(Jakarta, 22/5/2013) Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Perkeretaapian mengusulkan dana subsidi Public Service Obligation (PSO) untuk KRL Ekonomi AC (commuter Line) Jabodetabek dan Prambanan Ekspress (Prameks).

Untuk KRL Jabodetabek, Ditjen Perkeretaapian mengajukan tambahan dana PSO sebesar Rp 387 miliar. Dengan prediksi penumpang tahun 2013 diperkirakan mencapai 96.774.158 juta penumpang.

"Ini sudah didukung DPR dan kami akan ajukan ke Dirjen Anggaran, semoga dalam APBN-P sudah bisa diakomodasi sebelum BBM naik," ujar Direktur Lalu Lintas Angkutan Kereta Api, Ditjen Perkeretaapian, Hanggoro Budi Wiryawan dalam acara press background, Rabu (22/5) di Jakarta.

PSO diberikan untuk penumpang KRL Ekonomi AC Jabodetabek karena melihat kemampuan daya beli masyarakat masih di bawah tarif yang dikenakan saat ini.

Hanggoro mengasumsikan, saat ini tarif Commuter Line (AC) jarak terjauh yaitu sebesar 9000 rupiah. Sementara berdasarkan studi Ability to Pay (ATP) dan Willingnes To Pay (WTP) yang dilakukan pihaknya pada tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat untuk membayar hanya 5000 rupiah. Maka diusulkanlah subsidi PSO sebesar 4000 rupiah per penumpangnya.

Saat ini PT. KCJ memberlakukan tarif baru untuk kereta Commuter Line Jabodetabek yaitu dengan memberlakukan tarif progresif berdasarkan jarak. 5 km pertama akan diberlakukan Rp. 3000,  kemudian setiap 3 stasiun Rp. 1000 dengan maksimal tariff Rp. 9000 (Jakarta-Bogor).

“Dgn tarif progresif dan kita  memberikan PSO, artinya penumpang maksimal hanya membayar RP. 5.000 untuk Bogor Jakarta itu 26 stasiun. Karena Rp. 4000 kita subsidi,” jelasnya.

Hanggoro juga mengungkapkan bahwa pihaknya juga mengusulkan untuk memberikan subsidi untuk kereta api Prambanan Ekspress (Prameks) yang merupakan kereta komuter Jogja-Solo sebesar 10,4 Miliar.

“Ini merupakan permintaan masyarakat agar penumpang Prameks mendapatkan subsidi PSO. Kita berusaha untuk mengajukan pemberian PSO sebesar 4000 rupiah untuk layanan (Prameks) tersebut, “ jelasnya. (RDH)