(Jakarta, 17/9/2010) Ambrolnya badan Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, berpotensi memicu terjadinya stagnasi di Pelabuhan Tanjung Priok. Potensi itu muncul karena kemungkinan akan tertutupnya dua pintu masuk dan keluar pelabuhan tersibuk di Indonesia itu oleh antrean kendaraan yang terhambat oleh badan jalan yang putus, cukup besar.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, menyikapi itu, Kementerian Perhubungan langsung menyiapkan sejumlah antisipasi agar potensi hambatan kegiatan ekspor-impor melalui pelabuhan tersebut bisa diminimalisasi. Setidaknya, menurut Wamenhub, jalur logistik dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok harus secepatnya diamankan untuk meminimalisasi akibat dari terputusnya Jalan RE Martadinata yang selama ini menjadi jalur distribusi logistik dan kegiatan industri di wilayah utara dan selatan Jakarta.

”Bagaimanapun, Kementerian PU harus melakukan pembangunan jalan itu secepat mungkin. Sementara untuk mengantisipasi hambatan selama proses pembangunan, harus ada perhitungan arus lalu lintas bagi truk-truk menuju priok supaya tidak terpengaruh. Kita harus menyiapkan antisipasi sebaik-baiknya,” ungkap Wamenhub usai memimpin upacara peringatan Hari Perhubungan Nasional di kantor Kemenhub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (17/9).

Menurut Wamenhub, skenario pengalihan arus lalu lintas kendaraan menuju Tanjung Priok tidak akan cukup jika hanya dirancang meliputi wilayah Jakarta Utara saja. Tetapi harus dibuat pola pengalihan jalur logistik baru yang melibatkan wilayah-wilayah terhubung lainnya. ”Pengalihan tidak bisa hanya di situ (Jakarta Utara) saja, harus dilihat agak jauh. Pengalihan, misalnya, sudah harus dilakukan mulai Jakarta Timur maupun Jakarta Barat. Jangan begitu kendaraan masuk Jakarta Utara baru dialihkan, tetapi sebelum masuk dalam kota sudah disiapkan jalur-jalur pengalihannya,” papar Wamenhub.

Berpotensi Picu Stagnasi

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubugan Laut Bobby R Mamahit menambahkan, Dirjen Perhubungan Laut Sunaryo telah mengeluarkan surat perintah kepada Administrator Pelabuhan Tanjung Priok dan PT Pelindo II untuk menyiapkan rencana antisipasi penanganan arus kendaraan di dalam area pelabuhan. Karena menurutnya, jika kemacetan panjang terjadi di Jalan RE Martadinata, stagnasi di pelabuhan itu bisa terjadi sewaktu-waktu.

”Kita harus melakukan antisipasi sebaik-baiknya. Kemacetan di jalan RE Martadinata bisa imbas ke dalam dan berpotensi besar menciptakan stagnasi di dalam pelabuhan ketika aktivitas sudah normal kembali. Karena dua pintu utama pelabuhan, yaitu Pintu I dan Pintu III, hanya berjarak 1 kilometer dari lokasi jalan yang amblas. Kalau macet benar-benar terjadi dan menutup dua pintu itu, pelabuhan pasti tertutup,” ujar Bobby yang sempat beberapa tahun menjabat sebagai Adpel Tanjung Priok tersebut.

Dikatakan Bobby, meski belum sepenuhnya, kegiatan ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok sudah berangsur normal saat ini. ”Jumat ini dan Sabtu besok, kegiatan ekspor tinggi. Mungkin mulai Senin akan kembali normal. Kalau tidak secepatnya dibuat antisipasi, ancaman stagnasi bisa benar-benar terjadi,” pungkasnya.

Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Djimanto mengatakan, akibat amblasnya Jalan RE. Martadinata dapat memicu peningkatan biaya transportasi yang harus ditanggung pengusaha hingga 25 persen dari biasanya. Djimanto mengatakan, akibat amblesnya salah satu jalur barang ke Pelabuhan Tanjung Priok tersebut, perputaran barang dari pelabuhan juga makin sedikit. "Biasanya satu hari bisa 3 rit, sekarang hanya 2 rit sejak kemarin," jelas Djimanto.

Menurutnya, industri-industri yang akan terkena dampak rusaknya jalan tersebut adalah industri yang lokasinya jauh dari Jakarta seperti di Banten. Mereka pasti akan mendapatkan biaya tambahan yang besar akibat rusaknya jalan tersebut.

Sebelumnya, Menteri PU Djoko Kirmanto mengatakan bahwa proses pembangunan badan jalan RE Martadinata yang terputus itu memakan waktu antara 2-3 bulan. Pernyataan itu disampaikannya saat melakukan peninjauan lapangan pada Kamis petang. Menteri Djoko mengatakan, kerusakan itu diakibatkan oleh faktor alam. (DIP)