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Rabu (27/1) siang, sebagai insiden serius. Yaitu kategori di mana peristiwa tersebut tergolong sebagai peristiwa di mana pesawat udara mengalami kejadian yang membahayakan akibat kerusakan pada sistem hidrolik.

”Apalagi sampai pesawat keluar dari landasan,” ujar Ketua KNKT Tatang Kurniadi kepada wartawan di ruang wartawan Kementerian Perhubungan, Rabu malam. Tatang menambahkan, institusinya telah mengirimkan sejumlah investigator untuk menginvestigasi penyebab insiden tersebut. Mereka adalah Capt. Prita Wijaya dan Markus Toto Hermawan.


Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan menjelaskan, terkait insiden tersebut, Menhub Freddy Numberi telah memerintahkan Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti untuk mengetatkan pengawasan terhadap sistem perawatan pesawat baik berkala maupun harian. Hal tersebut disampaikan Menhub di sela rapat kerja yang dilakukan dengan Komisi V DPR di gedung dewan.


”Dirjen juga sudah mengutus inspektur dari Direktorat Kelaikan Udara dan Perawatan Pesawat Udara (DKUPPU) untuk bersama-sama investigator KNKT menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut,” jelas Bambang.
Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-020 tujuan Jakarta– Padang– Medan mengalami kerusakan sistem hidrolik dan terperosok saat melakukan pendaratan di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng, Banten, Rabu (27/1), pukul 13.52 WIB. Akibat peristiwa tersebut, sejumlah penerbangan dari dan menuju Soekarno-Hatta ditunda karena bandara harus ditutup hingga pukul 16.10 WIB untuk melancarkan proses evakuasi pesawat.

Menurut keterangan officer in charge Airport Duty Manager Bandara Soekarno-Hatta H. Karpul, pesawat berjenis Boeing 737-200 yang memiliki nomor registrasi PK-CJA tersebut mengalami insiden saat melakukan prosedur penerbangan kembali (Return To Base/RTB) karena kerusakan hidrolik yang dialami.


”Pesawat ini take off dari Soekarno-Hatta pukul 12.35 WIB, akan terbang sesuai rutenya, yaitu menuju Padang terus ke Medan. Tetapi, selepas take off, pesawat mengalami hydraulic failure dan pilot memutuskan untuk RTB ke Cengkareng,” jelas Karpul melalui sambungan telepon, Rabu sore.

 Selanjutnya, Karpul menambahkan, petugas di menara pengawas lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) Bandara Soetta yang menerima informasi itu meminta pilot pesawat berpenumpang 136 orang tersebut untuk mendarat di landasan pacu (runway) 2 5 kanan.

Karena kerusakan hidrolik yang dialaminya itulah, pesawat akhirnya dipaksakan untuk mendarat tanpa bantuan roda bagian depan (nose wheel) dan akhirnya terperosok di rerumputan di sisi landasan. ”Hydraulic failure itu membuat nose wheel tidak bisa keluar. Informasi sementara tidak ada korban akibat peristiwa ini. Sampai sekarang bandara masih kita closed, karena kami masih melakukan proses evakuasi untuk menarik pesawat keluar dari landasan,” pungkas Karpul. (DIP)