JAKARTA - Dampak gempa di Palu, Donggala, dan daerah sekitarnya pada tanggal 28 September 2018 yang lalu menyebabkan runway di Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu yang dapat digunakan untuk melayani pergerakan pesawat hanya sepanjang 2000 m x 45 m. Hal ini dikarenakan pada Runway 15 sepanjang 250 m x 45 m terdapat kerusakan yaitu retakan memanjang dan melintang. Demikian juga di Runway 33 yang mengalami kerusakan signifikan. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Djoko Sasono menyampaikan bahwa saat ini, sedang dilakukan perbaikan sementara menggunakan grouting injection pada celah retakan di Runway 15.

“Kerusakan runway sepanjang 250 m yang ada di Runway 15 Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu, sekarang sedang dilakukan perbaikan sementara karena terdapat keretakan,” ujar Sesjen Djoko yang ditemui di Jakarta, Kamis (11/10).

Rencana awal, perbaikan di Runway 15 akan selesai tanggal 10 Oktober 2018 malam sehingga dapat digunakan pada tanggal 11 Oktober 2018 ini dengan panjang runway menjadi 2250 m x 45 m. Namun karena gempa susulan yang terjadi pada Selasa (9/10) lalu sebesar 5.2 SR sebanyak tiga kali, muncul retakan - retakan baru dan perbeedaan tinggi pada runway yang sedang diperbaiki sehingga diperlukan tambahan waktu untuk penyelesaian grouting injection pada celah retakan yang ada.

“Target awal perbaikan diselesaikan pada tanggal 10 Oktober malam, namun karena Selasa 9 Oktober kemarin terdapat gempa susulan maka perbaikan akan memakan waktu lebih. Karena setelah gempa susulan, muncul retakan-retakan baru pada runway yang sedang dilakukan perbaikan. Bahkan ada tempat yang memiliki tinggi berbeda,” jelas Sesjen Djoko.

Setelah gempa susulan terjadi, pihak Kementerian Perhubungan bersama dengan Tim Pakar Gempa dan Tsunami ITB dan Pusat Gempa Nasional langsung melakukan survey lapangan oleh untuk melihat dampak gempa terhadap fasilitas runway. Sesuai dengan rekomendasi dari Tim Pakar Gempa dan Tsunami ITB dan Pusat Gempa Nasional , kemudian dilakukan loading test menggunakan kendaraan Foam Tender Tipe I dan Tipe II secara bersamaan yang dilakukan pada hari Rabu (10/10) lalu. Hasil dari loading test diperoleh bahwa tidak terdapat pergerakan konstruksi perkerasan yang signifikan, sehingga diperoleh keyakinan bahwa konstruksi dapat dioperasikan secara sementara.

“Setelah gempa susulan, Kemenhub bekerja sama dengan Tim Pakar Gempa Dan Tsunami dari ITB dan Pusat Gempa Nasional untuk melakukan survey. Dari hasil survey muncul rekomendasi untuk melakukan loading test dengan Foam Tender. Kemarin sudah dilakukan, dan hasilnya baik. Sehingga diyakini runway 15 ini dapat dioperasikan untuk sementara,” ungkap Sesjen Djoko.

Mengingat terdapat penambahan waktu penyelesaian akibat bertambahnya jumlah retakan - retakan, maka pengoperasian konstruksi perpanjangan 250 m x 45 m di Runway 15 direncanakan pada hari Jumat tanggal 12 Oktober 2018.

“Kami rencanakan perbaikan Runway 15 dapat beroperasi pada tanggal 12 Oktober besok,” tutup Sesjen. (LNM/RDL/YSP/BI)