(Jakarta, 19/2/10) Kepala Badan Litbang Perhubungan Ir. Denny Siahaan menegaskan, saat ini masih banyak masalah yang melingkupi angkutan multimoda, seperti belum terciptanya dukungan peraturan perundangan, lemahnya kebijakan pembinaan, kualitas SDM yang belum memadai, serta dukungan peralatan dan permodalan yang masih rendah. “Untuk itu perlu perumusan strategi yang tepat untuk mewujudkan peningkatan kinerja angkutan multimoda  nasional agar memiliki daya saing internasional,” kata Denny. Penegasan tersebut disampaikan Denny Siahaan ketika membuka Roundtable Discussion dengan tema “Kebijakan Pembinaan Badan Usaha Angkutan Multimoda Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Internasional” yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Perhubungan Kamis 18/02/10 di Jakarta.

Lebih lanjut Denny menegaskan yang dimaksudkan angkutan multimoda adalah angkutan barang yang paling sedikit menggunakan dua moda transportasi yang berbeda atas dasar suatu kontrak yang menggunakan dokumen angkutan multimoda dari suatu tempat barang diterima ke tempat yang ditentukan penerima barang. Menurut Denny lebih lanjut, peran angkutan multimoda ke depan semakin penting dengan adanya integrasi sistem logistik ASEAN menuju perwujudan pasar tunggal ASEAN. Adanya integrasi sistem logistik ASEAN dan ASEAN Framework Agreement on Multimoda Transport menyiratkan adanya kecenderungan liberalisasi di bidang jasa angkutan multimoda di kawasan ASEAN nantinya.

“Liberaisasi ini nantinya juga mengarah pada tatanan global  melalui implementasi GATTS,” kata Denny. Sehingga menurut Denny ke depan Badan Usaha Angkutan Multimoda Nasional harus mampu menyediakan penyediaan jasa angkutan multimoda dengan stándar keselamatan dan keamanan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan serta kualitas pelayanan yang mampu menjamin terwujudnya efektivitas dan efisiensi yag tinggi dalam penyelenggaraan angkutan multimoda sebagai komponen penting dalam sistem logistik. “Untuk mewujudkan kualitas pelayanan tersebut perlu didukung oleh regulasi, kebijakan, standar, pedoman dan kriteria yang memadai,” ujar Denny.

Dalam sambutannya Denny juga menyinggung fakta bahwa logistik mempunyai peranan yang cukup besar dalam percaturan perdagangan dunia. Negara yang mempunyai sistem logistik terintegrasi dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi, akan mempunyai daya saing komoditas barang atau jasa di pasar regional maupun global. Dari data yang dikeluarkan NESDB Thailand dan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) tahun 2002  diperoleh informasi prosentase biaya logistik di Indonesia terhadap GDP mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 30 % dari GDP, sedangkan Meksiko hanya 14,9% dari GDP, Singapore sekitar 13,9% dari GDP,  Jepang 11,3% dari GDP dan Hongkong sekitar 13,7% dari GDP. 

Denny juga mengungkap bahwa transportasi merupakan komponen biaya terbesar yang harus dikeluarkan dari total biaya logistik, biaya transportasi mencapai 25% dari biaya total logistik. Selanjutnya dikuti dengan biaya storage mencapai 20%, administrasi 18%, inventory financiing 16%, packaging 10% management & control 11%. “Di kawasan ASEAN Singapore menempati urutan ke 2 dunia setelah USA terkait dengan peringkat efisiensi total biaya logistik yang dikeluarkan, diikuti negara Malaysia (peringkat ke 16), Thailand (peringkat ke 29) dan Philipina (peringkat ke 52), sedangkan Indonesia menempati peringkat ke 58 dunia, “jelas Denny. Masih rendahnya peringkat Indonesia dalam efisensi total biaya logistik yang dikeluarkan dibanding negara lain menurut Denny antara lain disebabkan oleh belum efisen dan efektifnya aspek pendukung penyelenggaraan sistem logistik nasional, antara lain aspek legalitas, aspek manajemen operasional, aspek  kelembagaan dan organisasi, aspek iptek, dan aspek-aspek lainnya.

Di akhir sambutannya Denny mengharapkan kegiatan Roundtable Discussion tersebut dapat menghasilkan sumbangan pemikiran yang baru yang bermanfaat untuk membantu perkembangan angkutan multimoda umumnya dan peningkatan kinerja Badan Usaha Angkutan Multimoda Nasional dalam rangka  peningkatan daya saing internasional. Kegiatan diskusi itu sendiri menampilkan 2 pembicara yaitu Dr Agus Edi Susilo, MSTr dari Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan yang menampilkan materi Pokok-Pokok Pikiran Pembinaan Badan Usaha Angkutan Multimoda Nasional Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Internasional serta Iskandar Zulkairnain, SE, Msi Ketua Umum Gafeksi/INFA yang menyampaikan materi tentang Upaya Upaya yang Dilakukan Gafeksi/Infa Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Kinerja Badan Usaha Angkutan Multimoda Nasional Agar Berdaya Saing Internasional. (BRD)