(Jakarta, 9/07/09) Ketua Komite Keselamatan Nasional Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi merekomendasikan agar pemerintah meningkatkan kemampuan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di wilayah Papua. Hal itu bertujuan agar upaya mengantisipasi terjadinya kecelakaan pesawat akibat pengaruh cuaca bisa lebih ditingkatkan.




Selain kepada pemerintah, Tatang juga meminta kepada setiap operator penerbangan yang beroperasi di wilayah paling timur Indonesia itu untuk melengkapi setiap armada yang dioperasikannya dengan radar cuaca.



 
”Peran faktor cuaca sangat dominan dalam setiap kecelakaan yang terjadi di sana. Karena itu, BMKG di sana harus diperkuat agar bisa memberikan informasi cuaca dengan lebih cepat dan akurat, baik peralatan maupun SDM harus ditambah. Operator juga harus mengimbangi dengan melengkapi pesawatnya dengan fasilitas radar cuaca yang bagus,” ujar Tatang di ruang wartawan Departemen Perhubungan, Kamis (9/7).



 
Tak hanya merekomendasikan penambahan perangkat pendeteksi cuaca, Tatang juta meminta agar operator memberikan cukup toleransi kepada para pilotnya untuk mengambil keputusan menerbangkan kembali pesawat menuju bandara asal (Return To Base/ RTB). Yaitu ketika pilot tersebut melihat adanya kemungkinan buruk untuk melanjutkan penerbangan akibat cuaca yang ditemui.


 

Sejauh ini, dirinya melihat adanya kesan untuk memaksakan terbang pada kondisi cuaca yang buruk. Kondisi itu bisa terjadi karena adanya tekanan dari operator atau bisa pula merupakan keputusan pilot untuk berspekulasi dengan cuaca. Sebab, berdasarkan investigasi yang dilakukan timnya, kondisi semua pesawat yang mengalami kecelakaan itu mayoritas dalam kondisi baik dan cukup laik terbang.



 
Sinyalemen adanya pemaksaan untuk terus menerbangkan pesawat di tengah buruknya cuaca, menurut Tatang, bisa dilihat dari seringnya kecelakaan terjadi ketika pesawat dekat dengan lokasi pendaratan.



 
”Merasa sudah dekat ke tujuan, jadi tanggung untuk balik lagi atau membatalkan pendaratan. Ini bahaya, jadi janganlah berani untuk bermain-main dengan cuaca di Papua yang sanat sulit untuk diprediksi. Apalagi di sana kontur daratannya tidak rata, banyak pegunungan dan tebing. Sekali pandangan terganggu, susah untuk melihat medan,” paparnya.



 

Tatang kemudian menyarankan operator penerbangan agar hanya menugaskan penerbang-penerbang berpengalaman dengan rute penrbangan Papua untuk lebih meningkatkan antisipasi terhadap kecelakaan. ”Kawasan Papua memang perlu penerbang-penerbang pionir. Kalau yang baru atau belum sama sekali mengenal medan, saya kurang merekomendasikan,” pungkas Tatang. (DIP)