JAKARTA – Kementerian Perhubungan berkomitmen mengurangi disparitas harga di wilayah Papua melalui program Jembatan Udara. Jembatan udara adalah pelaksanaan angkutan udara kargo dari bandara ke bandara lainnya dan/atau dari bandara ke bandara di daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan. Demikian disampaikan Menteri Perhubungan saat menjadi keynote speaker pada acara ngobrolTempo Forum Pehubungan dengan tema "Efektifitas Program Jembatan Udara dalam Mengurangi Disparitas Harga Di Wilayah Indonesia Timur” yang berlangsung di Hotel Red Top Pecenongan Jakarta, Selasa (10/10).

“Jembatan udara ini adalah satu inisiatif yang baru kita lakukan tahun ini. Kita lihat disparitas itu terjadi di bagian Indonesia barat dan timur, tetapi disparitas yang paling signifikan itu terjadi di daerah pinggiran, ketinggian, batas – batas negara yang hanya dapat dijangkau dengan pesawat udara, oleh karenanya tahun ini Kementerian Perhubungan menginisiasi Jembatan Udara. Untuk Pilot Project kita lakukan dari Timika, Dekai, dan Wamena,” jelas Menhub.

Menhub menambahkan keberadaan jembatan udara diharapkan dapat menggerakkan ekonomi di daerah. Sehingga tidak hanya membawa barang menuju daerah yang jauh tetapi juga mengangkut kembali barang yang dihasilkan daerah tersebut ke daerah lain di pelosok Indonesia. Jembatan udara ini nantinya terintegritas dengan beberapa lokasi pelabuhan yang akan terkoneksi dengan program tol laut yang juga sedang dijalankan pemerintah.

“Bahwa selain Jembatan Udara tadi berkaitan dengan Tol Laut kita ingin sekali produktifitas angkutan balik dari Indonesia bagian timur ke Indonesia bagian Barat menjadi lebih baik. Adanya jembatan udara dari Kementerian Perhubungan agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membawa barang dari Indonesia bagian Timur ke arah Indonesia bagian Barat.” ujar Menhub.

Program jembatan udara terdiri dari angkutan udara perintis kargo yang melayani penerbangan dari kabupaten ke wilayah distrik atau cakupan dengan menggunakan pesawat yang disesuaikandengan kapasitas maksimum yang dapat dioperasikan di bandara asal maupun tujuan dan subsidi angkutan udara khusus kargo yang melayani penerbangan dari ibukota kabupaten ke ibukota kabupaten lainnya dengan menggunakan pesawat berbadan besar sekelas boeing 737 freighter.

Tahun ini, Kemenhub akan menjadikan tiga bandara sebagai hub jembatan udara yakni Timika, Wamena dan Dekai. Terdapat 12 rute angkutan udara perintis kargo tahun ini yang diharapkan dapat mendukung penurunan harga komoditas seperti sembako di daerah pedalaman. Keduabelas rute tersebut adalah dari Timika menuju Beoga, Ilaga, Kenyam dan Sinak. Dari Wamena menuju Mugi, Mapendumas, Enggolok, dan Mamit, serta dari Dekai menuju Silimo, Korupun, Anggruk dan Ubahak.

Sedangkan untuk subsidi Angkutan Udara Kargo adalah Timika, dimana untuk tahap awal akan diselenggarakan 1 rute penerbangan Timika-Wamena yang menggunakan pesawat Boeing 737 Freighter.

Anggaran yang ada telah tersedia untuk program jembatan udara dan sedang digunakan dalam proses pelelangan untuk pelaksanaan angkutan udara perintis kargo maupun subsidi angkutan udara kargo. “Saat ini anggaran jembatan udara sudah dianggarkan dan dalam proses lelang”, tutur Menhub.

Turut menjadi narasumber pada diskusi ini Kasudit Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal dan Bukan Niaga Ditjen Perhubungan Udara Ubaedillah, Direktur Sarana Distribusi dan Logistik Kementerian Perdagangan Sihard Hajopan Pohan, Bayu Sutanto Ketua INACA Bidang Penerbangan Berjadwal, serta Pakar Ekonomi Faisal Basri. (HH/TH/BS/IH)