(Jakarta, 03/09/09) Selain mengantisipasi ketersediaan kapasitas sesuai kebutuhan, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Dephub Sunaryo, juga menginstruksikan para operator dan pengelola pelabuhan, serta administrator pelabuhan agar bekerja sama untuk menjaga ketertiban penumpang di terminal saat menaiki kapal. Hal ini untuk menghindari terjadinya kericuhan selama proses embarkasi berlangsung.

”Biasanya di tangga-tangga kapal, penumpang selalu rebutan untuk naik ke atas kapal. Ini perlu diatur supaya tidak terjadi penumpukkan di sana, yang tentunya membahayakan keselamatan penumpang itu sendiri. Maksimalisasikan penggunaan tangga kapal untuk penumpang naik ke atas kapal,” ujar Sunaryo dalam jumpa pers di kantornya, Kamis (3/9).

Kepada para operator pelayaran, Sunaryo menginstruksikan untuk dipenuhinya kelaiklautan kapal-kapal yang akan dioperasikan pada masa mudik lebaran yang diprediksi akan mencapai puncak pada H-2 lebaran (19/9). Untuk memastikan kelaiklautan kapal-kapal yang akan digunakan sebagai angkutan lebaran mendatang, jelasnya, sepanjang 22-26 Juli 2009 telah dilaksanakan uji petik di 18 lokasi pelabuhan.

Uji petik yang pelaksanaannya dilakukan secara acak terhadap 39 unit kapal tersebut, kata Sunaryo, didapati 36 unit kapal yang belum memenuhi standar keselamatan dengan berbagai kategori keselaman. Kekurangan itu mulai dari minimnya kelengkapan sarana keselamatan, pengaman, hingga performa fisik kapal.

”Dari 36 kapal itu, kini sudah tidak ada lagi yang bermasalah. Semua temuan yang kita dapat sudah kita tindaklanjuti agar dipenuhi dan diperbaiki. Hanya tinggal 2 unit kapal yang masih dalam proses perbaikan, yaitu KM BSP I yang lambungnya sobek. Kapal itu kita stop operasi agar masuk dok. Setelah diperbaiki dan memenuhi sarat, kita izinkan kembali untuk berlayar untuk memperkuat armada lebaran,” papar Sunaryo.

Tidak hanya menyediakan sarana yang aman, nyaman serta didukung perbekalan perlatan keselamatan yang cukup, operator juga diminta untuk mensosialisasikan penggunaan alat-alat keselamatan kepada penumpang sebelum kapal diberangkatkan. ”Misalnya, jelaskan sama mereka fungsi dan cara kerja lift raft (rakit penolong). Karena pernah suatu hari terjadi, ketika lift raft dibuka, penumpang malah panik ketakutan. Ini tidak boleh terjadi,” ujar Sunaryo.

Uji Trampil

Uji Trampil untuk mengukur dan meningkatkan kepiawan kru kapal dalam menggunakan dan menyosialisasikan perlengkapan keselamatan di atas kapal, Sunaryo menambahkan, akan dilakukan jajarannya seusai masa lebaran mendatang.

”Fokusnya kepada kapal-kapal penumpang. Yang akan kita nilai ini adalah kecakapan personel, awak, termasuk juga mesin. Uji Trampil ini akan kita lakukan secara periodik, dengan penilaian I sampai II. Tujuannya adalah untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan terhadap penumpang. Jadi, percuma kalau cuma jumlah perlengkapan keselamatannya yang banyak, tetapi tidak dapat berfungsi dan tidak ada yang mengerti untuk menggunakannya,” papar Sunaryo.

Pasca Gempa

Di sisi lain, Sunaryo juga menjelaskan bahwa pasca terjadinya gempa berkekuatan 7,3 skala richter yang terpusat di Tasikmalaya, Jabar, Selasa (2/9), tidak ada laporan yang menyebutkan terganggunya sarana dan prasarana pelayaran.

”Sesuai instruksi Menteri Perhubungan, kita sudah melakukan pengecekan ke seluruh Adpel dan Kakanpel, dan menghimpun laporan-laporan termasuk dari pos-pos penjagaan kita di dermaga atau menara suar. Alhamdulillah, meski besar, gempa kemarin tidak memberikan pengaruh buruk,” tandas Sunaryo. (DIP)